JAKARTA - Tertinggal dua gol dalam pertandingan penting bukanlah situasi ideal bagi tim manapun, terlebih dalam ajang bergengsi seperti Piala Presiden. Namun, yang membedakan tim besar dengan tim lainnya adalah bagaimana mereka merespons tekanan tersebut. Hal inilah yang ditunjukkan oleh skuat Liga Indonesia All Star saat menghadapi Arema FC dalam laga babak penyisihan Grup A.
Meski harus puas dengan hasil imbang 2-2, laga tersebut menjadi bukti nyata bagaimana karakter tangguh dan mental juara tumbuh di tubuh tim yang dihuni oleh para pemain terbaik dari berbagai klub Liga 1. Pelatih Rahmad Darmawan, atau yang akrab disapa Coach RD, mengapresiasi perjuangan para pemainnya yang tak menyerah meskipun sempat tertinggal dua gol lebih dahulu.
Arema FC membuka keunggulan melalui gol cepat Salim Akbar Tuharea pada menit ke-18. Dominasi mereka berlanjut hingga babak kedua, ketika Dedik Setiawan menggandakan keunggulan pada menit ke-65. Dengan ketertinggalan dua gol dan waktu bermain yang mulai menipis, banyak yang mungkin menyangka laga akan berakhir dengan kemenangan Arema.
Namun, justru pada titik inilah mentalitas Liga Indonesia All Star diuji dan terbukti. Mereka menunjukkan determinasi luar biasa untuk bangkit. Dengan tekanan bertubi-tubi, tim All Star mendapatkan peluang emas melalui titik putih. Witan Sulaiman sukses mengeksekusi penalti pada menit ke-72, membuka harapan dan menyulut semangat rekan-rekannya.
Keberhasilan itu tidak berhenti di situ. Hanya sebelas menit berselang, giliran Septian David Maulana yang mencatatkan namanya di papan skor, juga lewat titik putih. Kedudukan menjadi imbang 2-2 dan tetap bertahan hingga akhir laga.
Pelatih Rahmad Darmawan menyoroti semangat juang pemainnya sebagai kunci utama dari kebangkitan ini. Ia menilai, meskipun persiapan tim terbilang singkat, para pemain mampu menunjukkan kualitas dan mental yang dibutuhkan di kompetisi seperti ini.
"Kami sempat tertinggal dua gol dan yang saya senang dari pemain adalah respons mereka. Mereka tidak goyah dan bangkit, pemain terus berusaha sampai bisa membuat gol tambahan," kata Coach RD dengan nada optimistis.
Pernyataan itu bukan sekadar ungkapan emosional pasca-pertandingan, tetapi juga menggambarkan filosofi kepelatihan RD yang selalu menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras, dan daya tahan mental. Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, ia dikenal sebagai pelatih yang tidak hanya fokus pada taktik, tetapi juga pada penguatan karakter pemain.
Mengingat Liga Indonesia All Star terdiri dari pemain-pemain yang berasal dari klub berbeda, kekompakan dan komunikasi tentu menjadi tantangan tersendiri. Tanpa waktu latihan yang panjang dan tanpa ritme bermain bersama yang matang, menyatukan berbagai gaya dan karakter bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, hasil imbang ini terasa sangat berarti, bukan semata karena skor, tetapi karena menunjukkan bahwa potensi kolektif dapat menyatu di bawah tekanan.
"Sekarang kami tinggal melihat hasil pertandingan lainnya (Oxford United dan Arema FC)," tambah Rahmad, menyinggung kemungkinan timnya melaju ke fase berikutnya bergantung pada hasil laga lain di grup.
Dalam konteks Piala Presiden yang kini makin kompetitif, hasil ini tentu memberikan sinyal bahwa tim All Star layak diperhitungkan. Jika dalam kondisi persiapan minim saja mereka bisa menunjukkan determinasi seperti ini, maka dengan waktu yang lebih ideal dan strategi yang terbangun lebih kuat, kekuatan mereka bisa jauh lebih besar.
Laga ini juga memberi pelajaran penting bagi pemain dan pecinta sepak bola nasional tentang pentingnya memiliki mental pemenang. Dua gol penalti yang dicetak oleh Witan Sulaiman dan Septian David Maulana bukan hanya soal teknis di lapangan, tetapi juga hasil dari tekanan mental yang berhasil dikendalikan. Ketika semua mata tertuju dan waktu hampir habis, hanya pemain dengan konsentrasi dan keberanian tinggi yang mampu menyelesaikan tugas tersebut.
Dari sisi lawan, Arema FC juga pantas diapresiasi. Mereka tampil agresif dan mampu mengendalikan jalannya pertandingan di sebagian besar waktu. Namun, keunggulan yang sudah di tangan harus sirna karena ketidakmampuan menjaga intensitas hingga akhir pertandingan. Ini menjadi catatan penting bagi Arema dalam menyongsong laga berikutnya, karena dalam turnamen seperti ini, ketahanan mental dan stamina sepanjang 90 menit sangat menentukan.
Sementara itu, bagi Liga Indonesia All Star, hasil imbang ini akan menjadi bekal berharga untuk membangun semangat menuju pertandingan selanjutnya. Selain sebagai ajang unjuk gigi pemain-pemain terbaik dari klub Liga 1, keikutsertaan mereka juga menjadi bentuk sinergi yang baik dalam membangun kualitas kompetisi nasional secara keseluruhan.
Dukungan dari pelatih berpengalaman seperti Rahmad Darmawan, ditambah kualitas individu para pemain, bisa menjadi landasan kuat untuk terus tampil maksimal. Terlepas dari hasil akhir di fase grup, apa yang ditampilkan oleh Liga Indonesia All Star sejauh ini sudah menjadi refleksi bahwa kualitas sepak bola nasional terus berkembang, tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi mentalitas dan semangat juang.