JAKARTA - Transformasi digital dalam sistem pembayaran menjadi agenda prioritas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Salah satu instrumen utama yang menjadi pilar dalam perubahan ini adalah Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS, yang terbukti memainkan peran sentral dalam memajukan transaksi nontunai secara nasional, termasuk di tingkat daerah seperti Provinsi Sumatera Selatan.
Pertumbuhan penggunaan QRIS di provinsi ini menjadi indikator kuat bahwa ekosistem digital mulai diterima dan dijadikan andalan oleh pelaku usaha, khususnya sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Selatan mencatat, pada Maret 2025, jumlah merchant pengguna QRIS di wilayah tersebut telah mencapai 979 ribu, atau mengalami kenaikan 19,70% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Capaian ini bahkan melampaui target penambahan merchant baru tahun 2025 yang dipatok sebesar 108.000 merchant. Dari target tersebut, realisasi hingga Maret telah menyumbang sekitar 55,33%, dengan pertambahan sebesar 59.788 merchant.
"Angka ini mencerminkan percepatan penetrasi sistem pembayaran digital di Sumatera Selatan dan mengindikasikan meningkatnya literasi keuangan masyarakat," demikian disampaikan perwakilan OJK Provinsi Sumatera Selatan.
UMKM Jadi Penggerak Utama Digitalisasi Pembayaran
Tingginya adopsi QRIS oleh merchant di Sumsel sebagian besar berasal dari pelaku UMKM. Tren ini selaras dengan dorongan pemerintah untuk memperluas inklusi keuangan melalui digitalisasi transaksi.
QRIS memberikan solusi praktis dan efisien bagi pelaku usaha kecil yang sebelumnya tidak memiliki akses ke sistem pembayaran nontunai konvensional seperti EDC (Electronic Data Capture) atau transfer rekening antarbank.
Dengan hanya menggunakan smartphone dan satu QR code terpadu, pelaku usaha dapat melayani pembayaran dari berbagai platform dompet digital dan aplikasi perbankan tanpa perlu alat tambahan. Hal ini menekan biaya operasional dan mempercepat proses transaksi, yang pada gilirannya berdampak langsung terhadap peningkatan volume penjualan dan efisiensi usaha.
Dorongan Ekosistem Digital Terintegrasi
Peningkatan jumlah merchant QRIS di Sumatera Selatan juga tidak terlepas dari sinergi lintas lembaga yang aktif mengampanyekan pembayaran digital. Pemerintah daerah, perbankan, asosiasi usaha, hingga otoritas jasa keuangan telah bekerja bersama dalam mendorong adopsi sistem pembayaran digital di berbagai sektor, termasuk pasar tradisional, transportasi umum, pariwisata, dan pelayanan publik.
Bank Indonesia dan OJK secara konsisten melakukan sosialisasi, edukasi, serta pelatihan penggunaan QRIS bagi pelaku UMKM, mahasiswa, hingga aparatur desa. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi digital keuangan dan menjadikan QRIS sebagai bagian dari keseharian masyarakat.
"Digitalisasi ekonomi daerah harus dimulai dari transaksi sehari-hari. QRIS adalah pintu masuk yang paling mudah, murah, dan cepat," ujar seorang pengamat ekonomi digital di Palembang.
Menjangkau Wilayah Terpencil dan Komunitas Adat
Salah satu tantangan terbesar dalam mengembangkan sistem pembayaran digital adalah menjangkau wilayah dengan infrastruktur terbatas. Namun, pertumbuhan pengguna QRIS di Sumatera Selatan juga menunjukkan capaian yang menjanjikan di daerah-daerah rural dan komunitas terpencil.
Dengan dukungan sinyal internet minimum dan ponsel pintar, para pedagang di pasar desa hingga pelaku usaha kecil di pinggiran Danau Ranau dan Lahat sudah mulai terbiasa menerima pembayaran nontunai. Beberapa komunitas nelayan dan petani pun kini memanfaatkan QRIS untuk transaksi jual beli hasil panen atau tangkapan ikan.
Hal ini menunjukkan bahwa literasi digital dan keuangan tidak hanya berkembang di kawasan urban, tetapi mulai menyebar ke pelosok desa dan komunitas adat.
Mendukung Visi Gerakan Nasional Non-Tunai
Capaian Sumatera Selatan dalam memperluas penggunaan QRIS juga menjadi bagian dari implementasi Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang dicanangkan pemerintah pusat. Melalui program ini, diharapkan sistem pembayaran elektronik dapat mendukung transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam perekonomian nasional.
Dalam konteks daerah, transaksi menggunakan QRIS memungkinkan pelacakan arus keuangan yang lebih akurat, membantu perbankan dalam melakukan penilaian risiko, serta membuka peluang pendanaan lebih besar bagi UMKM melalui kemitraan dengan lembaga keuangan formal.
"Kami mengapresiasi capaian Sumatera Selatan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat dan pelaku usaha sudah mulai merasakan manfaat dari sistem pembayaran digital," lanjut OJK dalam pernyataan resminya.
Membangun Resiliensi Ekonomi Daerah
Penggunaan QRIS juga berkontribusi pada ketahanan ekonomi daerah, terutama dalam menghadapi situasi darurat seperti pandemi atau bencana. Transaksi nontunai menjadi andalan ketika pergerakan fisik dibatasi, dan memungkinkan pelaku usaha tetap menjalankan usahanya secara aman.
Selain itu, data transaksi yang terekam secara digital bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk merancang kebijakan ekonomi berbasis data, termasuk dalam menyalurkan bantuan sosial atau subsidi secara lebih tepat sasaran.
Bank-bank BUMN maupun swasta nasional yang beroperasi di Sumatera Selatan juga telah memberikan kontribusi besar dalam mengintegrasikan sistem QRIS dengan platform digital banking mereka, sehingga semakin memperluas pilihan dan kenyamanan bagi masyarakat pengguna.
Menuju Satu QR, Satu Indonesia
Sesuai dengan konsep yang diusung Bank Indonesia, QRIS hadir sebagai standar nasional kode QR untuk pembayaran digital. QRIS menyatukan berbagai sistem pembayaran dari penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP) agar masyarakat tidak perlu memiliki banyak QR code untuk menerima transaksi.
Dengan satu QR code, pengguna bisa membayar dari mana saja—baik menggunakan aplikasi dompet digital seperti GoPay, OVO, Dana, maupun aplikasi perbankan seperti Livin' by Mandiri, BRImo, dan BCA Mobile.
Langkah standardisasi ini memberikan efisiensi besar bagi merchant dan mempercepat proses digitalisasi pembayaran lintas platform.
Momentum Digitalisasi Harus Dijaga
Keberhasilan Sumatera Selatan dalam mencapai 979 ribu merchant pengguna QRIS pada Maret 2025 merupakan pencapaian yang patut diapresiasi. Namun, angka ini juga menjadi tanggung jawab baru untuk terus menjaga momentum digitalisasi di berbagai sektor ekonomi.
OJK menegaskan bahwa pihaknya akan terus berkomitmen untuk mengawal pertumbuhan ekosistem pembayaran digital secara inklusif dan berkelanjutan, dengan tetap mengedepankan aspek edukasi, perlindungan konsumen, serta penguatan regulasi.
Transformasi digital bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga perubahan budaya dan cara pikir. QRIS adalah salah satu alat transformasi tersebut—dan Sumatera Selatan sedang membuktikan bahwa perubahan itu bukan hanya mungkin, tetapi juga bisa memberi manfaat nyata bagi semua lapisan masyarakat.