JAKARTA - Lonjakan harga bawang merah memicu antusiasme petani di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, untuk menanam komoditas ini secara berkelanjutan. Tak hanya sebatas menikmati keuntungan, mereka juga melihat peluang untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan regional, termasuk Sumatera Utara.
Fenomena ini terlihat jelas di Kecamatan Simpang Tiga, di mana sekitar 50 hektare lahan sawah kini kembali ditanami bawang merah. Sebagian besar lahan tersebut merupakan sawah aktif yang pada musim gadu atau musim tanam tahap kedua sebelumnya tidak ditanami. “Baru pekan lalu kami panen tahap pertama. Sekarang sudah olah tanah lagi untuk tahap berikutnya,” ujar Muhammad Amin, salah satu petani setempat.
Menurut Amin, antusiasme petani meningkat karena kondisi geografis dan iklim setempat mendukung pertumbuhan bawang merah. Lahan-lahan dekat perairan Selat Malaka dengan tanah berpasir menjadi faktor utama. Kondisi tanah yang gembur, berpadu dengan iklim mikro yang sesuai, menjadikan kawasan ini ideal untuk menanam bawang merah. “Ada juga yang mengatakan iklim mikro sangat cocok dengan bawang merah,” tambah Amin.
- Baca Juga Energi Migas Mandiri Lewat ILI UT
Keuntungan ekonomi juga menjadi alasan kuat petani menanam bawang merah berulang kali dalam satu musim. Harga yang tinggi memastikan hasil panen memberi keuntungan maksimal. Hal ini mendorong petani untuk menanam kembali walau panen tahap pertama baru saja selesai. Mustamar, Kasubbag Keuangan di Kantor Camat Simpang Tiga, menyebutkan, ada petani yang sudah melakukan panen tiga kali dalam tiga bulan terakhir. “Karena hasil produksi bawang merah cukup baik dan harga bertahan tinggi, petani yang menanam pun semakin banyak. Hal itu sangat positif untuk menutupi kebutuhan pasar lokal dan memenuhi permintaan pasar Sumatera Utara dan sekitarnya,” ujarnya.
Selain keuntungan harga, tanaman bawang merah memiliki siklus tanam yang relatif cepat, memungkinkan petani untuk memanen dalam waktu singkat dan segera menanam kembali. Hal ini menjadi strategi petani untuk menjaga kontinuitas pasokan sekaligus meningkatkan pendapatan. Di Pidie, banyak petani yang memanfaatkan teknologi dan metode pengolahan tanah yang efisien agar bawang merah tumbuh optimal.
Fenomena ini juga mencerminkan pergeseran pola pertanian di Aceh. Petani kini lebih responsif terhadap fluktuasi harga pasar dan menyesuaikan tanaman yang ditanam berdasarkan peluang keuntungan. Dengan demikian, bawang merah bukan hanya komoditas konsumsi lokal, tetapi juga menjadi produk ekonomi penting yang mendukung perekonomian daerah.
Keberhasilan petani menanam bawang merah berulang kali ini turut mendukung ketersediaan bahan baku untuk konsumen. Pasokan yang stabil membantu menjaga harga tetap tinggi sekaligus memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat. Peran petani di Pidie menjadi kunci dalam rantai pasokan bawang merah di Aceh dan wilayah Sumatera lainnya.
Pemerintah daerah melalui dinas terkait terus memantau perkembangan ini dan memberikan dukungan kepada petani, termasuk penyediaan layanan konsultasi agronomi dan akses informasi harga pasar. Dukungan ini membantu petani membuat keputusan yang tepat terkait pola tanam dan waktu panen, sehingga hasil pertanian bisa maksimal sekaligus berkelanjutan.
Tak hanya soal ekonomi, peningkatan produktivitas bawang merah di Aceh juga berdampak positif terhadap tenaga kerja lokal. Banyak warga terlibat dalam proses pengolahan lahan, penanaman, perawatan, hingga panen bawang merah. Aktivitas ini menciptakan lapangan kerja tambahan sekaligus mendorong perputaran ekonomi di pedesaan.
Ke depan, para petani di Pidie berencana menanam bawang merah lebih luas lagi, memanfaatkan lahan yang sebelumnya tidak ditanami, agar bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat dari pasar regional. Inisiatif ini menunjukkan kesiapan petani lokal untuk memanfaatkan peluang harga tinggi dan berkontribusi pada ketahanan pangan daerah.
Dengan kombinasi harga tinggi, kondisi lahan dan iklim yang mendukung, serta dukungan pemerintah, sektor bawang merah di Aceh menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Petani semakin optimistis menanam kembali palawija ini, sehingga Aceh bisa menjadi salah satu pemasok utama bawang merah di Sumatera dan sekitarnya.