JAKARTA - Di tengah aktivitas belajar mengajar yang kembali berjalan normal, anak-anak kini menghadapi tantangan baru yang tak kasat mata namun berisiko besar: polusi udara. Ketika udara di lingkungan sekitar semakin tercemar, kesehatan generasi muda pun ikut terancam. Dalam kondisi ini, peran orang tua sebagai pelindung utama menjadi sangat vital.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menaruh perhatian serius terhadap dampak polusi udara terhadap kelompok rentan, terutama anak-anak. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, mengimbau agar para orang tua lebih waspada terhadap kualitas udara yang dihirup anak-anak setiap hari.
“Mohon diperhatikan bahwa baik polusi udara indoor maupun outdoor mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan manusia di setiap kelompok usia,” ujar Aji.
- Baca Juga 5 Shio Paling Hoki di Awal Agustus
Paparan polusi udara, menurutnya, dapat menimbulkan sejumlah penyakit, mulai dari asma, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit paru-paru, gangguan kardiovaskular, hingga risiko resistensi insulin pada anak dan remaja. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua, terutama ketika anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah atau bermain di luar rumah.
Langkah Pencegahan Dimulai dari Rumah
Sebagai langkah antisipatif, Aji menganjurkan orang tua untuk rutin memantau kualitas udara yang dilaporkan oleh lembaga resmi. Informasi ini dapat dijadikan panduan untuk menentukan kapan waktu yang aman bagi anak-anak beraktivitas di luar rumah.
“Jika kondisi udara sedang buruk, anak-anak dianjurkan memakai masker berstandar yang sesuai ukuran wajah mereka,” tambahnya.
Tidak hanya untuk kegiatan belajar, aktivitas harian lainnya seperti bermain, berolahraga, atau berkumpul di luar ruangan juga perlu dibatasi saat konsentrasi polutan meningkat. Ini penting untuk menekan risiko paparan berlebih yang bisa berakibat pada gangguan kesehatan.
Bila anak menunjukkan gejala seperti batuk, sesak napas, mata berair, atau hidung berair, Aji menyarankan agar mereka segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Jangan lupa pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka. Antioksidan dapat membantu melindungi sel-sel dari kerusakan akibat polusi,” lanjutnya.
Kemenkes Luncurkan Strategi Jangka Panjang
Dalam menghadapi tantangan polusi udara, Kemenkes telah menyusun berbagai strategi. Salah satu langkah konkret adalah dengan menyosialisasikan protokol kesehatan untuk mengurangi dampak polusi, yang disebut sebagai prinsip 2M: memakai masker dan melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan bila muncul keluhan.
Promosi kesehatan ini dilakukan melalui pendekatan daring maupun luring agar menjangkau masyarakat secara luas. Selain itu, informasi edukatif juga disebarkan lewat Aplikasi Satu Sehat milik Kemenkes, yang bisa diakses oleh orang tua dan masyarakat umum.
Tak hanya berhenti di edukasi, pemerintah juga menyediakan sistem peringatan dini atau early warning system yang menyiarkan hasil pemantauan kualitas udara. Informasi ini dapat diakses melalui situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sehingga masyarakat bisa mengambil langkah antisipatif sebelum kualitas udara memburuk.
Fokus pada Populasi Rentan
Polusi udara berdampak pada semua kalangan, namun kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, lansia, dan penderita penyakit penyerta menjadi perhatian utama Kemenkes. Aji menekankan pentingnya kebiasaan hidup bersih dan sehat, terutama di lingkungan rumah.
“Gunakan masker saat kualitas udara memburuk dan kurangi aktivitas di luar ruang bila tidak mendesak,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa ketahanan tubuh anak dapat diperkuat lewat asupan makanan bergizi, cukup istirahat, serta memastikan sirkulasi udara dalam rumah berjalan dengan baik. Ventilasi dan pemurni udara juga dapat menjadi alternatif perlindungan tambahan, terutama di daerah perkotaan yang padat kendaraan dan industri.
Kewaspadaan Kolektif Jadi Kunci
Polusi udara bukan hanya isu lingkungan, tapi juga krisis kesehatan yang dapat menyerang dalam jangka pendek maupun panjang. Oleh karena itu, kesadaran dan partisipasi kolektif dari seluruh elemen masyarakat menjadi sangat penting.
Orang tua, guru, komunitas, hingga pemerintah daerah perlu bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak. Sekolah dapat menyediakan ruang belajar yang lebih bersih, sedangkan rumah tangga bisa menerapkan kebiasaan-kebiasaan sehat yang melindungi anak dari paparan polutan.
Melalui berbagai langkah yang telah dan akan terus dilakukan, Kemenkes berharap masyarakat, terutama orang tua, dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga anak-anak tetap sehat meski di tengah tantangan kualitas udara yang terus memburuk.