KORPORASI

Jejak Sejarah yang Terancam oleh Kepentingan Korporasi

Jejak Sejarah yang Terancam oleh Kepentingan Korporasi
Jejak Sejarah yang Terancam oleh Kepentingan Korporasi

JAKARTA - Linge, sebuah kawasan di Dataran Tinggi Gayo, Aceh, bukan sekadar nama tempat. Ia adalah simbol peradaban, warisan budaya, dan identitas masyarakat Gayo. Namun, kini Linge menghadapi ancaman serius dari kepentingan korporasi yang mengatasnamakan legalitas negara untuk menguasai sumber daya alamnya.

Linge: Titik Nol Peradaban Gayo

Linge dianggap sebagai titik nol peradaban masyarakat Gayo. Di sinilah sejarah panjang mereka bermula, dengan tradisi, adat istiadat, dan struktur sosial yang telah terjalin ratusan tahun. Kawasan ini juga dikenal dengan kekayaan alamnya, seperti kopi Gayo, lada, dan hasil hutan lainnya. Namun, semua itu kini berada di ambang kehancuran akibat eksploitasi yang tidak terkendali.

Ancaman dari Korporasi dan Legalitas Negara

Korporasi besar dengan dukungan legalitas negara kini berusaha menguasai wilayah Linge untuk kepentingan ekonomi semata. Mereka mengklaim memiliki izin untuk mengeksploitasi sumber daya alam di kawasan ini, tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan budaya terhadap masyarakat setempat. Langkah ini berpotensi mempersempit ruang hidup warga dan menghilangkan jejak sejarah serta budaya yang telah ada sejak lama.

Kehilangan Sejarah dan Budaya

Jika eksploitasi ini dibiarkan, bukan tidak mungkin Linge akan kehilangan identitasnya. Sejarah panjang yang telah membentuk karakter masyarakat Gayo bisa hilang begitu saja. Adat istiadat yang telah diwariskan turun-temurun mungkin akan tergerus oleh modernisasi yang tidak memperhatikan nilai-nilai lokal.

Pesan dari AR Moese dalam Lagu "Tawar Sedenge"

Almarhum AR Moese, seorang seniman legendaris asal Gayo, melalui lagu "Tawar Sedenge" telah menyampaikan pesan penting untuk menjaga alam dan budaya. Dalam lagu tersebut, ia mengingatkan masyarakat Gayo untuk tidak lalai dalam menjaga kekayaan alam dan budaya mereka. Ia juga menekankan pentingnya kerja keras dan semangat gotong royong untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Lagu ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi simbol penyemangat hidup bagi masyarakat Gayo. Seperti yang dikatakan oleh Zikri Iwan Sampena, seorang mahasiswa S2 sejarah kebudayaan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, "Jika mendengar lagu Tawar Sedenge, masyarakat Gayo seakan diingatkan tentang cara berkerja keras dan mengingat kekayaan alam suku Gayo" .

Upaya Pelestarian Melalui Festival Nenggeri Linge

Untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah Linge, masyarakat setempat menggelar Festival Nenggeri Linge. Festival ini bertujuan untuk merayakan kekayaan budaya dan alam yang dimiliki oleh masyarakat Linge. Melalui festival ini, mereka ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Linge bukan hanya kaya akan sumber daya alam tetapi juga memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Festival ini menghadirkan berbagai kegiatan menarik, di antaranya Lomba Didong Safari, Lomba Permainan Tradisional, Dediang Ku Linge (Tour de Linge), Talkshow: Linge Peluang Wisata Religi, Hari Pekan Linge, Suara Dari Linge, serta Performance Art . Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya serta sejarah Linge.

Komitmen Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui PJ Bupati T. Mirzuan juga menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan wisata religi di Kampung Linge dan Serule. Ia menyatakan, "Kami telah menetapkan Desa Linge dan Desa Serule sebagai desa wisata religi dan berharap penetapan ini diikuti dengan pembangunan sarana prasarana yang memadai" .

Selain itu, masyarakat Linge juga menunjukkan komitmennya dalam menjaga alam dan lingkungan. Sekretaris Yayasan HAkA, Badrul Irfan, mengapresiasi upaya masyarakat Linge dalam menjaga alam dan lingkungan. "Dengan hak kelola hutan seluas 450 hektare ini, mari kita jaga amanat besar ini, dapat mengelola hutan desa berkelanjutan dan kesejahteraan warganya" .

Linge adalah warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. Ancaman dari kepentingan korporasi dan legalitas negara yang tidak memperhatikan aspek sosial dan budaya harus dihadapi dengan kesadaran kolektif. Pesan dari AR Moese dalam lagu "Tawar Sedenge" harus menjadi pedoman bagi masyarakat Gayo untuk terus menjaga alam dan budaya mereka. Melalui upaya pelestarian seperti Festival Nenggeri Linge dan komitmen pemerintah serta masyarakat, diharapkan Linge dapat tetap menjadi simbol peradaban dan identitas masyarakat Gayo.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index