BBM

BBM Non-Subsidi Turun, Pertamina dan Shell Sesuaikan Harga

BBM Non-Subsidi Turun, Pertamina dan Shell Sesuaikan Harga
BBM Non-Subsidi Turun, Pertamina dan Shell Sesuaikan Harga

JAKARTA - Kabar gembira datang bagi para pengguna kendaraan bermotor yang mengandalkan bahan bakar non-subsidi. Sejumlah perusahaan penyedia BBM, termasuk PT Pertamina (Persero) dan Shell Indonesia, melakukan penyesuaian harga jual yang berdampak pada turunnya tarif di beberapa jenis bahan bakar minyak (BBM) pada awal bulan ini.

Penurunan harga ini menjadi sorotan tersendiri karena terjadi di tengah fluktuasi harga minyak dunia yang cenderung stabil, sekaligus menjadi refleksi dari komitmen badan usaha dalam menyelaraskan harga dengan kondisi pasar.

Merujuk pada data dari laman resmi Pertamina, harga BBM jenis Pertamax di wilayah Jakarta kini dipatok sebesar Rp12.200 per liter. Angka ini lebih rendah Rp300 dibandingkan dengan harga pada bulan sebelumnya yang berada di level Rp12.500 per liter. Penurunan ini menjadi indikasi bahwa tren harga bahan bakar jenis oktan tinggi mulai mengalami pelonggaran setelah sebelumnya sempat bergerak fluktuatif.

Tak hanya Pertamax, produk lain seperti Pertamax Green juga mengalami koreksi harga. Saat ini, harga jualnya ditetapkan sebesar Rp13.000 per liter, turun dari sebelumnya Rp13.250 per liter. Sementara Pertamax Turbo dijual dengan harga Rp13.200 per liter, turun Rp300 dari harga sebelumnya yang berada pada angka Rp13.500 per liter.

Secara keseluruhan, berikut rincian harga BBM di SPBU Pertamina wilayah Jakarta berdasarkan laman resmi perusahaan:

Pertalite: Rp10.000 per liter

Solar Subsidi: Rp6.800 per liter

Pertamax: Rp12.200 per liter

Pertamax Turbo: Rp13.200 per liter

Pertamax Green: Rp13.000 per liter

Penyesuaian harga ini terjadi bersamaan dengan langkah serupa dari perusahaan migas asing seperti Shell Indonesia. Shell turut menurunkan harga pada sejumlah jenis BBM yang dijual di SPBU mereka.

Shell Super, salah satu produk BBM yang banyak digunakan masyarakat, kini dijual seharga Rp12.580 per liter, turun dari posisi sebelumnya sebesar Rp12.810 per liter. Penurunan harga ini mencerminkan upaya Shell untuk tetap kompetitif di pasar domestik, terutama dalam segmen BBM non-subsidi yang pasarnya terus berkembang.

Untuk melengkapi informasi, berikut adalah daftar harga BBM Shell berdasarkan laman resminya:

Shell Super: Rp12.580 per liter

V-Power: Rp13.050 per liter

V-Power Diesel: Rp13.230 per liter

V-Power Nitro+: Rp14.380 per liter

Langkah korektif ini turut diapresiasi oleh konsumen karena meringankan pengeluaran harian, terutama bagi pemilik kendaraan roda empat yang memilih BBM berkualitas tinggi demi efisiensi dan performa mesin. Di sisi lain, penyesuaian harga juga mengindikasikan bahwa kondisi pasar migas domestik cukup stabil dan mengikuti harga internasional dengan pola yang lebih cepat dan responsif.

Salah satu penyebab utama turunnya harga BBM non-subsidi di Indonesia adalah pergerakan harga minyak mentah dunia yang dalam beberapa waktu terakhir tidak mengalami lonjakan signifikan. Fluktuasi harga minyak mentah jenis Brent dan WTI dalam rentang yang relatif terkendali memberi ruang bagi operator SPBU untuk menyesuaikan tarif eceran secara berkala.

Meski begitu, harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar tetap berada di angka yang sama, mengingat kebijakan harga subsidi masih dikendalikan oleh pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pemerintah masih memprioritaskan stabilitas harga BBM bersubsidi demi menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi.

Bagi kalangan industri dan pelaku logistik, perubahan harga BBM non-subsidi seperti V-Power Diesel juga berpengaruh pada struktur biaya operasional. Penurunan harga tersebut memberi ruang penghematan, walaupun dampaknya masih terbatas mengingat sebagian besar pelaku logistik masih bergantung pada Solar bersubsidi.

Langkah Pertamina dan Shell menurunkan harga BBM non-subsidi sejalan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas pasar energi. Dengan harga yang fluktuatif mengikuti mekanisme pasar dan tanpa campur tangan subsidi, masyarakat dapat melihat dinamika harga BBM sebagai cerminan dari situasi pasar minyak global.

Meskipun harga BBM turun, para pengamat energi mengingatkan bahwa tren ini belum tentu berlangsung lama. Harga minyak mentah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keputusan OPEC+, tensi geopolitik global, hingga kondisi perekonomian negara-negara besar. Oleh karena itu, konsumen tetap perlu bijak dalam menggunakan BBM, baik dari sisi efisiensi kendaraan maupun pengendalian konsumsi.

Secara umum, penyesuaian harga BBM pada awal bulan ini membawa optimisme baru bahwa badan usaha penyedia energi dapat lebih fleksibel dalam menyikapi kondisi pasar. Penurunan tarif juga memberi sinyal bahwa persaingan antar-operator SPBU di Indonesia semakin terbuka, mendorong pelayanan yang lebih baik bagi konsumen.

Dengan berbagai indikator positif ini, konsumen dapat menikmati manfaat jangka pendek dari harga BBM yang lebih terjangkau, sekaligus berharap adanya stabilitas harga dalam jangka panjang tanpa mengorbankan aspek kualitas bahan bakar dan pelayanan yang diberikan oleh operator.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index