BURSA

Bursa Asia Variatif, Fokus ke Data Ekonomi China

Bursa Asia Variatif, Fokus ke Data Ekonomi China
Bursa Asia Variatif, Fokus ke Data Ekonomi China

JAKARTA - Ketidakpastian global kembali menjadi perhatian utama pelaku pasar saat bursa saham Asia-Pasifik mengawali pekan dengan performa yang cenderung beragam. Sentimen investor saat ini lebih dipengaruhi oleh prospek ekonomi China dan arah kebijakan moneter global ketimbang isu politik yang belakangan mengemuka.

Terlepas dari pernyataan keras Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal ancaman tarif dagang, mayoritas pelaku pasar justru menunjukkan ketenangan. Fokus utama mereka kini mengarah pada rilis data ekonomi penting dari China, termasuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II, angka investasi perkotaan, serta penjualan ritel yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang stabilitas dan prospek pemulihan ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu.

Di tengah ketidakpastian eksternal, para investor juga menantikan pekan yang padat dari sisi laporan keuangan kuartalan perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat serta data inflasi yang bisa memengaruhi arah suku bunga The Fed ke depan. Di pasar modal Amerika sendiri, tiga indeks acuan utama berhasil mencetak penguatan dalam sesi perdagangan awal pekan, mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek ekonomi jangka pendek.

Respons Bursa Asia-Pasifik

Sikap hati-hati investor tercermin dalam pergerakan indeks saham utama di Asia-Pasifik. Di Jepang, indeks Nikkei 225 dibuka nyaris stagnan, sementara Topix indeks yang mewakili perusahaan-perusahaan besar di Negeri Sakura mengalami kenaikan sebesar 0,32%.

Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi mengalami penurunan sebesar 0,31%. Namun pasar saham untuk perusahaan berkapitalisasi kecil justru mencatat kenaikan, dengan indeks Kosdaq naik 0,26%. Kinerja ini menunjukkan bahwa investor masih mencari peluang di sektor-sektor tertentu meskipun secara umum tetap berhati-hati terhadap dinamika global.

Australia menjadi salah satu pasar yang lebih optimistis pada pembukaan perdagangan hari ini. Indeks acuan S&P/ASX 200 menguat 0,66%, di tengah ekspektasi positif terhadap sektor komoditas dan stabilitas kebijakan fiskal negara tersebut.

Pasar Menanti Sinyal dari China

Fokus utama pelaku pasar saat ini adalah pada serangkaian data ekonomi yang akan dirilis oleh pemerintah China. Salah satu indikator kunci adalah pertumbuhan PDB kuartal II tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,1%, sedikit melambat dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,4%.

Angka ini sangat krusial karena akan menjadi acuan dalam mengukur keberlanjutan pemulihan ekonomi pasca tekanan global dan krisis sektor properti yang masih membayangi. Jika realisasi pertumbuhan melampaui ekspektasi, pasar berpotensi merespon positif.

Selain itu, investor juga mencermati data investasi aset tetap di kawasan perkotaan yang diproyeksikan tumbuh 3,6% pada periode Januari hingga Juni. Penjualan ritel juga menjadi indikator penting, dengan ekspektasi pasar mencapai 5,4% untuk bulan Juni, turun dari capaian 6,4% pada bulan sebelumnya. Kinerja sektor konsumsi akan menjadi sinyal penting untuk menilai kekuatan permintaan domestik China di tengah gejolak global.

Arah Bursa: Kontrak Berjangka Jadi Indikator Awal

Berdasarkan data kontrak berjangka, bursa Jepang menunjukkan tanda-tanda penguatan. Kontrak Nikkei di Chicago berada di level 39.560, sementara di Osaka diperdagangkan di level 39.510, sedikit lebih tinggi dari penutupan sebelumnya di angka 39.459,62.

Pasar Hong Kong juga diprediksi akan memulai hari dengan semangat baru. Kontrak berjangka indeks Hang Seng diperdagangkan di 24.264, mengindikasikan pembukaan lebih kuat dibanding penutupan sebelumnya di 24.203,32. Sementara itu, S&P/ASX 200 Australia diperkirakan akan menguat berdasarkan posisi kontrak berjangka yang berada di level 8.599, sedikit di atas penutupan sebelumnya di 8.570,40.

Prediksi untuk Bursa Indonesia

Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melanjutkan tren penguatannya. Sejumlah analis memperkirakan bahwa indeks akan menguji level resistance berikutnya di kisaran 7.100 hingga 7.170, seiring sentimen global yang mulai kondusif dan aliran dana asing yang relatif stabil.

Meskipun pada perdagangan sebelumnya IHSG ditutup menguat 0,71%, aksi jual oleh investor asing tercatat cukup signifikan dengan nilai Rp1,17 triliun. Namun demikian, analis memproyeksikan bahwa selama IHSG mampu bertahan di atas level support 7.000–7.050, potensi untuk menembus resistance tetap terbuka.

“Jika IHSG gagal menembus level resistance 7.100–7.150, koreksi teknikal mungkin akan terjadi. Namun, secara keseluruhan tren jangka menengah tetap menguat seiring stabilitas makroekonomi domestik,” ujar Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas.

Arah Pasar Ditentukan Data dan Sentimen

Dalam situasi seperti sekarang, pasar saham di kawasan Asia sangat dipengaruhi oleh perpaduan antara data ekonomi dan sentimen global. Rilis data dari China akan menjadi indikator utama yang menentukan arah perdagangan dalam beberapa hari ke depan.

Selain itu, investor juga akan mencermati bagaimana perusahaan-perusahaan besar di AS membukukan kinerjanya dalam laporan keuangan kuartal kedua, serta arah kebijakan moneter global yang bisa saja berubah tergantung hasil inflasi terbaru. Dalam konteks ini, fleksibilitas dan kewaspadaan tetap menjadi kunci sukses bagi pelaku pasar di tengah lanskap investasi yang dinamis.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index