JAKARTA - Pencegahan stunting dan peningkatan kualitas kesehatan ibu kini menjadi prioritas strategis Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Menyadari kompleksitas permasalahan yang menyangkut masa depan generasi, pemerintah setempat menggandeng berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat sipil, guna memperkuat edukasi dan pendampingan kepada masyarakat. Upaya tersebut ditujukan untuk menekan angka stunting serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan ibu dan anak sejak masa kehamilan hingga pascamelahirkan.
Langkah konkret telah dilakukan melalui pembinaan intensif di empat desa terpilih, yakni Sananrejo, Sukolilo, Kidangbang, dan Gedogwetan. Pembinaan ini digerakkan oleh Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Malang, yang memiliki fokus pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu kesehatan berbasis komunitas. Program ini menyasar langsung kebutuhan lapangan dengan melibatkan peran aktif masyarakat lokal, khususnya remaja dan kader kesehatan.
Data dari Pemkab Malang menunjukkan bahwa tantangan stunting masih perlu perhatian serius. Per Februari lalu, tercatat 9.829 anak mengalami stunting atau sekitar 6,26 persen dari total 156.948 anak yang diukur. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang berada di angka 6,15 persen. Kenaikan tersebut menjadi sinyal bahwa pendekatan dan strategi penanganan perlu diperkuat secara lebih menyeluruh dan terpadu.
- Baca Juga Wisata Seru Dekat Stasiun Wonogiri
Peningkatan angka stunting tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya asupan gizi pada ibu selama masa kehamilan. Hal ini menjadi perhatian utama Pattiro Malang yang ingin mendorong pendekatan berbasis kolaborasi lintas sektor guna menjangkau lebih banyak masyarakat dengan edukasi yang tepat sasaran.
"Program desa sehat kami tujukan untuk pencegahan stunting dan pernikahan anak, karena kedua hal ini masih menjadi persoalan mengkhawatirkan," ungkap Program Manager Pattiro Malang, Adi Khisbul Wathon, di sela kegiatan. Menurutnya, permasalahan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak, melainkan membutuhkan gotong royong antara pemerintah, organisasi sosial, masyarakat, dan sektor swasta.
Kegiatan yang dijalankan dalam pembinaan meliputi peningkatan kapasitas kader kesehatan desa. Selain itu, pendekatan kepada kalangan remaja juga dilakukan dengan menggandeng duta genre yang dapat menjadi agen perubahan. Duta genre berperan penting dalam mengedukasi teman sebaya mengenai pentingnya menjaga kesehatan, mencegah pernikahan dini, serta membentuk kebiasaan hidup sehat.
Di samping edukasi, upaya konkret lainnya adalah pemberian makanan tambahan yang dikelola langsung oleh remaja setempat. Melalui program ini, mereka diajak untuk berperan aktif dalam menyiapkan makanan bergizi, sekaligus belajar soal pengelolaan pangan. "Lalu ada kegiatan seperti berkebun, beternak, dan melakukan budidaya ikan," tambah Adi. Kegiatan ini bukan hanya bertujuan memenuhi kebutuhan gizi keluarga, tapi juga memberikan keterampilan ekonomi produktif.
Dukungan terhadap keberlangsungan program juga datang dalam bentuk penyediaan fasilitas. Warga diberikan bantuan seperti polybag, bibit tanaman, dan kebutuhan lain untuk pertanian rumah tangga. Dukungan ini diharapkan mendorong kemandirian pangan dan peningkatan kualitas gizi keluarga dari sumber lokal yang mudah diakses.
Upaya ini juga mendapat dukungan dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Malang. Ketua IBI Kabupaten Malang, Khotik Alim Baidah, menyampaikan bahwa pihaknya selama ini aktif memberikan edukasi mengenai kesehatan ibu dan anak melalui berbagai forum, termasuk penyuluhan dan kelas calon pengantin. Namun demikian, ia mengakui bahwa efektivitas edukasi masih belum maksimal.
“Selama ini kami sudah rutin melakukan penyuluhan, cek kesehatan gratis, hingga kelas calon pengantin yang berkoordinasi dengan KUA. Hanya saja, yang menjadi kendala, terkadang mereka sibuk bekerja,” ujarnya. Ia menilai perlu adanya strategi pendekatan yang lebih fleksibel agar pesan kesehatan dapat diterima tanpa mengganggu rutinitas masyarakat.
Sebagai solusi, IBI Kabupaten Malang akan memperluas metode edukasi, termasuk melalui media sosial yang kini menjadi sarana komunikasi yang cepat dan mudah dijangkau oleh masyarakat luas. “Ke depan kami ingin lebih optimal, misalnya lewat media sosial atau bentuk edukasi lain yang bisa disesuaikan dengan kondisi keluarga,” kata Khotik.
Pentingnya kampanye kesehatan ibu dan anak tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain berkaitan dengan kualitas hidup keluarga, kondisi ini juga memengaruhi capaian pembangunan manusia secara lebih luas. Dengan mendorong peran aktif masyarakat, baik dari unsur remaja, orang tua, maupun tokoh desa, diharapkan kesadaran kolektif terhadap pentingnya gizi seimbang dan perawatan kehamilan dapat meningkat.
Langkah-langkah yang diambil Pemkab Malang melalui kerja sama dengan Pattiro dan IBI menunjukkan bahwa pencegahan stunting bisa dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan semua elemen. Harapannya, program serupa dapat direplikasi di wilayah lain, sehingga permasalahan stunting tidak hanya tertangani secara reaktif, tapi juga dicegah sejak dini.