LOGISTIK

Beban Jalan Berkurang Logistik Indonesia Efisien

Beban Jalan Berkurang Logistik Indonesia Efisien
Beban Jalan Berkurang Logistik Indonesia Efisien

JAKARTA - Persoalan Over Dimension and Over Loading (ODOL) pada kendaraan angkutan barang di Indonesia bukan hanya sekadar pelanggaran aturan lalu lintas, tetapi telah menjelma menjadi ancaman nyata terhadap keselamatan jalan, infrastruktur nasional, dan efisiensi logistik. Dalam upaya mencari solusi jangka panjang dan sistemik, para ahli mulai menyoroti perlunya perubahan paradigma dalam sistem transportasi barang, terutama dengan memaksimalkan peran kereta api sebagai moda angkut utama.

Menurut sejumlah pakar otomotif dan transportasi, peningkatan penggunaan kereta api untuk mengangkut barang dinilai sebagai opsi yang sangat layak, bahkan mendesak, guna mengurangi dominasi truk yang kerap melanggar batas dimensi dan berat muatan. Isu ODOL memang telah lama menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat karena menyebabkan kerusakan jalan yang cepat, tingginya angka kecelakaan, hingga beban ekonomi akibat waktu tempuh dan biaya logistik yang tinggi.

Alih-alih sekadar menertibkan truk-truk pelanggar, solusi yang lebih menyeluruh dinilai penting, salah satunya adalah dengan mengalihkan beban distribusi logistik nasional dari jalan raya ke jalur rel.

ODOL dan Dampaknya pada Infrastruktur dan Keamanan Jalan

Praktik kendaraan dengan muatan berlebih dan dimensi yang tidak sesuai ketentuan telah lama merajalela di jalan raya Indonesia. Fenomena ini diperparah dengan lemahnya pengawasan di lapangan dan kepentingan ekonomi yang kerap memaksa pelaku usaha logistik mengambil jalan pintas.

Tak hanya mengancam keselamatan pengguna jalan lainnya, truk ODOL juga mempercepat kerusakan infrastruktur seperti jalan nasional, jembatan, dan flyover. Pemerintah setiap tahun harus mengalokasikan anggaran besar untuk perbaikan kerusakan jalan akibat beban kendaraan yang melebihi kapasitas rancangannya.

Menurut data Kementerian PUPR, hampir 40% kerusakan jalan nasional disebabkan oleh kendaraan ODOL. Hal ini menunjukkan bahwa solusi sementara seperti razia dan sanksi administratif belum menyentuh akar permasalahan.

Kereta Api: Alternatif Logistik yang Efisien dan Ramah Infrastruktur

Dalam konteks ini, penggunaan kereta api sebagai moda angkutan barang menawarkan alternatif yang tidak hanya efisien dari sisi biaya, tetapi juga jauh lebih aman dan ramah terhadap infrastruktur. Kereta api dapat mengangkut muatan dalam jumlah besar secara bersamaan, dengan biaya operasional yang kompetitif jika dibandingkan dengan transportasi truk jarak jauh.

Pakar otomotif dan transportasi menyebut bahwa Indonesia perlu mempercepat revitalisasi dan pembangunan jalur-jalur kereta api logistik, khususnya yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan pelabuhan, kawasan industri, dan pusat distribusi.

“Peningkatan penggunaan kereta api sebagai sarana angkutan barang merupakan opsi yang layak diterapkan dalam upaya untuk mengurangi pengoperasian truk dengan dimensi dan muatan melampaui ketentuan (ODOL),” tegas salah satu pakar otomotif dalam diskusi transportasi darat nasional.

Ia juga menyebut bahwa model logistik multimoda—yaitu perpaduan antara truk jarak pendek dengan kereta api untuk distribusi utama—telah diterapkan secara luas di berbagai negara maju dan terbukti mampu menekan beban jalan raya.

Komitmen Pemerintah dalam Penertiban ODOL

Pemerintah Indonesia sendiri telah menyatakan komitmen untuk menghapuskan kendaraan ODOL secara bertahap, dengan target pelarangan penuh pada tahun-tahun mendatang. Melalui Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, dan Kepolisian, berbagai operasi gabungan dilakukan secara rutin untuk memantau dan menindak pelanggaran di jalan.

Namun, tanpa dukungan terhadap alternatif moda transportasi yang memadai, kebijakan ini berisiko menimbulkan gejolak di sektor logistik. Banyak pelaku usaha mengeluhkan kurangnya opsi pengangkutan massal yang bisa menggantikan efisiensi truk—khususnya dalam konteks kecepatan pengiriman dan fleksibilitas rute.

Inilah mengapa dorongan penggunaan kereta api sebagai angkutan barang harus berjalan beriringan dengan kebijakan penertiban ODOL. Jika tidak, maka akan terjadi ketimpangan antara aturan dan realitas di lapangan.

Tantangan dalam Perluasan Angkutan Barang Berbasis Rel

Meski menawarkan berbagai keuntungan, penggunaan kereta api untuk angkutan barang di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Pertama, keterbatasan jalur rel aktif, terutama di luar Pulau Jawa. Kedua, masih minimnya infrastruktur pendukung seperti terminal peti kemas dan stasiun muat khusus logistik. Ketiga, persoalan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyediaan lahan serta izin pembangunan.

Selain itu, biaya awal investasi untuk moda angkut kereta api juga terbilang tinggi, meskipun dalam jangka panjang akan jauh lebih hemat dan berkelanjutan. Hal ini membuat sebagian pelaku logistik swasta masih enggan beralih dari truk ke kereta api.

Pakar menilai, agar transisi ini berjalan lancar, pemerintah perlu memberikan insentif fiskal, keringanan pajak, serta dukungan kebijakan untuk memacu pelaku usaha logistik berinvestasi dalam moda angkut kereta api. Pemerintah juga didorong untuk menambah trayek angkutan barang kereta api dan membangun jalur khusus logistik di daerah industri dan pelabuhan.

Membangun Ekosistem Logistik yang Terintegrasi

Pengembangan angkutan barang berbasis kereta api juga sejalan dengan upaya dekarbonisasi sektor transportasi, mengingat kereta api memiliki jejak karbon lebih rendah dibandingkan kendaraan bermotor. Dengan memindahkan sebagian beban logistik dari jalan ke rel, Indonesia dapat mempercepat pencapaian target emisi rendah, sekaligus menjaga kelestarian infrastruktur publik.

Ke depan, yang dibutuhkan adalah ekosistem logistik multimoda yang didukung oleh perencanaan tata ruang, penyediaan lahan, regulasi teknis, dan kolaborasi antara pemerintah, operator logistik, serta masyarakat.

Langkah-langkah seperti pembangunan Dry Port (pelabuhan darat), penguatan sistem pelacakan barang, dan integrasi sistem informasi logistik nasional juga akan mendorong efisiensi yang lebih tinggi di seluruh rantai pasok.

Waktunya Beralih dari Jalan ke Rel

Mengandalkan truk sebagai tulang punggung logistik nasional telah membawa konsekuensi besar terhadap infrastruktur, keselamatan, dan lingkungan. Sudah saatnya Indonesia menggeser paradigma angkutan barang ke arah yang lebih berkelanjutan dan efisien—dengan kereta api sebagai pilar utama.

Seperti yang disampaikan oleh pakar otomotif, peningkatan penggunaan kereta api bukan sekadar solusi teknis, tetapi juga langkah strategis jangka panjang dalam membangun sistem transportasi nasional yang tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. Dengan kolaborasi lintas sektor dan keberpihakan kebijakan, transformasi ini bukan hanya mungkin, tetapi juga sangat diperlukan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index