BBM

Warga Jember Antre BBM Sejak Subuh

Warga Jember Antre BBM Sejak Subuh
Warga Jember Antre BBM Sejak Subuh

JAKARTA - Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) kembali menjadi momok di beberapa wilayah Jawa Timur. Kabupaten Jember menjadi salah satu daerah yang paling terdampak, dengan antrean kendaraan bermotor mengular di berbagai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Situasi ini terjadi akibat gangguan distribusi BBM dari Depo Ketapang, Banyuwangi, yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas parah di jalur utama Pantura dan penutupan Jalur Gumitir.

Kemacetan panjang yang terjadi dari Ketapang, Banyuwangi hingga wilayah Situbondo menimbulkan efek berantai terhadap suplai BBM di sejumlah kabupaten, termasuk Bondowoso dan Jember. Bahkan, sejumlah SPBU di wilayah ini dilaporkan tidak mendapatkan pasokan BBM selama dua hari berturut-turut.

Kondisi ini semakin diperparah oleh penutupan Jalur Gumitir akses vital yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi sehingga distribusi logistik, termasuk BBM, terhambat. Sebelum penutupan dilakukan, antrean kendaraan sudah terlihat sejak dari Baluran, Situbondo hingga ke Depo Ketapang, Banyuwangi. Hambatan tersebut memperlambat pengiriman BBM ke wilayah-wilayah yang sangat bergantung pada pasokan dari depo tersebut.

Beberapa SPBU di wilayah Jember mengalami keterlambatan distribusi yang cukup signifikan. SPBU di ujung timur Kabupaten Jember termasuk yang pertama kali terdampak, diikuti oleh SPBU di Sempolan, Mayang, Pakusari, serta SPBU dalam kota seperti Tegal Besar, Sabtuan, Cenderawasih, Kaliwates, Baratan, dan Arjasa.

Akibat keterlambatan pengiriman tersebut, antrean panjang tak terhindarkan. Ratusan pengendara sepeda motor dan mobil memadati SPBU sejak dini hari. Bahkan, sebagian warga sudah tiba setelah salat Subuh untuk mendapatkan posisi antre paling depan. Beberapa pengendara motor dan pedagang eceran bahkan sudah menunggu di lokasi sebelum truk tangki BBM tiba.

Solihin, warga Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, mengatakan bahwa antrean sudah mengular sejak pagi-pagi buta. “Ada juga warga yang datang lebih pagi setelah salat Subuh ke SPBU, ternyata sudah banyak yang antre,” ujarnya menggambarkan kondisi lapangan yang sesak oleh kendaraan.

Sementara itu, Samsul Arifin, warga Jenggawah berusia 35 tahun, juga merasakan dampak dari keterlambatan suplai BBM. Ia mengaku sudah datang lebih awal agar tidak kehabisan. Namun, begitu melihat antrean yang sudah mengular, ia memutuskan untuk pulang dan membeli BBM eceran. “Ternyata sudah banyak yang lebih pagi datangnya. Karena takut lama antre, saya memilih pulang dan membeli bensin eceran yang harganya rata-rata Rp 15.000,” ungkapnya.

Situasi ini tak hanya menciptakan antrean panjang di halaman SPBU, tetapi juga menyebabkan kemacetan di ruas jalan sekitar. Salah satunya terjadi di SPBU Jenggawah, Dusun Bringin Lawang, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah. Di sana, antrean sepeda motor membentang hingga ke jalan raya jurusan Mangli-Ambulu. Kondisi semakin semrawut karena antrean sepeda motor mencapai lima baris dan diikuti oleh kendaraan roda empat yang ikut mengantre.

Tidak hanya SPBU, kelangkaan BBM juga dirasakan di POM mini atau warung Madura yang biasanya menjual bensin eceran. Akibat tingginya permintaan dan lambatnya suplai, stok BBM di tempat-tempat tersebut menipis. Akibatnya, harga bensin eceran pun melonjak drastis, dengan rata-rata mencapai Rp 15.000 per liter, jauh di atas harga normal SPBU.

Kondisi ini mencerminkan betapa rentannya sistem distribusi BBM terhadap gangguan lalu lintas. Penutupan satu jalur utama saja bisa memberi dampak besar terhadap ketersediaan energi yang sangat vital bagi mobilitas masyarakat. Pemerintah daerah dan lembaga terkait perlu segera mengambil langkah antisipatif agar gangguan serupa tidak terjadi berkepanjangan.

Dampak kelangkaan ini pun meluas, tidak hanya dirasakan oleh para pengendara, tetapi juga sektor ekonomi dan pendidikan. Beberapa kalangan, termasuk DPRD Jember, telah menyuarakan keprihatinan mereka atas potensi terganggunya kegiatan masyarakat akibat penutupan Jalur Gumitir. Selain mengganggu pengiriman BBM, jalur tersebut juga merupakan jalur utama bagi distribusi kebutuhan pokok dan akses pelajar dari wilayah timur menuju sekolah-sekolah di kota.

Permintaan agar dilakukan kaji ulang terhadap penutupan Jalur Gumitir pun mengemuka. Para wakil rakyat mendesak agar dampaknya terhadap sektor penting seperti logistik, pendidikan, dan energi diperhitungkan secara matang sebelum dilakukan rekayasa lalu lintas jangka panjang. Terlebih, jika alternatif distribusi belum disiapkan secara memadai.

Krisis BBM ini seolah menjadi pengingat akan pentingnya infrastruktur transportasi yang tangguh dan sistem distribusi energi yang lebih adaptif terhadap kondisi darurat. Jika tidak ada langkah cepat, kelangkaan bisa berlanjut dan memicu dampak sosial-ekonomi yang lebih luas.

Dengan antrean yang terus terjadi dan distribusi yang masih tersendat, warga Jember berharap agar situasi ini segera teratasi. Mereka juga berharap agar pemerintah daerah dan Pertamina dapat mempercepat pengiriman BBM serta memberikan solusi sementara bagi wilayah-wilayah yang mengalami kekosongan pasokan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index