Kuliner

Kuliner Pisang Ijo Ice Cream Bikin Heboh

Kuliner Pisang Ijo Ice Cream Bikin Heboh
Kuliner Pisang Ijo Ice Cream Bikin Heboh

JAKARTA - Ketika cuaca terik melanda Kota Bandung, ada satu kudapan yang belakangan menyita perhatian masyarakat, khususnya di kawasan Ciroyom. Bukan hanya karena menyegarkan, tapi juga karena keberaniannya tampil beda: es pisang ijo dengan topping ice cream. Kudapan yang dulu dikenal dengan perpaduan pisang, sirup merah, dan es serut ini, kini naik kelas dengan sentuhan modern yang menghadirkan pengalaman rasa yang lebih segar dan creamy.

Di antara keramaian pedagang kaki lima, sebuah gerobak sederhana menjual es pisang ijo yang tampil lebih menggoda. Warna hijau khas balutan adonan tepung pada pisang, berpadu bubur sumsum lembut, sirup merah mencolok, es serut dingin, dan tak ketinggalan—satu scoop ice cream rasa strawberry di atasnya. Penampilan yang menggoda ini sukses menarik banyak mata, dan lebih penting lagi: berhasil menggoda lidah anak-anak muda masa kini.

Bukan hanya soal rasa, strategi di balik inovasi ini juga patut diapresiasi. Sang pemilik, Meli Karmila, seorang penjual kuliner kaki lima, memiliki alasan kuat mengapa ia memilih untuk mengubah tampilan tradisional pisang ijo.

"Kayanya supaya berbeda dengan yang lain, tentunya itu ya. Dari namanya, dari rasanya mungkin ya. Karena kan biasanya basic aja gitu kalo pisang ijo di tempat lain, jadi di sini saya tambahin aja topping ice cream supaya berbeda dan lebih menarik," ungkap Meli.

Keputusan Meli menambahkan es krim ke dalam es pisang ijo ternyata bukan sekadar ikut tren. Ia memahami bahwa generasi muda kini cenderung menyukai kuliner yang tidak hanya enak tapi juga 'instagramable'. Maka, perpaduan tradisi dan kekinian ini menjadi senjata utama untuk menarik pasar baru yang lebih luas.

Harga menjadi faktor penentu berikutnya. Ketika banyak jajanan kekinian dijual dengan harga selangit, Meli tetap membanderol kreasi uniknya di kisaran Rp10.000 per porsi. Dengan rasa yang unik dan tampilan yang menggoda, harga ini jelas menjadi nilai lebih bagi para pemburu kuliner yang haus akan pengalaman baru tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.

Salah satu pelanggan setia Meli, Anisa Mar’atus, mengungkapkan kesannya setelah mencicipi es pisang ijo ice cream tersebut.

”Saya tertarik membeli es pisang ijo es krim di sini karena lokasinya strategis, berada di pinggir jalan sehingga mudah ditemukan dan diakses. Selain itu, tampilannya menarik dan terlihat segar, apalagi sedang menjadi tren di kalangan anak muda. Kombinasi antara pisang ijo dan es krim juga cukup unik, membuat saya penasaran untuk mencoba,” katanya.

Fenomena seperti ini sebenarnya menjadi gambaran nyata bagaimana kuliner tradisional dapat tetap eksis, bahkan makin diminati, asalkan mampu beradaptasi. Es pisang ijo, yang sebelumnya lebih populer di wilayah timur Indonesia seperti Makassar, kini tampil dengan wajah baru di kota metropolitan seperti Bandung, membuktikan bahwa inovasi adalah kunci utama keberlanjutan.

Lebih dari sekadar makanan, es pisang ijo topping ice cream ini juga membawa semangat bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, kreativitas dalam menyajikan produk menjadi pembeda utama. Sentuhan sederhana seperti menambahkan ice cream pada hidangan tradisional bisa menjadi pembuka pintu kesuksesan.

Bukan hal yang aneh jika kreasi ini dalam waktu singkat mampu memikat pelanggan dari berbagai kalangan usia. Bagi anak-anak, kombinasi rasa manis dan dingin adalah kenikmatan tersendiri. Bagi remaja dan dewasa muda, tampilannya yang menarik menjadi alasan utama untuk memotret dan membagikannya di media sosial. Sementara bagi penikmat kuliner tradisional, sensasi rasa yang familiar namun berbeda cukup membuat mereka terus kembali.

Keunikan inilah yang menjadikan es pisang ijo topping ice cream bukan hanya sebagai jajanan musiman, tetapi potensi bisnis berkelanjutan. Dengan modal kreativitas dan kemampuan membaca pasar, inovasi kuliner seperti ini punya peluang untuk dikembangkan lebih jauh. Tak menutup kemungkinan ke depannya, menu ini akan hadir dalam berbagai varian rasa es krim, topping tambahan seperti sereal, kacang, atau bahkan boba, mengikuti tren yang terus berkembang.

Melalui usaha sederhana namun penuh semangat seperti milik Meli, kita belajar bahwa mempertahankan warisan budaya kuliner tidak harus berarti mempertahankan bentuk lamanya secara kaku. Justru, dengan sedikit keberanian untuk bereksperimen dan mendengar keinginan pasar, kuliner khas bisa mendapatkan ruang baru yang lebih luas, bahkan menembus pasar modern tanpa harus kehilangan identitasnya.

Es pisang ijo topping ice cream di Bandung hari ini bukan hanya menyegarkan tenggorokan, tetapi juga menjadi bukti bahwa kuliner legendaris bisa naik kelas. Dan siapa sangka, dari pinggir jalan di Ciroyom, inovasi kecil ini bisa menjadi inspirasi besar bagi pelaku kuliner lokal lainnya untuk terus bergerak maju.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index