JAKARTA - Sebuah peristiwa tragis sekaligus menegangkan terjadi di Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, Sabtu 05 JULI 20225. Seekor ular piton raksasa—diperkirakan sepanjang 5 meter—dituding telah menelan seorang pria lanjut usia. Warga setempat bereaksi cepat, membelah perut piton tersebut untuk memastikan kondisi korban. Momen itu terekam dalam video amatir yang kini viral di media sosial.
Aksi Warga: Keberanian Menyelamatkan di Tengah Ketakutan dan Primitif
Warga yang menyaksikan kejadian ini tampak berkumpul melingkar di sekitar ular piton besar, yang terlihat sudah tak bergerak. Mereka bersama-sama menggunakan pisau dan alat tajam lain untuk membuka perut reptil tersebut. Kecepatan dan kekompakan mereka menunjukkan sifat gotong royong yang kuat dalam situasi genting—meski dilakukan dengan cara yang dramatis, langkah warga dilakukan atas nama kemanusiaan untuk mengevakuasi korban.
- Baca Juga Target Produksi Batu Bara 2025
Beberapa warga merekam momen tersebut, menandakan betapa peristiwa ini mengguncang masyarakat setempat. Video amatir yang tersebar kemudian menjadi viral, memicu diskusi di berbagai platform media sosial.
Warga vs Satwa: Memahami Interaksi Antarspesies di Daerah Perbatasan Hutan
Buton Selatan merupakan wilayah yang masih berdekatan dengan habitat alami beberapa satwa besar, termasuk ular piton. Meski jarang, interaksi antara manusia dan ular berukuran besar seperti ini bukan hal baru—namun tetap memicu ketegangan saat benar-benar terjadi.
Peristiwa ini menjadi panggilan bagi masyarakat dan pemerintahan daerah untuk memperkuat edukasi dan mitigasi risiko: memahami bagaimana menghindari tombokan satwa langka atau berbahaya, serta bagaimana menanggapinya ketika terjadi insiden.
Viral di Media Sosial: Reaksi Publik dalam Hitungan Menit
Video evakuasi piton dan korban lansia cepat menyebar di internet. Dalam hitungan jam, unggahan tersebut mengejutkan banyak orang, yang merasa terpanggil sekaligus terkejut dengan tindakan warga. Komentar publik pun muncul—ada yang mengapresiasi keberanian warga, tapi juga ada yang mempertanyakan metode evakuasi yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan keamanan.
Viralnya konten ini sekaligus memperlihatkan bagaimana cepat suatu kejadian lokal dapat menjadi konsumsi massal digital—dengan segala dampak psikologis dan etisnya.
Kolaborasi Respons Cepat dan Praktik Tradisional: Sebuah Warisan Budaya?
Evakuasi pun bukan semata respons spontan. Warga menggunakan metode tradisional—belajar dari pengalaman turun-temurun tentang cara menangani ular besar. Meskipun bisa dikritisi dari segi protokol keselamatan modern, solidaritas dan keberanian mereka layak dihargai. Peristiwa ini menjadi refleksi bagaimana masyarakat setempat masih mengandalkan cara lama yang, meski efektif, menyisakan pertanyaan tentang keamanannya.
Refleksi dan Pelajaran: Keamanan Publik dan Perlunya Protokol Perlindungan Satwa
Kejadian ini menegaskan dua isu penting: pertama, kebutuhan memperkuat sistem mitigasi konflik manusia-fauna. Edukasi dan pelaporan dini sangat diperlukan. Kedua, tindakan ekstrim seperti membelah perut ular—sebaiknya hanya dilakukan oleh pihak berwenang yang dilatih serta dengan prosedur medis dan veteriner yang tepat.
Video membelah perut ular piton sepanjang 5 meter yang menelan lansia di Buton Selatan memuat tiga unsur yang bersatu: tragedi, solidaritas, dan urgensi edukasi publik. Keberanian warga dalam menyelamatkan korban patut diapresiasi, namun kejadian ini juga menjadi pengingat akan pentingnya penanganan yang lebih aman dan berwawasan lingkungan. Media sosial telah menjadikannya sorotan nasional—menyuguhkan tontonan brutal sekaligus ajang debat tentang metode terbaik menanggulangi konflik antarspesies di wilayah berbatasan hutan.