JAKARTA - Dalam pergeseran arah kebijakan energi nasional yang kian ambisius, Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk sepenuhnya beralih ke energi terbarukan pada tahun 2035. Komitmen ini tak hanya menjadi simbol keseriusan pemerintah dalam mengatasi krisis iklim global, tetapi juga mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain strategis dalam upaya internasional menuju transisi energi bersih.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo dalam lawatan diplomatiknya ke Brasil pekan lalu, tepatnya pada Rabu, 9 Juli 2025, dalam konferensi pers bersama Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Planalto, Brasilia. Kedua kepala negara bertemu untuk mempererat kerja sama bilateral, termasuk dalam isu strategis terkait perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam momen tersebut, Prabowo tidak hanya menyampaikan visi jangka panjang mengenai transisi energi, tetapi juga menegaskan arah kebijakan energi nasional yang selaras dengan komitmen global. Ia menegaskan bahwa Indonesia menargetkan penggunaan 100 persen energi terbarukan pada tahun 2035—target yang tergolong ambisius namun krusial bagi masa depan bangsa dan planet ini.
Hal ini sejalan dengan upaya internasional untuk menekan laju emisi karbon dan memperlambat pemanasan global. Prabowo menyampaikan, "Targetnya tentu saja 2040, tetapi para ahli saya mengatakan bahwa kami dapat mencapainya jauh lebih cepat," ujarnya, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi yang dirilis pada 10 Juli 2025.
Percepatan Target Emisi Nol Bersih
Dalam keterangan yang sama, Presiden Prabowo juga mengumumkan rencana percepatan target Emisi Nol Bersih (Net Zero Emission/NZE) dari sebelumnya tahun 2060 menjadi 2050. Langkah ini menunjukkan adanya penyesuaian besar dalam peta jalan dekarbonisasi Indonesia. Percepatan ini didukung oleh kalkulasi dan kajian yang dilakukan oleh para pakar di bidang energi dan lingkungan yang meyakini bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam mempercepat transisi tersebut.
"Ini bukan sekadar target simbolik," ujar Prabowo. “Kami memiliki sumber daya yang cukup, teknologi yang semakin berkembang, dan kemauan politik yang kuat untuk mewujudkannya.”
Komitmen tersebut menjadi angin segar bagi komunitas internasional yang selama ini mendorong negara-negara berkembang untuk mengambil bagian lebih aktif dalam aksi iklim. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan salah satu penghasil emisi karbon terbesar di Asia Tenggara, memegang peranan vital dalam menjaga keseimbangan iklim regional dan global.
Tambahan Kapasitas Energi Terbarukan: 75 Gigawatt
Lebih lanjut, Prabowo menyampaikan rencana pemerintah untuk menambah kapasitas pembangkit energi terbarukan sebesar 75 gigawatt dalam beberapa tahun mendatang. Ini menjadi bagian integral dari strategi transisi energi nasional, yang mencakup diversifikasi sumber energi dan pengurangan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Langkah ini dianggap realistis mengingat potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam berbagai sektor energi hijau. Mulai dari tenaga surya, angin, air, hingga panas bumi, Indonesia memiliki portofolio energi baru terbarukan yang sangat besar namun belum tergarap maksimal.
Rencana penambahan kapasitas ini juga dinilai sejalan dengan rencana investasi dan kerja sama internasional. Sebelumnya, Indonesia telah menjalin kemitraan dengan berbagai negara, termasuk Jepang, Jerman, dan negara-negara Skandinavia untuk pengembangan teknologi dan pendanaan sektor energi bersih.
Relevansi dengan Pernyataan Sebelumnya di Forum G20
Komitmen yang ditegaskan oleh Prabowo dalam kunjungannya ke Brasil bukan kali pertama ia ungkapkan di forum internasional. Dalam pertemuan tingkat tinggi G20 sebelumnya, Prabowo telah menyampaikan arah kebijakan pemerintah yang akan menempatkan energi terbarukan sebagai prioritas utama pembangunan nasional.
Pernyataan di Brasil hanya memperkuat kembali posisi Indonesia sebagai negara berkembang yang tidak hanya bergantung pada narasi pembangunan konvensional, tetapi juga terbuka terhadap paradigma pembangunan berkelanjutan.
Dalam forum tersebut, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia siap memainkan peran lebih besar dalam tata kelola energi global, khususnya dengan memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi emisi karbon serta mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan.
Dukungan dan Tantangan
Meski demikian, target ambisius ini tidak lepas dari tantangan besar. Pengembangan energi terbarukan dalam skala besar membutuhkan investasi yang tidak sedikit, infrastruktur yang memadai, dan regulasi yang mendukung. Selain itu, proses transisi juga harus memperhatikan aspek keadilan sosial, terutama bagi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya pada sektor energi konvensional.
Namun, dengan adanya sinyal kuat dari pucuk pimpinan nasional, berbagai pihak optimis bahwa Indonesia bisa menjawab tantangan tersebut. Pemerintah diperkirakan akan meluncurkan berbagai kebijakan insentif, reformasi tata kelola energi, serta memperkuat kemitraan publik-swasta untuk mendukung transisi ini.
Sejumlah pengamat menilai, komitmen yang disampaikan oleh Prabowo menunjukkan kesadaran politik yang semakin kuat akan pentingnya isu iklim. Hal ini juga mencerminkan adanya perubahan paradigma di tingkat tertinggi pemerintahan mengenai peran energi dalam pembangunan nasional.
Momentum Baru Menuju Masa Depan Hijau
Kunjungan Presiden Prabowo ke Brasil membawa pesan penting, tidak hanya dalam konteks diplomasi bilateral, tetapi juga dalam narasi global mengenai aksi iklim. Dengan target penggunaan 100 persen energi terbarukan pada 2035 dan percepatan emisi nol bersih ke 2050, Indonesia menunjukkan bahwa negara berkembang pun mampu menjadi pelopor dalam perubahan.
Sebagaimana ditegaskan Prabowo, langkah-langkah ini bukan hanya janji, tetapi rencana kerja konkret yang akan dibarengi oleh dukungan dari para ahli, mitra internasional, serta kesadaran kolektif seluruh masyarakat Indonesia.
Dengan arah kebijakan ini, Indonesia tengah berada di jalur untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau, lebih bersih, dan lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.