Industri Farmasi Disasar, Trump Siapkan Tarif Impor Hingga 200 Persen

Rabu, 09 Juli 2025 | 08:16:51 WIB
Industri Farmasi Disasar, Trump Siapkan Tarif Impor Hingga 200 Persen

JAKARTA - Langkah proteksionis kembali menjadi sorotan dalam kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam salah satu agenda besar pemerintahannya, Trump menegaskan niatnya untuk menekan ketergantungan Amerika Serikat terhadap produk impor, khususnya dalam sektor farmasi. Targetnya, mendorong produsen obat global untuk kembali memusatkan operasi mereka di dalam negeri.

Rencana ini bukan sekadar imbauan biasa. Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan memberlakukan tarif impor tinggi terhadap produk-produk farmasi asing yang masuk ke pasar domestik. Angkanya tak main-main—dapat mencapai hingga 200 persen. Namun, untuk memberi waktu adaptasi, Trump menyatakan bahwa perusahaan farmasi diberi kelonggaran waktu sekitar satu hingga satu setengah tahun guna memindahkan kegiatan produksi ke wilayah AS.

"Jika mereka tetap harus membawa obat-obatan ke AS, mereka akan dikenakan tarif sangat tinggi, sekitar 200 persen. Kami beri mereka waktu tertentu untuk berbenah," ujar Trump kepada wartawan saat menghadiri pertemuan kabinet di Gedung Putih.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar pemerintah untuk memperkuat struktur industri dalam negeri di bidang-bidang strategis. Trump juga menyebut bahwa kebijakan tarif ini tidak hanya akan menyasar sektor farmasi, tetapi juga semikonduktor dan berbagai produk penting lainnya. Dalam pernyataannya, ia juga mengumumkan penerapan tarif impor baru untuk tembaga, sebagai bagian dari kebijakan dagang lanjutan.

Pemerintahannya sebelumnya telah memulai penyelidikan terhadap ketergantungan sektor farmasi AS terhadap rantai pasok global. Investigasi dilakukan oleh Departemen Perdagangan dengan dalih bahwa dominasi produksi luar negeri dalam sektor obat-obatan dapat membahayakan ketahanan nasional. Meski laporan akhir dari penyelidikan tersebut belum dirilis, arah kebijakan sudah mulai terbaca jelas.

Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, membenarkan bahwa kebijakan tarif farmasi dan semikonduktor sedang difinalisasi. Ia mengatakan bahwa keputusan resmi akan segera diumumkan setelah kajian selesai dalam waktu dekat. “Untuk sektor farmasi dan chip, kajiannya akan selesai pada akhir bulan. Setelah itu, presiden akan menetapkan kebijakan, dan saya serahkan kepada beliau untuk memutuskan bagaimana langkah selanjutnya,” ujar Lutnick dalam wawancaranya.

Kebijakan ini langsung menuai respons dari berbagai pihak, terutama industri farmasi global. Sejumlah perusahaan menyatakan kekhawatiran bahwa tarif tinggi atas produk impor dapat berujung pada kelangkaan obat-obatan tertentu di pasar AS. Hal ini dinilai berisiko menghambat akses masyarakat terhadap pengobatan yang terjangkau dan berkualitas, terutama bagi pasien dengan kebutuhan terapi kronis.

Namun bagi Trump, hal ini adalah risiko yang perlu diambil demi kepentingan jangka panjang. Ia menilai bahwa ketergantungan terhadap produksi luar negeri sudah terlalu lama dibiarkan, dan kini saatnya Amerika membangun kembali kekuatan industrinya di dalam negeri, terutama untuk sektor vital seperti farmasi.

Trump meyakini bahwa dengan adanya tekanan tarif, perusahaan-perusahaan farmasi internasional akan terdorong untuk membuka fasilitas produksi di wilayah AS. Hal ini menurutnya akan menciptakan lapangan kerja baru, menstimulasi investasi domestik, dan memperkuat ketahanan nasional di bidang kesehatan.

Langkah ini tentu bukan tanpa tantangan. Dunia usaha menilai proses relokasi fasilitas produksi bukanlah hal yang mudah dilakukan dalam waktu singkat. Banyak produsen farmasi saat ini memiliki jaringan manufaktur lintas benua, dengan pabrik utama di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat. Memindahkan rantai pasok secara keseluruhan ke satu negara memerlukan investasi besar, teknologi penunjang, serta tenaga kerja terlatih yang memadai.

Sejumlah pelaku industri bahkan dilaporkan tengah aktif melobi pemerintahan agar pelaksanaan kebijakan tarif dilakukan secara bertahap. Mereka berharap ada skema transisi yang memungkinkan adaptasi secara perlahan, mengingat risiko gangguan pada suplai obat yang sensitif terhadap waktu dan volume produksi.

Namun di sisi lain, wacana ini juga mendapat dukungan dari kelompok pendukung industri nasional. Mereka menilai kebijakan semacam ini dapat menjadi stimulus penting bagi pertumbuhan sektor manufaktur domestik. Di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian pasokan global, memperkuat produksi dalam negeri dianggap sebagai solusi jangka panjang yang rasional.

Dari perspektif politik, manuver ini juga mengirimkan sinyal tegas tentang prioritas Trump dalam pemulihan ekonomi dan kemandirian industri. Pendekatan tarif tinggi menjadi alat negosiasi sekaligus instrumen perlindungan yang agresif dalam agenda ekonomi nasionalisnya.

Meski belum seluruh kebijakan resmi diumumkan, arah kebijakan Trump tampak jelas: mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok global di sektor-sektor strategis, memperkuat kapasitas industri dalam negeri, dan menciptakan sistem ketahanan ekonomi yang lebih tangguh di tengah ketidakpastian global.

Tarif 200 persen mungkin akan menuai polemik, namun langkah ini mencerminkan intensi politik yang kuat: menjadikan Amerika Serikat lebih mandiri dalam urusan kebutuhan dasarnya, termasuk dalam menjaga ketersediaan dan produksi obat-obatan di dalam negeri.

Terkini

Erick Thohir Mundur dari Komite Wasit, Ogawa Gantikan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:50:51 WIB

Bali Menuju Transportasi Listrik

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:55:12 WIB

Lonjakan Penumpang Pelni di Belawan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:59:42 WIB

Syukuran Laut Penyeberangan

Minggu, 13 Juli 2025 | 17:04:09 WIB