JAKARTA - Lonjakan jumlah penumpang yang dilayani PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukkan tren positif pemulihan dan pertumbuhan sektor transportasi publik berbasis rel di Indonesia. Dalam enam bulan pertama tahun ini, total 240.906.117 penumpang telah memanfaatkan berbagai layanan kereta yang disediakan oleh KAI Group. Angka ini menandai pertumbuhan sebesar 8,90% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Capaian tersebut tak sekadar mencerminkan peningkatan volume, tetapi juga menjadi sinyal kepercayaan publik yang semakin tinggi terhadap transportasi berbasis rel yang dinilai aman, efisien, dan nyaman. Dalam lanskap transportasi nasional, KAI tak hanya menjadi penggerak utama konektivitas antarkota dan antarprovinsi, tetapi juga penghubung strategis dalam sistem transportasi perkotaan dan multimoda.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menjelaskan bahwa lonjakan pelanggan tertinggi terjadi pada layanan LRT Jabodebek, yang melayani 13.040.403 penumpang. Angka ini melonjak signifikan sebesar 50,14% dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang hanya 8.685.648 penumpang.
- Baca Juga Lonjakan Penumpang Pelni di Belawan
"LRT Jabodebek menunjukkan bagaimana integrasi transportasi publik bisa menjadi solusi efektif bagi mobilitas masyarakat perkotaan yang padat. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat semakin percaya dan mengandalkan moda rel untuk perjalanan harian," ujar Anne.
Pertumbuhan tajam juga tercatat pada anak usaha KAI, yakni KAI Wisata. Unit bisnis ini berhasil meningkatkan pelayanannya kepada 100.176 pelanggan dari sebelumnya 70.855, atau tumbuh 41,38%. Layanan eksklusif ini meliputi Kereta Panoramic, Kereta Priority, dan sejumlah kereta tematik seperti Nusantara, Toraja, dan Imperial yang mengedepankan pengalaman perjalanan kelas atas.
Tak kalah penting, konektivitas menuju dan dari bandara pun menunjukkan kinerja impresif. Layanan KAI Bandara yang mencakup KA Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dan KA Srilelawangsa di Sumatra Utara mencatat kenaikan penumpang hingga 27,29%, dari 2.709.305 menjadi 3.448.622 orang. Kedua rute ini menjadi simpul penting dalam ekosistem transportasi multimoda yang terintegrasi dan cepat.
Di luar Pulau Jawa, layanan LRT Sumatera Selatan (LRT Sumsel) juga mengalami kenaikan jumlah pelanggan sebesar 9,50%, dari 2.033.883 menjadi 2.227.144. Sementara proyek strategis nasional KA Makassar–Parepare di Sulawesi mencatat pertumbuhan 8,86%, dari 136.906 menjadi 149.035 pelanggan. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa investasi pemerintah dalam pembangunan rel di luar Jawa mulai menunjukkan dampak positif terhadap aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.
Untuk layanan konvensional KA Jarak Jauh dan KA Lokal yang dikelola langsung oleh KAI, jumlah pelanggan mencapai 27.463.555, tumbuh 7% dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 25.735.107. Layanan ini menjadi tulang punggung perjalanan antarkota dan penghubung lintas wilayah yang sangat diandalkan masyarakat, terutama di Pulau Jawa.
Di sisi lain, KAI Commuter tetap menjadi penopang utama transportasi harian masyarakat di kawasan aglomerasi. Dengan mencatat 191.540.583 pelanggan, layanan ini mengalami pertumbuhan 6,90% dari tahun sebelumnya sebanyak 179.165.922. Capaian ini mencerminkan peran vital KRL sebagai moda andalan masyarakat Jabodetabek dan daerah sekitarnya.
"Ini bukan sekadar soal pertumbuhan angka, tetapi tentang bagaimana kepercayaan publik tumbuh melalui pengalaman perjalanan yang aman, nyaman, dan terkoneksi," ujar Anne.
Anne juga menambahkan bahwa seluruh capaian tersebut tak lepas dari konsistensi KAI dalam menjaga kinerja ketepatan waktu (On Time Performance/OTP). Selama Semester I, ketepatan waktu keberangkatan KA penumpang mencapai 99,51%, sementara kedatangan mencapai 96,25%.
"Ketepatan waktu bukan hanya soal angka, tetapi tentang menjaga ritme kehidupan pelanggan. Ini yang terus kami jaga dan tingkatkan, agar KAI tak hanya menjadi pilihan utama transportasi publik, tapi juga mitra mobilitas yang selalu bisa diandalkan," katanya menegaskan.
Kinerja positif ini juga sejalan dengan upaya perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional, digitalisasi layanan, serta peningkatan kapasitas sarana dan prasarana. KAI juga terus memperluas layanan dengan pendekatan integrasi lintas moda, digitalisasi tiket dan jadwal, serta kenyamanan di stasiun dan kereta.
Peningkatan ini turut menjadi tolok ukur dalam mendorong budaya menggunakan transportasi publik di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan, efisiensi energi, dan kepadatan lalu lintas, moda berbasis rel menjadi alternatif yang semakin rasional dan dibutuhkan.
Dengan tren pertumbuhan yang terus menguat, KAI menempatkan dirinya tidak hanya sebagai penyedia jasa transportasi, tetapi juga mitra pembangunan dalam memperkuat sistem mobilitas nasional yang berkelanjutan. Pemerintah pun didorong untuk terus memberikan dukungan terhadap pengembangan transportasi publik yang terintegrasi, baik melalui penguatan infrastruktur, kebijakan tarif yang ramah masyarakat, hingga insentif investasi untuk memperluas jaringan rel.
Capaian 240 juta lebih penumpang dalam enam bulan ini menjadi penanda bahwa transportasi rel di Indonesia berada di jalur yang tepat. Tantangan ke depan adalah bagaimana mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan demi menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat yang semakin kompleks dan dinamis.