JAKARTA - Di tengah dentuman mesin dan gemuruh industri di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, ada satu titik cahaya yang tumbuh tenang namun pasti: Politeknik Industri Logam Morowali (PLM). Kampus ini berdiri bukan sekadar sebagai institusi pendidikan, tetapi sebagai simbol harapan dan bukti bahwa kemajuan industri bisa sejalan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia lokal.
PLM tak hanya mendidik, tetapi juga membentuk. Di sini, generasi muda daerah tak lagi menjadi penonton perkembangan industri, melainkan dipersiapkan sebagai pemain utama. Dengan dukungan dari PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), politeknik ini hadir sebagai pusat vokasi yang langsung terintegrasi dengan kebutuhan nyata dunia kerja.
Mahasiswa-mahasiswa PLM datang dengan semangat tinggi. Seperti Syahrul dari Morowali yang memilih jurusan Teknik Perawatan Mesin. Baginya, PLM bukan hanya tempat kuliah, tetapi jembatan langsung menuju dunia kerja. “Di sini bisa langsung kerja,” katanya yakin.
Hal serupa disampaikan oleh Risky Aulia dari jurusan Teknik Listrik dan Instalasi. Dengan program pembelajaran berbasis praktik dan pendekatan industri, ia merasa bahwa PLM adalah tempat yang paling realistis untuk mewujudkan mimpinya. “Tidak lama lagi mau magang, sekarang saya sudah semester empat. Waktu pertama lihat informasinya, langsung tertarik,” ujarnya.
Tak hanya dari Sulawesi Tengah, kampus ini juga menarik minat mahasiswa dari luar daerah. Syahrul dari Makassar dan Sulwahyudi dari Kolaka Timur adalah dua contoh nyata bahwa PLM telah menjadi magnet pendidikan vokasi di tingkat nasional. Pilihan mereka tak jatuh ke universitas konvensional, melainkan ke politeknik yang punya hubungan erat dengan industri strategis nasional.
Salah satu daya tarik utama PLM adalah program magang yang telah dirancang secara sistematis dan aplikatif. “Ada program magang di semester lima dan enam. Magangnya di IMIP selama satu tahun, dan mereka sudah digaji seperti pekerja lainnya,” jelas Angga, Ketua Program Studi Teknik Perawatan Mesin.
Dengan kurikulum yang menyatu dengan kebutuhan industri, mahasiswa PLM tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung mengasah keterampilan di lapangan. Inilah pendekatan pendidikan yang menjawab kebutuhan zaman: kompeten, cepat, dan relevan.
Di balik keberhasilan ini, ada figur sentral seperti Direktur PLM, Agus Salim, yang memimpin institusi ini seperti nahkoda kapal di tengah lautan industri. Ia menyebutkan bahwa politeknik ini bukan hanya tempat untuk belajar, melainkan medan untuk membentuk karakter dan keahlian yang sejati. “Politeknik ini bukan hanya tempat belajar. Ini juga tempat anak-anak Morowali menempa asa. Kami berharap putra-putri Morowali bisa berkuliah di sini,” katanya.
PLM kini telah mulai memetik hasilnya. Beberapa alumni bahkan sudah kembali ke almamater sebagai tenaga pengajar. “Kami sudah merekrut dua alumni karena kami melakukan rekrutmen lewat jalur PNS. Alumni sini ada yang lolos, meskipun karena masih D3, statusnya adalah Penata Laboratorium Pendidikan,” ungkap Agus.
Dukungan besar dari PT IMIP juga menjadi salah satu fondasi kuat PLM. Emilia Bassar, Direktur Komunikasi PT IMIP, menyampaikan bahwa politeknik ini dibangun sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk mendorong keberlanjutan industri berbasis nikel dan hilirisasi. “Kelak, para lulusan ini bukan hanya menjadi roda penggerak di kawasan industri kami, tetapi juga lentera intelektual yang menuntun bangsa di tengah gelombang revolusi teknologi nikel dan energi terbarukan,” tuturnya.
Lebih dari itu, IMIP melihat PLM sebagai investasi jangka panjang yang strategis. Emilia berharap politeknik ini akan menjadi institusi unggulan di bidang vokasi dan teknologi logam. “Industri yang berbasis nikel, khususnya di IMIP, akan mendapatkan suplai tenaga kerja dari alumni politeknik yang memiliki kompetensi, keterampilan, dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan industri,” ucapnya.
Ia menambahkan, “Tentu saja, diharapkan para lulusan politeknik ini tidak hanya mengisi lapangan pekerjaan di IMIP, tetapi juga menjadi calon intelektual muda yang berkontribusi dalam industri hilirisasi nikel.”
Politeknik Industri Logam Morowali adalah jawaban atas tantangan zaman: bagaimana menyelaraskan pendidikan dan industri, bagaimana menciptakan talenta lokal yang kompeten, dan bagaimana menjadikan kampus bukan hanya tempat belajar, tapi tempat membentuk masa depan.
Di kampus ini, anak-anak dari desa dan kota kecil tak lagi hanya menonton perubahan dari jauh. Mereka menjadi bagian dari perubahan itu sendiri—menempa diri seperti logam, mengubah panas dan tekanan menjadi kekuatan, dan bersiap menjadi baja yang menyangga pembangunan bangsa.