JAKARTA - Perjalanan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya berperan sebagai penggerak ekonomi lokal, UMKM kini juga menjadi bagian penting dalam rantai pasok nasional hingga potensi ekspor. Di tengah tantangan ekonomi global yang fluktuatif, sektor ini justru menunjukkan daya tahan dan kemampuan beradaptasi, sebagaimana yang ditunjukkan para pelaku UMKM asal Kabupaten Tuban.
Kisah sukses UMKM Tuban mencuat dalam sebuah ajang besar, yakni Festival UMKM Jawa Timur bertajuk Mojo Festival yang digagas oleh Bank Jatim. Dalam pameran tersebut, sebanyak tujuh pelaku UMKM dari Tuban diberi kesempatan untuk memamerkan beragam produk unggulan yang mencerminkan kearifan lokal daerahnya. Tak hanya menjadi ajang promosi, keikutsertaan mereka juga membuka pintu baru untuk menembus pasar yang lebih luas, baik nasional maupun internasional.
Sibelawanti, S.M., M.M., pendamping UMKM dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (Diskopumdag) Kabupaten Tuban, mengungkapkan bahwa ajang ini sangat penting dalam memperkuat eksistensi pelaku UMKM di tengah kompetisi bisnis yang semakin dinamis. Ia menyebut bahwa para peserta dari Tuban tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi juga membangun jejaring dan menyerap berbagai wawasan baru mengenai strategi pemasaran, pengemasan, hingga tren permintaan pasar.
“Sebanyak 7 UMKM kita pilih dan dampingi agar mampu tampil mewakili Kabupaten Tuban, menampilkan produk yang tak hanya berkualitas, tapi juga punya cerita dan nilai budaya yang kuat,” ungkap Sibelawanti.
Masing-masing UMKM membawa ciri khasnya sendiri. Sebut saja Bella Santika yang memperkenalkan gula lontar, kecap lontar, dan berbagai olahan ikan khas Tuban. Produk ini bukan sekadar hasil industri rumahan, melainkan wujud dari pemberdayaan petani lontar setempat. Tak kalah menarik adalah Barbila dengan ragam kerupuk kulit rambak dan rengginang, serta Sandariyah yang mengangkat potensi kuliner tradisional.
Kemudian, Rumah Faza menyuguhkan rujak buah, es teler, dan telur gulung, sementara Kopi JOJOJO memperkenalkan kopi robusta lokal. Di sektor fesyen, batik Adem Ayem dan Batik Royyan masing-masing memamerkan kain batik dengan desain khas serta produk turunan seperti udeng dan kain gedok. Menutup daftar, Oyot Craft menghadirkan kerajinan tangan unik dari akar pohon (oyot) yang sarat estetika dan keunikan lokal.
Antusiasme pengunjung terhadap produk-produk asal Tuban terlihat jelas selama penyelenggaraan festival yang berlangsung selama empat hari tersebut. Salah satu momen mencolok datang ketika pengunjung asal Tiongkok menunjukkan ketertarikan khusus pada produk gula kristal lontar. Produk ini, hasil kerja keras para petani dan pelaku UMKM di Tuban, menjadi bukti bahwa barang lokal mampu bersaing di tingkat global bila didukung dengan strategi yang tepat.
“Produk gula kristal lontar itu benar-benar diminati. Ini sinyal bahwa produk kita bisa menembus pasar yang lebih luas, baik regional, nasional, bahkan sampai ekspor,” tambah Sibelawanti.
Namun, festival ini bukan semata soal penjualan. Bagi para pelaku UMKM, ini adalah ruang belajar terbuka. Banyak dari mereka memperoleh insight penting, terutama terkait peningkatan nilai jual melalui desain kemasan yang menarik dan informatif. Tak hanya soal tampilan, penggunaan bahan ramah lingkungan dalam kemasan atau eco-friendly packaging juga menjadi perhatian serius yang mulai diterapkan oleh para pelaku usaha demi memenuhi tuntutan pasar modern yang semakin sadar lingkungan.
Sibelawanti menekankan pentingnya kolaborasi dan semangat berbagi di antara sesama pelaku UMKM. Ia berharap pengalaman dan ilmu yang didapatkan dari festival bisa dibagikan kepada komunitas UMKM lainnya, sebagai bentuk keberlanjutan dari pembelajaran.
“Kita dorong agar yang sudah ikut festival bisa menularkan pengalaman dan ilmu ke pelaku UMKM lainnya. Dengan begitu, dampaknya bisa dirasakan lebih luas. Mereka bisa saling mendukung dan membuka peluang baru,” katanya.
Lebih dari sekadar ajang promosi, keikutsertaan UMKM Tuban dalam festival ini juga diyakini mampu meningkatkan brand awareness terhadap produk lokal. Efeknya berlipat: memudahkan akses ke program bantuan pemerintah, potensi pendanaan dari CSR perusahaan, hingga keterlibatan dalam pameran berskala lebih besar di masa depan.
Bagi Sibelawanti, tantangan sesungguhnya justru dimulai setelah festival usai. Ia mengingatkan pentingnya evaluasi diri serta dorongan untuk terus berinovasi.
“Yang terpenting pelaku UMKM dapat terus evaluasi diri, kreatif dan inovatif untuk membuat produk lebih baik dan berkualitas,” tegasnya.
Melalui momentum seperti ini, terbuka peluang besar bagi UMKM daerah untuk menjangkau lebih jauh dan menjadikan produk lokal sebagai kebanggaan yang bisa bersaing di pasar mancanegara. Kabupaten Tuban pun membuktikan bahwa dengan ketekunan, strategi tepat, dan semangat kolaborasi, pelaku usaha kecil pun bisa menembus batas-batas yang dulu terasa jauh.