GAS

Gas Elpiji Hadir di Pelosok Sulteng

Gas Elpiji Hadir di Pelosok Sulteng
Gas Elpiji Hadir di Pelosok Sulteng

JAKARTA - Distribusi energi bersubsidi seperti elpiji 3 kilogram terus menjadi perhatian utama pemerintah dan PT Pertamina, terutama di wilayah yang memiliki tantangan geografis seperti Sulawesi Tenggara. Di tengah keterbatasan infrastruktur dan akses, langkah konkret dilakukan untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar masyarakat terhadap bahan bakar gas dapat terpenuhi secara adil dan merata, termasuk hingga wilayah terpencil dan kepulauan.

Salah satu bentuk nyata komitmen tersebut terlihat dalam kegiatan distribusi elpiji di Pelabuhan Rakyat, Kendari. Dalam suasana kerja yang intens, sejumlah buruh tampak sibuk memindahkan tabung-tabung elpiji 3 kilogram dari truk distribusi ke kapal kayu yang akan membawa muatan itu menyeberangi lautan ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh jalur darat. Pemandangan ini bukan hanya tentang logistik semata, melainkan sebuah simbol dari usaha memastikan energi hadir di setiap jengkal tanah air.

PT Pertamina melalui unit operasionalnya di Sulawesi Tenggara secara rutin melakukan pengiriman elpiji ke beberapa wilayah kepulauan. Hal ini menjadi bagian dari upaya menjamin ketersediaan gas elpiji bersubsidi yang selama ini menjadi andalan masyarakat berpenghasilan rendah, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Penggunaan kapal kayu sebagai moda transportasi bukanlah tanpa alasan. Banyak wilayah kepulauan yang tidak memiliki dermaga untuk kapal besar, sehingga kapal kecil dan kayu menjadi satu-satunya pilihan yang efisien dan dapat menjangkau langsung ke desa-desa di pesisir. Dengan demikian, distribusi ini bukan hanya soal pengiriman barang, tetapi juga tentang mengatasi tantangan geografis dengan pendekatan yang adaptif dan lokal.

Pentingnya kelancaran distribusi elpiji ke wilayah pelosok menjadi sorotan karena menyangkut kehidupan sehari-hari masyarakat. Bagi sebagian besar rumah tangga di kepulauan, elpiji 3 kg adalah satu-satunya sumber bahan bakar utama untuk memasak. Tanpa pasokan yang lancar, masyarakat akan kembali pada cara-cara tradisional seperti menggunakan kayu bakar atau minyak tanah, yang tidak hanya tidak efisien, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan dan lingkungan.

Upaya ini juga menunjukkan bahwa distribusi energi bukan hanya sebatas urusan teknis, tetapi merupakan bagian dari pemerataan pembangunan nasional. Elpiji yang sampai ke tangan masyarakat di pelosok merupakan wujud nyata dari kehadiran negara, terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan taraf hidup warganya.

Pertamina sebagai BUMN yang bertanggung jawab atas pendistribusian energi nasional, terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait agar distribusi elpiji 3 kg berjalan lancar, terutama di kawasan-kawasan dengan akses terbatas. Dalam pelaksanaannya, perusahaan energi ini juga melakukan pengawasan ketat agar distribusi dilakukan sesuai kuota dan tepat sasaran.

Distribusi menggunakan kapal kayu memang memiliki risiko, terutama dalam hal keselamatan dan cuaca. Namun demikian, para pekerja lapangan dan awak kapal tetap menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Semangat mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari rantai logistik nasional yang menjangkau sudut-sudut negeri yang jarang tersorot.

Distribusi elpiji di kawasan seperti Sulawesi Tenggara sekaligus menjadi gambaran tantangan sekaligus inovasi yang diperlukan untuk menghadirkan layanan energi di wilayah yang memiliki topografi rumit. Di tengah keterbatasan, tetap diperlukan manajemen distribusi yang efisien agar subsidi dari pemerintah tepat sasaran, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Dalam jangka panjang, program pemerataan distribusi elpiji ini sejalan dengan kebijakan energi nasional yang menekankan pentingnya pemerataan akses energi sebagai pilar utama pembangunan berkelanjutan. Pemerintah pusat dan daerah bersama Pertamina diharapkan terus memperkuat sinergi agar logistik energi dapat terus menjangkau seluruh pelosok Nusantara, termasuk di kawasan-kawasan terisolasi sekalipun.

Kegiatan distribusi elpiji 3 kg ke wilayah kepulauan juga mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Selain menjaga kestabilan harga, keberadaan pasokan elpiji yang stabil turut mendorong aktivitas usaha kecil menengah seperti warung makan, industri rumahan, dan sektor jasa lainnya. Tanpa dukungan logistik energi yang memadai, usaha mikro di daerah-daerah terpencil akan terhambat, yang pada akhirnya memperlebar kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Langkah yang dilakukan oleh Pertamina di Sulawesi Tenggara merupakan contoh konkret bagaimana distribusi energi dapat dijalankan dengan pendekatan yang kontekstual. Ketika banyak tantangan menghadang mulai dari keterbatasan pelabuhan, medan laut yang sulit diprediksi, hingga keterpencilan lokasi kehadiran kapal kayu menjadi penghubung vital antara sumber energi dan kebutuhan masyarakat.

Dengan menjaga ketersediaan elpiji 3 kg di pelosok, pemerintah bersama Pertamina secara tidak langsung turut menjaga stabilitas sosial dan ekonomi. Distribusi yang lancar bukan hanya mencerminkan efisiensi logistik, melainkan juga bentuk nyata dari rasa keadilan dan komitmen terhadap prinsip bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan akses terhadap energi yang aman, terjangkau, dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index