Minyak

Sentimen Positif Dorong Harga Minyak

Sentimen Positif Dorong Harga Minyak
Sentimen Positif Dorong Harga Minyak

JAKARTA - Pasar minyak dunia menunjukkan penguatan pada awal pekan ini, seiring dengan adanya perkembangan positif di panggung geopolitik dan perdagangan internasional. Keputusan Amerika Serikat dan China untuk memperpanjang jeda kenaikan tarif dagang memberikan angin segar bagi pasar energi global, meredakan kekhawatiran perlambatan permintaan akibat eskalasi perang dagang antara dua negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia.

Kenaikan harga minyak ini tercermin dari kontrak berjangka Brent yang naik sebesar 26 sen atau 0,39% menjadi US$66,89 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turut meningkat 22 sen atau 0,34% ke posisi US$64,18 per barel. Data ini diambil pada pukul 00.15 GMT, menandakan sentimen positif yang menyebar di pasar sejak pengumuman terbaru.

Pengumuman Presiden AS Donald Trump mengenai perpanjangan gencatan tarif dengan China selama 90 hari menjadi titik balik penting dalam dinamika perdagangan global. Langkah ini mencegah penerapan bea masuk tinggi yang sempat dijadwalkan akan dikenakan terhadap produk-produk asal China, yang kebetulan bertepatan dengan musim belanja akhir tahun di Amerika Serikat. Kebijakan ini tidak hanya memberikan waktu bagi negosiasi perdagangan yang lebih matang, tetapi juga memunculkan optimisme bahwa kesepakatan dagang dapat tercapai.

Di luar konteks perdagangan, pasar minyak juga memantau dengan seksama pertemuan yang akan digelar antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Agenda pertemuan yang berlangsung di Alaska ini diharapkan dapat membuka jalan bagi pengakhiran konflik di Ukraina, yang selama ini menjadi salah satu faktor risiko utama yang membayangi pasokan minyak global. Ancaman sanksi keras AS terhadap pembeli minyak Rusia seperti China dan India, jika kesepakatan damai gagal tercapai, menjadi salah satu poin krusial yang akan dibahas.

Menurut Daniel Hynes, Senior Commodity Strategist ANZ, setiap kemajuan menuju perdamaian antara Rusia dan Ukraina berpotensi menghilangkan risiko gangguan pasokan minyak dari Rusia yang selama ini menyebabkan ketidakpastian pasar. Hal ini sangat penting mengingat Rusia merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia dan setiap gangguan pasokan dapat memicu fluktuasi harga yang signifikan.

Presiden Trump sebelumnya menetapkan tenggat waktu hingga akhir pekan lalu bagi Rusia untuk menerima kesepakatan damai, dengan ancaman penerapan sanksi sekunder terhadap pembelinya apabila penolakan terjadi. AS juga memberikan tekanan kepada India dan China untuk mengurangi pembelian minyak Rusia, termasuk potensi tarif tambahan terhadap Beijing. Namun, risiko pemberlakuan sanksi tersebut tampak mereda menjelang pertemuan Trump-Putin, memberikan kelegaan bagi para pelaku pasar.

Selain faktor geopolitik dan perdagangan, investor juga tengah menantikan data inflasi Amerika Serikat yang akan dirilis dalam waktu dekat. Data ini menjadi indikator penting bagi arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed). Setiap indikasi yang menunjukkan kemungkinan pemangkasan suku bunga dapat memberikan dorongan tambahan pada harga minyak, karena suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

Secara keseluruhan, kombinasi antara meredanya ketegangan perdagangan AS-China, prospek perdamaian antara Rusia dan Ukraina, serta antisipasi kebijakan moneter AS membentuk fondasi sentimen positif di pasar minyak. Namun, volatilitas tetap menjadi ciri khas pasar komoditas energi ini, sehingga pelaku pasar terus memantau perkembangan secara dinamis untuk menyesuaikan strategi investasi mereka.

Di tengah situasi global yang masih penuh ketidakpastian, langkah-langkah diplomasi dan kebijakan ekonomi yang responsif menjadi kunci utama untuk menstabilkan harga minyak dan menjaga keseimbangan pasar energi dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index