Danantara

Danantara dan Transformasi Auditor Internal

Danantara dan Transformasi Auditor Internal
Danantara dan Transformasi Auditor Internal

JAKARTA - Di tengah ketidakpastian global dan dinamika nasional yang terus berkembang, peran auditor internal semakin krusial. Mereka tidak lagi hanya menjadi pemeriksa kepatuhan, tetapi juga dituntut menjadi penasihat strategis yang mampu mengantisipasi risiko dan menavigasi perubahan.

Kesadaran inilah yang mengemuka dalam Konferensi Auditor Internal (KAI) 2025 yang digelar oleh Yayasan Pendidikan Audit Internal (YPIA) di Hotel Alana, Sleman, Yogyakarta. Forum tahunan tersebut mempertemukan para profesional audit dari sektor publik, BUMN, swasta, dan akademisi untuk membahas berbagai tantangan dan peluang dalam dunia audit internal masa kini.

Dengan tema "Shifting Horizon for Internal Auditors: Navigating Emerging Risks, Governance, and Opportunities in 2025", konferensi ini menggarisbawahi perlunya para auditor untuk bertransformasi menghadapi situasi yang makin kompleks—baik secara ekonomi, teknologi, maupun sosial-politik.

Kompleksitas Global Jadi Sorotan Utama

Konteks global saat ini memang tengah diliputi berbagai risiko yang saling bertumpuk. Berdasarkan Survei Persepsi Risiko Global 2024–2025 dari World Economic Forum (WEF), beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai adalah konflik geopolitik yang meningkat, bencana iklim yang makin ekstrem, serta disrupsi teknologi yang mengganggu stabilitas tata kelola konvensional.

Fragmentasi global juga memunculkan tantangan baru bagi organisasi dan negara dalam menjaga integritas, efisiensi, dan keberlanjutan. Polarisasi sosial-politik menjadi pemicu ketegangan yang tidak hanya memengaruhi stabilitas dalam negeri, tetapi juga berdampak langsung pada dinamika bisnis dan investasi.

Dalam konteks ini, peran auditor internal sebagai garda terdepan dalam pengelolaan risiko menjadi sangat vital.

Danantara dan Perubahan Tata Kelola BUMN

Sementara itu, pada tataran nasional, hadirnya Badan Pengelola Investasi Danantara sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) menandai babak baru dalam tata kelola BUMN. Kini, Danantara memegang saham seri B di sejumlah BUMN strategis, sementara saham seri A tetap berada di tangan Kementerian BUMN.

Perubahan ini menciptakan kebutuhan baru bagi auditor internal untuk memahami dinamika tata kelola yang semakin kompleks dan lintas entitas. Audit tidak lagi sekadar urusan kepatuhan administratif, tetapi menyangkut pemahaman menyeluruh terhadap strategi investasi dan pengelolaan aset negara.

Ketua Umum YPIA, Setyanto P. Santosa, menyampaikan bahwa perubahan struktur seperti ini menuntut auditor internal untuk meningkatkan kapabilitas secara drastis.

“Pergeseran ini menuntut auditor internal untuk lebih lincah, strategis, dan menguasai kompetensi digital seperti governance foresight dan risk intelligence. Auditor dituntut menjadi penasihat terpercaya dalam menjaga stabilitas fiskal dan mendorong pembangunan berkelanjutan,” ujar Setyanto.

Isu-Isu Strategis yang Diangkat

Sepanjang konferensi, sejumlah isu krusial dibedah secara mendalam, mencerminkan tekanan baru yang dihadapi organisasi saat ini. Beberapa di antaranya adalah:

Ketahanan ekonomi nasional di tengah risiko global,

Penanganan penipuan berbasis teknologi,

Audit forensik digital dan investigasi,

Tata kelola keamanan siber dan audit kecerdasan buatan (AI),

Praktik agile governance dan integrasi prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance),

Pemanfaatan data analytics dalam pengambilan keputusan dan mitigasi risiko.

Dengan tema yang mengarah pada transformasi digital dan governance modern, para peserta diajak untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berevolusi dalam pendekatan audit mereka.

Lima Rekomendasi Penting dari KAI 2025

Hasil dari diskusi dan pembahasan intens selama konferensi ini dirumuskan dalam lima rekomendasi strategis yang diharapkan dapat menjadi panduan transformasi profesi audit internal:

Meningkatkan Risk Foresight Leadership – untuk membantu organisasi dalam menghadapi fragmentasi global dan risiko-risiko baru.

Memperkuat Agile Governance – sebagai pondasi bagi tata kelola yang adaptif dan responsif terhadap perubahan dinamis.

Membangun Ketahanan Siber dan Tata Kelola Teknologi Informasi – sebagai jawaban atas ancaman digital yang makin kompleks.

Menjadikan Data Analytics dan Forensic Intelligence sebagai Kompetensi Inti – untuk meningkatkan akurasi pengawasan dan deteksi dini.

Mendorong Kolaborasi Lintas Sektor – guna menciptakan sinergi dalam mengantisipasi risiko dan memaksimalkan peluang.

Integrasi ESG dan Teknologi, Masa Depan Audit yang Holistik

Dalam penutupan konferensi, Setyanto P. Santosa menekankan bahwa integrasi ESG, keamanan siber, dan inovasi dalam manajemen risiko bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

“Dengan mengadopsi pendekatan tata kelola yang lebih holistik, termasuk integrasi ESG, keamanan siber, dan inovasi manajemen risiko, kami berharap semua organisasi, baik di sektor publik, BUMN, maupun swasta, mampu membangun ketahanan menghadapi risiko global dan disrupsi teknologi yang kian kompleks,” pungkasnya.

Pernyataan ini menegaskan bahwa audit internal tidak lagi beroperasi dalam ruang sempit. Dunia audit kini harus bergerak selaras dengan kemajuan teknologi, tekanan eksternal yang tak terhindarkan, serta harapan publik akan akuntabilitas dan keberlanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index