Erick Thohir Fokus Pembinaan Sepak Bola Putri

Minggu, 13 Juli 2025 | 12:37:45 WIB
Erick Thohir Fokus Pembinaan Sepak Bola Putri

JAKARTA - Transformasi sepak bola Indonesia tidak hanya berfokus pada sisi maskulin permainan, tetapi juga memberi ruang besar bagi pertumbuhan sepak bola putri. Salah satu langkah penting dilakukan PSSI melalui penyelenggaraan kompetisi usia dini sebagai fondasi utama pembinaan berkelanjutan. Di bawah kepemimpinan Erick Thohir, perhatian terhadap sepak bola putri semakin konkret, seiring dengan bergulirnya Piala Pertiwi Hydroplus 2025 yang kini menjadi titik tolak harapan baru.

Piala Pertiwi Hydroplus 2025 bukan sekadar turnamen tahunan, tetapi menjadi representasi dari visi jangka panjang federasi dalam mencetak talenta muda di sepak bola putri. Kompetisi ini menyasar dua kelompok usia, yakni U-14 dan U-16, dan telah merambah ke 12 provinsi serta 16 wilayah regional di seluruh Indonesia. Cakupan yang luas ini menunjukkan keseriusan PSSI untuk menjangkau bibit potensial di berbagai daerah, tak hanya terpusat di kota besar.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan bahwa kompetisi ini merupakan bentuk nyata dari struktur pembinaan yang sehat dan menyeluruh. Menurutnya, ruang kompetitif yang tepat dan terukur sangat penting dalam membentuk karakter dan keterampilan para pemain muda.

“Piala Pertiwi Hydroplus bukan sekadar turnamen. Ia adalah langkah konkret untuk memastikan bahwa talenta muda putri memiliki ruang kompetitif yang sehat, terstruktur, dan berdampak,” tegas Erick saat menghadiri semifinal All Stars Piala Pertiwi 2025 di Kudus, Jawa Tengah.

Momentum penyelenggaraan turnamen ini tidak hanya memberi tempat bagi anak-anak perempuan untuk bermain, tetapi juga untuk belajar nilai-nilai sportivitas, kerja sama tim, serta disiplin dalam berkompetisi. Keberlanjutan menjadi fokus utama PSSI agar transformasi ini tidak bersifat temporer.

Di luar Piala Pertiwi, PSSI juga menjalankan program pembinaan yang lebih dini. Erick menyoroti keberlanjutan kompetisi untuk kelompok usia yang lebih muda, yakni U-8 dan U-10, melalui dukungan dari sponsor seperti MilkLife. Program ini kini memasuki tahun kedua dan menjadi wadah awal bagi anak-anak perempuan mengenal sepak bola secara lebih menyenangkan dan edukatif.

“Kami melihat meningkatnya antusiasme, bukan hanya dari para pemain, tetapi juga dari orang tua, pelatih, dan komunitas lokal. Ini menandakan bahwa fondasi sepak bola putri kini mulai diperkuat dari akar rumput,” tambah Erick.

Keikutsertaan keluarga dan komunitas lokal dalam mendukung turnamen-turnamen usia dini ini memberi gambaran bahwa sepak bola putri mulai mendapat tempat yang lebih layak di tengah masyarakat. Hal ini menjadi kunci penting dalam menciptakan ekosistem olahraga yang inklusif dan berkelanjutan.

PSSI menyadari bahwa pengembangan sepak bola putri tidak bisa hanya mengandalkan turnamen elit atau sekadar agenda simbolis. Yang dibutuhkan adalah sistem yang memungkinkan setiap anak perempuan, dari pelosok hingga perkotaan, punya akses dan kesempatan yang sama untuk berkembang di lapangan hijau.

Turnamen seperti Piala Pertiwi Hydroplus dan kompetisi usia dini MilkLife menjadi bukti bahwa upaya itu sedang dijalankan secara sistematis. Ke depan, langkah-langkah ini diharapkan bisa terus diperkuat dengan fasilitas, pelatihan pelatih, serta infrastruktur pendukung lainnya.

PSSI juga menggarisbawahi bahwa pembinaan di usia dini bukan hanya membentuk atlet, tetapi juga membangun karakter. Melalui kompetisi rutin dan terarah, generasi muda diajarkan untuk bertanggung jawab, tekun, dan menjunjung tinggi etika permainan.

Di sisi lain, pengembangan sepak bola putri juga memiliki nilai strategis dalam konteks nasional. Dengan semakin kuatnya tim-tim muda putri Indonesia, peluang tampil kompetitif di kancah internasional pun akan terbuka lebih luas. Ini adalah langkah awal menuju keikutsertaan yang lebih signifikan di ajang seperti SEA Games, Asian Games, bahkan Piala Dunia Wanita di masa mendatang.

Komitmen federasi di bawah Erick Thohir sejauh ini mendapat respons positif dari berbagai pihak. Berbagai komunitas sepak bola putri, termasuk pelatih dan pengamat, menyambut baik arah pembinaan yang kini lebih berpihak pada generasi muda.

Keseriusan ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan panjang pengembangan sepak bola putri Indonesia. Dengan strategi pembinaan dari akar rumput dan kontinuitas kompetisi di berbagai usia, PSSI berharap dapat melahirkan generasi emas sepak bola putri dalam beberapa tahun ke depan.

Tidak hanya itu, keberlanjutan program seperti ini juga akan mengubah persepsi publik terhadap sepak bola putri, yang selama ini kurang mendapat sorotan. Saat lebih banyak anak perempuan tampil di lapangan, publik akan semakin terbiasa dan mendukung keberadaan mereka di dunia olahraga yang selama ini didominasi pria.

Dengan demikian, langkah-langkah yang ditempuh PSSI bukan hanya soal mencetak pemain berbakat, tapi juga soal membangun tatanan sosial baru yang lebih setara dan suportif terhadap semua gender dalam dunia olahraga.

Terkini

Erick Thohir Mundur dari Komite Wasit, Ogawa Gantikan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:50:51 WIB

Bali Menuju Transportasi Listrik

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:55:12 WIB

Lonjakan Penumpang Pelni di Belawan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:59:42 WIB

Syukuran Laut Penyeberangan

Minggu, 13 Juli 2025 | 17:04:09 WIB