Politik

IEU CEPA Jadi Simbol Diplomasi Politik dan Ekonomi

IEU CEPA Jadi Simbol Diplomasi Politik dan Ekonomi
IEU CEPA Jadi Simbol Diplomasi Politik dan Ekonomi

JAKARTA - Langkah besar dalam diplomasi ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa akhirnya terwujud setelah perundingan panjang yang memakan waktu lebih dari satu dekade. Kedua belah pihak kini sepakat dalam tahap politik untuk menyelesaikan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), sebuah kemitraan ekonomi komprehensif yang akan menciptakan ruang kerja sama lebih luas dan saling menguntungkan.

Alih-alih hanya menekankan aspek perdagangan bebas seperti lazimnya perjanjian serupa, kesepakatan ini membawa dimensi baru berupa upaya pembangunan industri, penciptaan lapangan kerja, hingga penguatan aspek keberlanjutan. Komitmen ini menjadikan IEU-CEPA tidak sekadar kesepakatan ekonomi, namun juga instrumen strategis dalam mendorong hubungan bilateral yang transparan, setara, dan berorientasi masa depan.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menekankan bahwa perjanjian ini merupakan buah dari proses negosiasi yang kompleks namun produktif selama 10 tahun terakhir. Ia menyampaikan bahwa hasilnya adalah perjanjian yang tidak hanya memfasilitasi perdagangan bebas, namun juga memperhatikan kepentingan ekonomi kedua pihak secara berimbang.

"Setelah 10 tahun negosiasi, kami menyepakati sebuah perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif yang pada dasarnya adalah perjanjian perdagangan bebas. Kami telah mencapai banyak kesepakatan yang pada intinya saling mengakomodasi kepentingan ekonomi kedua pihak dan bersifat saling menguntungkan," ujar Prabowo.

Dalam konteks pembangunan nasional, Prabowo menyatakan bahwa IEU-CEPA akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global. Lebih dari itu, ia menilai bahwa kesepakatan ini harus menjadi landasan kuat bagi pengembangan industri dalam negeri, mendorong penciptaan lapangan kerja, serta mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan. Ia juga menegaskan komitmen Indonesia untuk menuntaskan proses kesepakatan hingga tuntas.

"Perjanjian ini harus mendukung upaya pengembangan industri, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan pembangunan berkelanjutan. Kami siap menuntaskan perjanjian," tegasnya.

Di sisi mitra, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga menyambut antusias keberhasilan kesepakatan politik ini. Ia menyatakan bahwa IEU-CEPA bukan hanya soal membuka pasar baru, tetapi juga memperkuat ketahanan rantai pasok Uni Eropa, khususnya untuk kebutuhan industri teknologi bersih dan baja dua sektor strategis yang tengah digenjot Eropa untuk masa depan rendah karbon.

"Perjanjian ini juga akan memperkuat rantai pasok bahan baku penting bagi industri teknologi bersih dan baja Eropa. Kami amat menantikan penyelesaian IEU-CEPA," ujar Von der Leyen.

IEU-CEPA dirancang untuk tidak hanya menjadi saluran peningkatan ekspor dan impor, tetapi juga sebagai jembatan dialog antar budaya, sistem hukum, dan nilai-nilai keberlanjutan dalam hubungan internasional. Perjanjian ini akan menjadi tonggak penting bagi kedua belah pihak dalam menjalin relasi yang tidak hanya transaksional, tetapi juga berbasis pada aturan (rules-based partnership).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa penandatanganan resmi IEU-CEPA ditargetkan berlangsung pada kuartal ketiga tahun 2025. Menurut Airlangga, semangat kesepakatan ini adalah mencapai keuntungan bersama—bukan sekadar memenangkan satu pihak.

"Namanya perjanjian dagang kan harus 2 pihak, jadi kita cari yang win-win," ucap Airlangga, menegaskan filosofi dasar dari kemitraan ekonomi ini.

Dari sisi Indonesia, IEU-CEPA membuka peluang ekspor produk unggulan nasional ke pasar Eropa dengan preferensi tarif yang lebih kompetitif. Ini mencakup sektor-sektor strategis seperti tekstil, produk pertanian, perikanan, logam, dan energi. Sementara dari sisi Uni Eropa, perjanjian ini membuka akses lebih besar terhadap pasar Indonesia yang dinamis dan memiliki populasi lebih dari 270 juta jiwa.

Lebih lanjut, IEU-CEPA juga mencakup klausul penting tentang investasi, perlindungan hak kekayaan intelektual, standar lingkungan, serta pembangunan berkelanjutan. Hal ini menandakan bahwa perjanjian ini tidak hanya berfokus pada transaksi komersial, tetapi juga memperhatikan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial dan ekologi.

Selain manfaat langsung terhadap perdagangan dan investasi, perjanjian ini diharapkan memperkuat kerja sama teknis antar sektor swasta dan publik. Termasuk di dalamnya peningkatan kapasitas pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) Indonesia untuk menembus pasar Eropa melalui pelatihan, bantuan teknis, dan fasilitasi pembiayaan.

Tidak dapat disangkal bahwa tantangan implementasi tetap ada, terutama dalam hal harmonisasi standar dan prosedur teknis antar kedua kawasan. Namun, melalui kerja sama berkelanjutan dan forum-forum dialog yang disediakan dalam kerangka IEU-CEPA, tantangan tersebut diharapkan dapat diatasi secara bertahap.

Kesepakatan ini juga membuka ruang untuk dialog lebih lanjut tentang isu-isu global seperti transisi energi bersih, digitalisasi ekonomi, dan keberlanjutan rantai pasok global. Melalui IEU-CEPA, Indonesia menunjukkan kematangan diplomasi ekonominya dan kesiapan untuk menjadi bagian dari sistem perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil.

Secara keseluruhan, IEU-CEPA menjadi langkah penting dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung global sebagai mitra strategis yang kredibel. Lebih dari sekadar perjanjian dagang, ini adalah perwujudan dari tekad Indonesia dan Uni Eropa untuk bersama-sama membentuk masa depan ekonomi yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index