JAKARTA - Transformasi sistem transportasi publik di Sulawesi Selatan mencapai tonggak penting dengan hadirnya Trans Sulsel, layanan angkutan massal yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan mobilitas masyarakat urban di kawasan Mamminasata. Pemerintah Provinsi Sulsel meluncurkan program ini sebagai bentuk keseriusan dalam menciptakan solusi jangka panjang terhadap persoalan transportasi yang semakin kompleks di wilayah perkotaan.
Program Trans Sulsel dirancang tak hanya untuk mengatasi kemacetan, tapi juga mengintegrasikan moda transportasi darat dengan kereta api, pelabuhan, hingga bandara. Wilayah Mamminasata yang mencakup Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar menjadi fokus utama pengembangan sistem ini.
Peluncuran Trans Sulsel secara langsung dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman di kawasan Center Point of Indonesia (CPI), Kota Makassar. Turut hadir mendampingi dalam peluncuran ini sejumlah pejabat penting dari pemerintah daerah, instansi vertikal, dan lembaga legislatif.
Dalam pengelolaannya, Pemerintah Provinsi Sulsel mengambil alih dua koridor utama Trans Mamminasata dari tangan Kementerian Perhubungan. Kedua koridor tersebut kini sepenuhnya dibiayai oleh Pemprov Sulsel melalui subsidi senilai kurang lebih Rp16 miliar di tahun ini.
Dua Koridor Prioritas: Dari Pelabuhan hingga Jalur Pendidikan
Trans Sulsel memiliki dua jalur utama yang menjadi ujung tombak layanan angkutan massal ini. Koridor I difokuskan pada konektivitas antara Kota Makassar dan Pelabuhan Takalar. Rute ini dimulai dari Panakkukang Square dan melintasi sejumlah titik strategis seperti Jalan AP Pettarani, Pelita Raya, Sungai Saddang, Gunung Latimojong, Lanto Dg Pasewang, Haji Bau, hingga tiba di CPI. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Universitas Ciputra, Masjid 99 Kubah, RS Vertikal Kemenkes, hingga ke Pelabuhan Takalar.
Koridor pertama ini dilayani oleh 14 unit bus yang siap beroperasi dengan dukungan 105 halte di sepanjang rute pulang-pergi. Kehadiran jalur ini menjadi titik penting dalam mendukung aktivitas logistik dan mobilitas masyarakat pesisir selatan Makassar dan Takalar.
Sementara itu, Koridor II diarahkan pada jalur pendidikan dan konektivitas transportasi penting. Dimulai dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Tamalanrea, rute ini menghubungkan titik-titik vital seperti Bandara Sultan Hasanuddin dan berakhir di Terminal Kereta Api Mandai di Kabupaten Maros. Total 13 unit bus disiapkan untuk melayani 51 halte yang tersebar di sepanjang koridor tersebut.
Yang menarik, koridor ini telah terintegrasi secara langsung dengan layanan Kereta Api Makassar–Parepare, memberikan kemudahan akses bagi penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan udara atau menggunakan moda transportasi rel.
Koridor Tambahan Dikelola Kementerian Perhubungan
Selain dua jalur utama tersebut, terdapat juga Koridor V yang masih berada di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan. Rute ini menghubungkan Fakultas Teknik Unhas, Gowa Mall, Panakkukang, hingga Unhas Tamalanrea. Meski berbeda pengelola, jalur ini tetap beroperasi secara paralel dan mendukung penuh pengembangan jaringan transportasi publik di kawasan Mamminasata.
Solusi untuk Kemacetan Perkotaan
Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Andi Erwin Terwo, menegaskan bahwa kehadiran Trans Sulsel dirancang sebagai sistem transportasi terpadu yang bisa menjadi solusi konkret atas permasalahan kemacetan serta meningkatkan efisiensi mobilitas masyarakat.
“Trans Sulsel hadir sebagai sistem transportasi terpadu yang menjawab kebutuhan masyarakat urban Mamminasata. Integrasi dengan kereta api, bandara, hingga pelabuhan menjadi poin penting dalam pengembangan jaringan angkutan massal ini,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antarlembaga dan keseriusan pemerintah dalam menciptakan jaringan angkutan massal yang aman, terjangkau, dan terintegrasi dengan sistem transportasi lain.
Komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Langkah Pemprov Sulsel ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk dari Wakil Gubernur Sulsel Fatmawati Rusdi, Wakil Ketua DPRD Sulsel Rahman Pina, serta Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Sulsel Bahar, yang turut hadir dalam acara peluncuran.
Hadir pula jajaran Forkopimda dan sejumlah instansi vertikal, menunjukkan bahwa proyek Trans Sulsel bukan hanya program pemerintah daerah, tetapi juga didukung oleh stakeholder lintas sektor.
Membangun Akses dan Kualitas Hidup
Trans Sulsel diyakini akan membawa pengaruh besar terhadap kualitas hidup masyarakat. Dengan akses transportasi publik yang lebih terencana, mudah, cepat, dan nyaman, masyarakat kini memiliki alternatif perjalanan yang tidak hanya hemat biaya tetapi juga efisien secara waktu.
Program ini sekaligus mendekatkan masyarakat dengan layanan publik dan fasilitas umum penting, baik di sektor pendidikan, ekonomi, maupun layanan kesehatan.
Pemerintah Provinsi berharap pengembangan Trans Sulsel dapat berkelanjutan, termasuk dengan perluasan rute baru dan peningkatan jumlah unit bus yang beroperasi.
Harapan Menuju Masa Depan Transportasi yang Berkelanjutan
Trans Sulsel hadir sebagai salah satu contoh nyata bagaimana transportasi publik modern dapat dibangun secara bertahap dan terintegrasi. Dengan menitikberatkan pada pelayanan, keamanan, serta keterjangkauan biaya, sistem ini menjadi langkah awal menuju transformasi kota yang lebih ramah lingkungan dan berorientasi pada kebutuhan warganya.
Melalui pengelolaan yang transparan dan dukungan berbagai pihak, Trans Sulsel diharapkan dapat menjadi model percontohan dalam pengembangan angkutan massal yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat perkotaan modern.