JAKARTA - Inovasi digital di sektor transportasi terus berkembang, seiring dengan dorongan kuat dari Bank Indonesia (BI) dan pemerintah daerah untuk mengakselerasi adopsi teknologi pembayaran nontunai. Kali ini, gebrakan datang dari kolaborasi Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam bentuk program tarif spesial naik Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng hanya Rp1.000, khusus bagi penumpang yang menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) untuk bertransaksi.
Langkah ini tak hanya sekadar promosi. Di balik insentif hemat tersebut tersimpan misi penting: memperkenalkan sistem pembayaran digital kepada masyarakat luas sekaligus menguatkan budaya transportasi publik yang terintegrasi, modern, dan ramah lingkungan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyampaikan bahwa kebijakan potongan tarif ini merupakan bagian dari kampanye masif digitalisasi pembayaran yang digagas BI secara nasional. Menurutnya, salah satu kendala utama dalam literasi dan penggunaan QRIS adalah kurangnya pengalaman langsung di kalangan masyarakat. Maka, melalui pendekatan berbasis insentif dan pengalaman nyata, BI berharap penetrasi sistem QRIS akan semakin luas dan menjadi bagian dari keseharian warga.
“Kami ingin mengajak masyarakat merasakan sendiri kemudahan dan kepraktisan bertransaksi menggunakan QRIS. Dengan tarif super hemat Rp1.000, kami berharap minat masyarakat untuk naik Trans Jateng semakin meningkat,” ujar Rahmat dalam keterangannya.
Program tarif spesial ini berlangsung selama lebih dari dua bulan, mulai pertengahan Juli hingga akhir September. Setiap harinya, sebanyak 1.000 transaksi tersedia secara terbatas untuk para pengguna BRT di seluruh koridor layanan aktif Trans Jateng. Artinya, selain harus membayar dengan QRIS, penumpang juga harus cepat karena kuota harian terbatas.
Namun demikian, daya tarik program ini bukan hanya pada harganya yang sangat rendah. Lebih dari itu, inisiatif ini membawa pesan penting tentang transformasi digital yang sedang digalakkan pemerintah, baik di sektor keuangan maupun sektor publik lainnya.
Dengan menggandeng sistem transportasi umum seperti BRT, Bank Indonesia ingin menunjukkan bahwa digitalisasi tidak harus rumit. Bahkan untuk naik angkutan umum pun, cukup dengan membuka aplikasi pembayaran digital baik itu mobile banking atau e-wallet seperti DANA, OVO, LinkAja, ShopeePay, hingga GoPay—lalu memindai kode QRIS yang tersedia di dalam bus. Transaksi langsung tereksekusi, dan penumpang hanya dikenai Rp1.000, tak perlu uang tunai, kembalian, atau antre di loket.
Di balik program insentif ini, tersimpan pula agenda lingkungan yang tak kalah penting. Rahmat menekankan bahwa mendorong lebih banyak orang menggunakan transportasi publik seperti BRT akan berdampak langsung pada pengurangan jumlah kendaraan pribadi, yang secara otomatis menekan polusi udara dan kemacetan di kota-kota besar Jawa Tengah.
“Semakin banyak yang beralih ke transportasi massal seperti Trans Jateng, maka dampaknya akan langsung terasa pada pengurangan emisi karbon dan kendaraan pribadi di jalan,” tambahnya.
Program QRIS untuk tarif hemat ini juga menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah pusat, Bank Indonesia, dan pemerintah daerah dalam mewujudkan sistem transportasi dan pembayaran yang inklusif. Diharapkan, langkah ini tidak hanya berhenti di Jawa Tengah, tetapi menjadi contoh replikasi untuk provinsi lain di Indonesia.
Adapun jaringan Trans Jateng terus diperluas mencakup berbagai wilayah strategis di provinsi ini. Armada BRT dikenal dengan layanan yang efisien, terjadwal, dan sudah dilengkapi dengan fasilitas digital yang mendukung era cashless society. Dengan kombinasi harga terjangkau dan akses mudah, BRT Trans Jateng menjadi alternatif utama warga dalam mobilitas harian, terutama bagi pekerja dan pelajar.
Partisipasi masyarakat dalam program ini juga menjadi tolak ukur sejauh mana sistem QRIS telah diterima oleh berbagai kalangan. Semakin banyak warga yang mencoba dan terbiasa membayar secara digital, maka semakin tinggi pula literasi keuangan digital yang bisa dicapai.
Sebagai catatan, QRIS sendiri merupakan inovasi Bank Indonesia yang menyatukan berbagai penyedia jasa sistem pembayaran (PJSP) dalam satu kode QR universal. Artinya, pengguna tidak perlu lagi bingung memilih QR dari dompet digital tertentu. Cukup satu kode QRIS semua aplikasi pembayaran bisa digunakan.
Dengan terus mengedukasi masyarakat dan memberikan pengalaman langsung melalui insentif seperti tarif BRT Rp1.000, pemerintah optimistis target inklusi keuangan digital dapat lebih cepat tercapai. Program ini juga menjadi bagian dari langkah strategis mendukung Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) serta Ekosistem Digital Indonesia, di mana setiap transaksi, baik besar maupun kecil, bisa dilakukan tanpa uang fisik.
Langkah berikutnya adalah memastikan bahwa infrastruktur pendukung seperti jaringan internet, sistem pembayaran, serta edukasi kepada masyarakat bisa terus ditingkatkan, agar semua pihak, termasuk mereka yang berada di wilayah pelosok sekalipun, dapat menikmati manfaat dari ekosistem digital.
Melalui kolaborasi yang terarah antara regulator, pemerintah daerah, dan operator transportasi seperti Trans Jateng, perubahan besar dapat terjadi dari hal-hal kecil, seperti naik bus hanya dengan Rp1.000. Inilah bukti bahwa transformasi digital bukan lagi mimpi masa depan tapi kenyataan yang bisa dirasakan sekarang juga.