JAKARTA - Pembangunan infrastruktur publik yang bertujuan meningkatkan kenyamanan dan keselamatan memang selalu membawa dampak positif jangka panjang. Namun, di masa pengerjaan, berbagai tantangan teknis dan operasional bisa muncul, terutama dalam hal mobilitas masyarakat. Kondisi ini tengah dihadapi oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 Surabaya menyusul proyek pembangunan jalur pedestrian di sepanjang Jalan Gubeng Masjid yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Proyek ini diharapkan dapat menjadikan Surabaya semakin ramah bagi pejalan kaki, tetapi sekaligus berpotensi menimbulkan kemacetan dan kepadatan arus lalu lintas di kawasan sekitar Stasiun Surabaya Gubeng Baru.
Mengantisipasi kemungkinan gangguan tersebut, KAI Daop 8 Surabaya mengambil langkah preventif dengan mengimbau seluruh pelanggan agar merencanakan perjalanan lebih awal dan memperhatikan jadwal keberangkatan kereta secara cermat. Hal ini menjadi penting agar penumpang tidak mengalami keterlambatan akibat kemacetan yang mungkin terjadi di sekitar stasiun selama masa pembangunan pedestrian berlangsung.
Manajer Humas KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif, menegaskan dukungan penuh pihaknya terhadap proyek pembangunan pedestrian yang dianggap sebagai langkah progresif dalam menjadikan Surabaya sebagai kota yang lebih ramah terhadap pejalan kaki. “KAI mendukung penuh program pembangunan pedestrian yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya sebagai langkah positif dalam mewujudkan kota yang ramah pejalan kaki. Namun demikian, kami juga mengingatkan pelanggan untuk memperhitungkan waktu perjalanan menuju stasiun agar tidak tertinggal kereta,” ujar Luqman.
Pentingnya memperhitungkan waktu perjalanan ini mengingat proyek tersebut kemungkinan akan menimbulkan kepadatan lalu lintas, khususnya di sekitar stasiun yang menjadi salah satu pusat transportasi utama di Surabaya. Jalan Gubeng Masjid yang selama ini menjadi akses utama menuju stasiun kini sedang mengalami perubahan signifikan dengan adanya pembangunan pedestrian yang tentunya membutuhkan ruang dan penataan ulang jalur kendaraan dan pejalan kaki.
Sebagai alternatif bagi para penumpang, KAI memberikan opsi untuk menggunakan Stasiun Surabaya Gubeng Lama sebagai tempat boarding. Penumpang tetap diwajibkan mengikuti jadwal keberangkatan yang tertera pada tiket masing-masing. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi potensi kepadatan di Stasiun Surabaya Gubeng Baru serta memberikan fleksibilitas dalam mengatur perjalanan.
Selain mengimbau penumpang untuk berangkat lebih awal dan menyediakan alternatif lokasi boarding, KAI Daop 8 Surabaya juga terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan. Hal ini tercermin dari ketersediaan berbagai kanal informasi yang memudahkan pelanggan memperoleh update terkini terkait jadwal dan kondisi perjalanan. Melalui aplikasi Access by KAI, laman resmi kai.id, maupun contact center KAI 121, pelanggan dapat dengan mudah mengakses informasi yang dibutuhkan secara cepat dan akurat.
Kolaborasi antara KAI dan Pemerintah Kota Surabaya dalam proyek pembangunan fasilitas publik ini merupakan contoh nyata sinergi yang dapat memperkuat pelayanan transportasi dan infrastruktur kota secara bersamaan. Menurut Luqman, upaya bersama tersebut tidak hanya bermanfaat bagi keamanan dan kenyamanan pejalan kaki, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap keseluruhan ekosistem transportasi di Surabaya. “Kolaborasi antara KAI dan Pemerintah Kota Surabaya dalam pembangunan fasilitas umum seperti ini adalah bentuk sinergi yang saling mendukung, dan kami berharap masyarakat dapat beradaptasi dengan baik selama proses pembangunan berlangsung,” pungkasnya.
Dalam konteks yang lebih luas, proyek pedestrian ini merupakan bagian dari visi Pemerintah Kota Surabaya untuk mengembangkan kawasan perkotaan yang lebih inklusif, aman, dan nyaman bagi semua kalangan masyarakat. Meningkatkan aksesibilitas dan keselamatan pejalan kaki akan berdampak positif terhadap kualitas hidup warga kota dan mendukung pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor, sehingga juga turut mengurangi kemacetan dan polusi udara.
Namun, karena proyek pembangunan ini berlangsung di kawasan yang sangat vital bagi aktivitas transportasi, maka kesiapan dari berbagai pihak, termasuk PT KAI, pemerintah, dan masyarakat menjadi faktor penentu kelancaran pelaksanaan. Kesadaran masyarakat dalam menyesuaikan jadwal keberangkatan, bersabar selama masa pembangunan, dan memanfaatkan alternatif yang disediakan akan sangat membantu mengurangi potensi gangguan operasional kereta api maupun mobilitas di sekitar stasiun.
KAI sendiri tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh pelanggan dengan memprioritaskan aspek kemudahan dan kenyamanan selama proses keberangkatan. Informasi dan komunikasi yang terbuka serta responsif menjadi kunci agar pelanggan dapat merencanakan perjalanan dengan lebih matang dan terhindar dari risiko ketertinggalan kereta akibat kendala lalu lintas sementara.
Melalui langkah-langkah antisipatif ini, KAI berharap seluruh penumpang dapat tetap menikmati pengalaman bepergian yang aman, nyaman, dan tepat waktu, meskipun sedang terjadi perubahan besar di lingkungan sekitar stasiun. Kesadaran dan kerja sama seluruh pihak menjadi fondasi agar proyek pembangunan pedestrian dapat berjalan sukses tanpa mengorbankan kenyamanan dan efisiensi layanan transportasi kereta api.
Sebagai penutup, proyek pedestrian di Jalan Gubeng Masjid ini memang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Surabaya untuk menciptakan kota yang lebih manusiawi dan modern. Dukungan penuh KAI Daop 8 Surabaya terhadap inisiatif ini menunjukkan komitmen mereka dalam menyesuaikan diri dengan perubahan demi kebaikan bersama. Dengan kesiapan menghadapi dampak sementara dan adaptasi yang dilakukan secara kolektif, perjalanan kereta api di kawasan ini diprediksi tetap berjalan lancar dan memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat luas.