Seorang Penumpang Wanita Meninggal Setibanya di Bandara Setelah Penerbangan

Kamis, 10 Juli 2025 | 10:16:32 WIB
Seorang Penumpang Wanita Meninggal Setibanya di Bandara Setelah Penerbangan

JAKARTA - Kasus meninggalnya seorang wanita asal Tiongkok setelah melakukan perjalanan udara jarak jauh kembali mengingatkan masyarakat akan bahaya kesehatan yang bisa muncul dari durasi duduk yang lama selama penerbangan. Wanita berusia 30 tahun ini, yang bermarga Li, mengalami kondisi kritis sesaat setelah tiba di Bandara Guangzhou setelah menempuh penerbangan selama sebelas jam dari Selandia Baru pada tanggal 3 Juli 2025.

Segera setelah mendarat, Li dilaporkan pingsan di area bandara dan langsung mendapatkan pertolongan medis dengan dibawa ke rumah sakit setempat. Namun, upaya penyelamatan nyawanya gagal dan dokter menyatakan penyebab kematiannya adalah emboli paru, sebuah kondisi serius yang terjadi ketika penyumbatan pada pembuluh darah di paru-paru menghambat aliran darah dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Emboli paru merupakan salah satu komplikasi yang bisa terjadi akibat duduk dalam waktu lama tanpa bergerak, khususnya saat melakukan perjalanan jarak jauh dengan pesawat terbang. Dokter-dokter yang menangani kasus ini mengingatkan bahwa risiko emboli paru sangat tinggi pada orang yang duduk diam dalam jangka waktu lama, karena aliran darah dapat terhambat dan pembekuan darah berpotensi terjadi di pembuluh vena kaki, yang kemudian bisa berpindah ke paru-paru.

Fenomena ini bukan hanya kasus tunggal; berbagai penelitian kesehatan mengonfirmasi bahwa penerbangan jarak jauh, terutama yang berlangsung lebih dari delapan jam, memiliki risiko tinggi terhadap kejadian trombosis vena dalam dan emboli paru. Kondisi tersebut sering dikenal dengan istilah “economy class syndrome” karena berkaitan erat dengan kebiasaan duduk lama dalam ruang terbatas selama penerbangan.

Selain durasi penerbangan yang panjang, faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kemungkinan emboli paru adalah usia, riwayat kesehatan tertentu, obesitas, dehidrasi, serta penggunaan obat-obatan tertentu. Wanita muda bernama Li ini, meskipun relatif masih muda, menjadi contoh nyata bahwa risiko ini bisa terjadi tanpa mengenal usia, terutama jika tidak ada langkah pencegahan yang diambil selama penerbangan.

Para ahli kesehatan menyarankan agar penumpang pesawat yang melakukan perjalanan panjang mengambil tindakan preventif seperti sering melakukan peregangan kaki, berjalan-jalan di kabin jika memungkinkan, mengenakan pakaian yang tidak ketat, dan menjaga hidrasi dengan minum air putih yang cukup. Penggunaan stoking kompresi juga dianjurkan untuk membantu meningkatkan sirkulasi darah di kaki.

Kematian wanita ini di Bandara Guangzhou menjadi pengingat penting bagi masyarakat luas untuk lebih waspada terhadap risiko kesehatan terkait penerbangan jarak jauh. Penerbangan internasional yang mengharuskan duduk selama berjam-jam bukan hanya menantang kenyamanan, tetapi juga bisa berpotensi mengancam nyawa jika tidak diantisipasi dengan benar.

Kasus ini juga menimbulkan perhatian serius bagi maskapai penerbangan, otoritas kesehatan, dan pemerintah untuk mengedukasi penumpang terkait risiko medis yang mungkin timbul selama penerbangan panjang. Kampanye informasi mengenai pentingnya bergerak aktif dan melakukan pencegahan sederhana selama penerbangan bisa membantu menurunkan angka kejadian emboli paru di kalangan penumpang.

Dengan meningkatnya mobilitas global dan semakin banyaknya orang yang melakukan perjalanan udara jarak jauh, kesadaran akan risiko kesehatan seperti emboli paru harus semakin digalakkan. Kematian tragis wanita bernama Li menjadi momentum untuk menegaskan pentingnya pencegahan emboli paru serta perlunya langkah-langkah mitigasi risiko selama penerbangan.

Di sisi lain, kasus ini juga membuka diskusi mengenai standar kesehatan dan keselamatan penerbangan, terutama dalam hal bagaimana penumpang didorong untuk menjaga kesehatan mereka selama perjalanan. Peran medis dan edukasi publik dalam konteks transportasi udara menjadi sangat krusial agar insiden seperti ini bisa diminimalisir di masa depan.

Secara keseluruhan, insiden meninggalnya wanita Tiongkok setelah penerbangan panjang ini menyoroti betapa pentingnya memperhatikan faktor kesehatan selama perjalanan udara jarak jauh. Emboli paru, meski sering dianggap sebagai risiko tersembunyi, bisa berakibat fatal dan memerlukan kewaspadaan serius dari penumpang dan penyelenggara penerbangan. Kesadaran dan pencegahan adalah kunci utama untuk melindungi nyawa dan memastikan perjalanan udara tidak hanya nyaman tetapi juga aman secara medis.

Terkini

KUR BRI dan MBG Angkat UMKM Ikan Lokal

Minggu, 13 Juli 2025 | 14:45:27 WIB

Modal Halal UMKM Lewat KUR BSI

Minggu, 13 Juli 2025 | 14:50:21 WIB