JAKARTA - Perjalanan laut antarpulau di Indonesia Timur terus menjadi andalan masyarakat, terutama di wilayah yang belum terjangkau transportasi udara secara merata. Di tengah kebutuhan mobilitas yang tinggi, KM Wilis—salah satu armada milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni)—hadir sebagai penghubung vital antara Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan kawasan Nusa Tenggara.
KM Wilis secara konsisten melayani rute strategis dari Pelabuhan Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, menuju pelabuhan-pelabuhan utama di wilayah Indonesia Timur. Jalur pelayaran ini tidak hanya mengangkut penumpang, tetapi juga menjadi sarana penting untuk distribusi logistik dan ekonomi antardaerah.
Rangkaian pelabuhan yang disinggahi oleh KM Wilis menunjukkan luasnya jangkauan kapal ini. Dimulai dari Batulicin, kapal ini bergerak menuju Makassar, lalu berlanjut ke Labuan Bajo, Bima, Waikelo, Waingapu, Ende, Kupang, dan Kalabahi. Kehadiran kapal ini sangat dinantikan oleh masyarakat di tiap titik pelabuhan, terutama bagi mereka yang mengandalkan transportasi laut sebagai satu-satunya sarana mobilitas jarak jauh.
Jalur pelayaran yang ditempuh oleh KM Wilis menjadi representasi penting dari konektivitas antarpulau, terutama bagi wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang selama ini menghadapi tantangan geografis berupa keterisolasian. Pelabuhan-pelabuhan seperti Kalabahi di Alor, maupun Ende di Flores, adalah contoh kawasan yang menggantungkan pasokan kebutuhan pokok dan layanan transportasi pada moda laut.
Menariknya, selain menghubungkan wilayah-wilayah terpencil, KM Wilis juga menawarkan harga tiket yang cukup terjangkau bagi masyarakat. Tarif perjalanan dari Batulicin menuju Makassar dipatok sebesar Rp 123.500, sementara tarif ke Labuan Bajo mencapai Rp 201.000. Bagi penumpang yang akan melanjutkan hingga Kalabahi, harga tiketnya adalah Rp 317.500. Biaya yang relatif murah ini menjadi salah satu faktor utama mengapa masyarakat masih memilih jalur laut dibanding udara.
Ketersediaan tiket dan informasi perjalanan KM Wilis dapat diakses melalui situs resmi Pelni maupun aplikasi yang disediakan oleh perusahaan. Hal ini memudahkan masyarakat untuk merencanakan perjalanan lebih awal, mengingat beberapa rute KM Wilis memiliki jadwal terbatas dalam sebulan.
Sebagai contoh, dari pertengahan bulan, KM Wilis dijadwalkan dua kali berlayar dari Batulicin. Perjalanan pertama mencakup keberangkatan pada pukul 20.00 WITA dari Batulicin, kemudian tiba di Makassar, dan melanjutkan rute ke Labuan Bajo, Bima, hingga Kalabahi. Rangkaian waktu keberangkatan dan kedatangan di setiap pelabuhan juga sudah ditetapkan secara rinci, memberikan kepastian kepada calon penumpang.
Begitu pula dengan keberangkatan kedua di akhir bulan, KM Wilis kembali melintasi rute yang sama dengan waktu tempuh yang sudah disusun. Konsistensi dalam jadwal keberangkatan menjadi aspek penting dalam pelayanan transportasi laut, khususnya untuk rute-rute di wilayah timur yang sangat bergantung pada kepastian transportasi.
Tidak hanya penumpang dewasa, penumpang anak-anak, lansia, maupun kelompok tertentu lainnya juga dapat menikmati tarif dan fasilitas sesuai ketentuan yang berlaku. Ini menjadi bagian dari misi Pelni dalam memberikan pelayanan yang inklusif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Penting pula dicatat bahwa layanan KM Wilis bukan hanya soal pengangkutan penumpang. Kapal ini juga menjadi jalur distribusi barang dan logistik antardaerah. Banyak komoditas kebutuhan pokok, bahan bangunan, hingga produk UMKM daerah dikirim melalui kapal ini, menciptakan efek ekonomi berganda di kawasan yang disinggahinya.
Peran KM Wilis sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan tol laut sebagai bagian dari strategi besar konektivitas nasional. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjangkau pulau-pulau terpencil. Kapal seperti KM Wilis menjadi solusi konkret dalam mengatasi hambatan geografis dan memfasilitasi pemerataan pembangunan.
Peningkatan pelayanan dan penyesuaian rute secara berkala juga terus dilakukan oleh Pelni, termasuk evaluasi berdasarkan jumlah penumpang, permintaan logistik, serta kondisi cuaca dan pelabuhan. Hal ini memastikan bahwa moda transportasi laut tetap kompetitif dan aman bagi seluruh pengguna.
Masyarakat pun diajak untuk terus memanfaatkan layanan ini secara bijak. Pemesanan tiket sejak jauh hari, datang lebih awal ke pelabuhan, dan mengikuti arahan petugas menjadi bagian dari komitmen bersama dalam menjaga kelancaran pelayaran.
Dengan berbagai upaya perbaikan dan konsistensi layanan, KM Wilis diproyeksikan akan tetap menjadi tulang punggung transportasi laut di jalur Kalimantan-Sulawesi-NTB-NTT. Keberadaannya diharapkan tidak hanya mempermudah perjalanan warga, tapi juga mempererat hubungan sosial, budaya, dan ekonomi antarpulau di Indonesia bagian timur.