JAKARTA - Di tengah gempuran arus modernisasi dan tren busana instan, Pemprov Jawa Tengah mengambil langkah konkret untuk menjaga nyawa budaya lokal. Salah satunya dengan memperkuat industri tenun lurik tradisional yang menjadi ciri khas masyarakat Klaten, khususnya di wilayah Kecamatan Cawas.
Bukan sekadar kain, tenun lurik adalah warisan yang menyimpan sejarah panjang dan nilai budaya yang mendalam. Di Desa Mlese, Kecamatan Cawas, geliat aktivitas para perajin masih terasa, meski mulai menyusut akibat minimnya regenerasi. Pemerintah pun memandang hal ini sebagai sinyal bahwa pelestarian budaya harus dibarengi strategi penguatan industri.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, saat menemani Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam kunjungan kerjanya, menekankan pentingnya dukungan terhadap keberlangsungan industri lurik. Ia menyebut, para perajin tenun di Klaten merupakan penjaga tradisi yang telah berlangsung lintas generasi.
"Tenun lurik selama ini sudah dikenal sebagai ciri khas produk perajin tenun tradisional di Klaten," ujar Taj Yasin.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut mewarisi keahlian menenun secara turun-temurun. Namun, perubahan zaman dan perkembangan profesi membuat jumlah perajin menyusut karena generasi muda cenderung beralih ke pekerjaan lain.
"Ini sudah empat generasi, lurik ini harus kita back up, kita kuatkan, sehingga masyarakat mau kembali mencintai lurik tersebut dan regenerasinya cepat," tambahnya.
Penguatan Industri Lewat Kebijakan dan Budaya Populer
Dalam rangka memopulerkan kembali tenun lurik ke tengah masyarakat, Pemprov Jateng telah mengambil langkah-langkah strategis. Salah satunya dengan menerapkan aturan mengenakan seragam lurik setiap hari Selasa bagi pegawai pemerintah. Kebijakan ini diharapkan menjadi bentuk dukungan nyata dan simbol keberpihakan terhadap produk lokal.
Tidak hanya itu, pada hari Kamis, ASN diimbau mengenakan pakaian adat yang sebagian besar berasal dari kain lurik. Strategi ini secara tidak langsung memperkenalkan kembali lurik dalam keseharian masyarakat, sekaligus memperluas daya serap pasar bagi para perajin.
Harapannya, upaya penguatan ini mampu menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat terhadap lurik dan membuka jalan regenerasi perajin. Taj Yasin meyakini bahwa jika permintaan meningkat dan pemasaran berjalan lancar, generasi muda pun akan melihat peluang menjanjikan dalam industri ini.
"Regenerasi perajin tinggal kita perkuat saja. Kalau luriknya kuat, pemasarannya baik, serapannya bagus, maka mereka akan kembali ke lurik lagi," ucapnya optimistis.
Ajakan untuk Desainer dan Kreativitas Baru
Pemprov juga mendorong keterlibatan desainer busana dalam memoles tampilan lurik agar lebih adaptif dengan kebutuhan zaman. Taj Yasin mengajak para perancang mode untuk mulai menggunakan lurik dalam berbagai desain pakaian, baik formal maupun kasual, guna memperluas segmentasi pasar dan penggunaan lurik secara fungsional.
Dengan memodernkan tampilan lurik tanpa meninggalkan akar budayanya, kain tradisional ini diyakini mampu bersaing dengan bahan-bahan fashion lainnya. Pengemasan baru inilah yang bisa menarik minat pasar, terutama dari kalangan muda.
Apresiasi Wakil Presiden dan Dorongan Penguatan Branding
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka turut memberikan apresiasi terhadap produk tenun lurik yang dihasilkan oleh para perajin lokal, terutama yang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Baginya, produk-produk ini tidak hanya indah, tetapi juga menunjukkan kerja keras dan ketekunan luar biasa.
"Kami apresiasi karena proses pembuatannya yang rumit, mulai dari pewarnaan benang sampai akhirnya menjadi kain atau pakaian," ujarnya.
Namun, menurut Gibran, keindahan dan kualitas saja tidak cukup. Ia menekankan pentingnya kreativitas dan pengembangan branding agar produk tenun lurik dapat memiliki daya saing tinggi di pasar nasional maupun internasional.
Salah satu caranya adalah melibatkan desainer muda dalam menciptakan desain yang segar dan relevan, serta memperkuat citra produk melalui logo, kemasan menarik, dan narasi sejarah atau back story dari masing-masing kain lurik.
"Tadi sudah bagus untuk e-commercenya. Nanti coba kami carikan guru untuk branding-nya. Perajin juga harus sering-sering ikut event nasional maupun internasional, terus buatkan juga dengan back story-nya," ungkapnya.
Gibran juga menyoroti potensi besar dari koperasi berbasis UMKM, seperti Koperasi Merah Putih, untuk turut mengakomodasi produk-produk lurik. Ia berharap lembaga semacam itu bisa menjadi wadah yang menjembatani perajin dengan akses pasar yang lebih luas.
"Ke depan kalau bisa koperasi Merah Putih juga harus mengakomodir lurik," tambahnya saat berdialog dengan perajin.
Menuju Kebangkitan Tenun Tradisional
Apa yang dilakukan Pemprov Jateng dan dukungan dari pemerintah pusat mencerminkan harapan besar agar tenun lurik tak hanya bertahan sebagai simbol budaya, tetapi juga tumbuh menjadi industri kreatif unggulan daerah. Dengan adanya kolaborasi antarinstansi, keterlibatan komunitas desainer, serta pendekatan pemasaran modern, industri tenun lurik berpeluang besar untuk bangkit kembali.
Langkah ke depan akan sangat bergantung pada sinergi antara pelestarian budaya dan inovasi industri. Lurik tidak hanya tentang kain, tetapi tentang identitas, keberlanjutan, dan masa depan warisan bangsa.