Angkasa Pura Siapkan Jalur Air ke Bandara Ngurah Rai

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:38:31 WIB
Angkasa Pura Siapkan Jalur Air ke Bandara Ngurah Rai

JAKARTA - Dalam upaya merespons persoalan klasik yang kerap mengganggu kenyamanan wisatawan, PT Angkasa Pura tengah menggagas solusi inovatif bagi akses keluar-masuk Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Jalur laut menjadi fokus utama pembahasan sebagai alternatif transportasi yang efisien untuk menghubungkan bandara dengan sejumlah destinasi wisata unggulan di Bali Selatan.

Opsi transportasi melalui laut yang tengah dipertimbangkan adalah penggunaan water taxi, yang diharapkan mampu memecah konsentrasi kendaraan darat yang selama ini menjadi biang kemacetan parah di sekitar bandara. Komitmen ini diungkap langsung oleh Communication and Legal Division Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Gede Eka Sandi, dalam kunjungan ke redaksi detikBali.

"(Akan) dibuat akses melalui air yakni water taxi," jelas Sandi. Jalur laut tersebut dirancang sebagai jalur alternatif bagi para penumpang pesawat yang ingin menjangkau kawasan wisata seperti Kuta, Uluwatu, Canggu, dan Nusa Dua secara lebih cepat dan nyaman.

Menurut Sandi, titik pengembangan infrastruktur untuk jalur laut ini akan difokuskan di Pantai Sekeh atau Pantai Jerman, yang terletak di sisi barat kawasan bandara. Lokasi ini dipilih karena letaknya yang strategis dan dinilai ideal untuk menjadi dermaga awal dan akhir bagi penumpang yang memanfaatkan transportasi air.

"Sepertinya tidak di Pantai Kelan, tapi di Pantai Sekeh. Di sebelah kanannya Pantai Sekeh," tambah Sandi, merujuk pada opsi lokasi yang sedang dibahas bersama para pemangku kepentingan.

Sejauh ini, gagasan tersebut masih dalam tahap diskusi intensif bersama berbagai pihak terkait, termasuk Pemerintah Provinsi Bali, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), serta instansi teknis lainnya yang bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran dan pembangunan infrastruktur transportasi laut.

Pihak bandara menekankan pentingnya melakukan uji coba terlebih dahulu sebelum rencana ini benar-benar diterapkan. Proses uji coba ini tak hanya untuk memastikan teknis operasional seperti naik-turun penumpang dan kapasitas dermaga, tetapi juga untuk memperhitungkan variabel alam seperti kondisi pasang-surut air laut, terutama saat fenomena bulan purnama atau bulan tilem.

"Masih akan diuji coba juga. Pada saat (bulan) purnama, bagaimana ketinggian airnya. Bagaimana saat bulan tilem (bulan tidak nampak di langit). Safety-nya juga harus dipikirkan," ujar Sandi menjelaskan pentingnya aspek keselamatan dalam pengoperasian moda baru ini.

Dengan adanya jalur laut ini, beban lalu lintas yang selama ini menumpuk di jalur darat menuju bandara khususnya di Tol Bali Mandara dan jalan utama lainnya diharapkan dapat berkurang drastis. Rencana ini juga dianggap sebagai solusi jangka menengah yang realistis dibandingkan opsi pembangunan lainnya yang lebih mahal.

Sebelumnya, sempat mencuat ide pembangunan underpass atau subway yang menghubungkan bandara dengan kawasan pariwisata. Namun, rencana tersebut akhirnya tak dilanjutkan karena membutuhkan investasi besar dan waktu pengerjaan yang tidak singkat.

"Kalau kami tambahkan jalur seperti subway, itu investasinya tinggi. Jadinya juga kapan. Karena nggak bisa seperti membangun terminal bus," ungkap Sandi, menggarisbawahi bahwa realisasi water taxi jauh lebih feasible dan cepat dilaksanakan dibandingkan opsi infrastruktur darat lainnya.

Jika terealisasi, jalur laut ini tidak hanya akan menjadi fasilitas transportasi alternatif, tetapi juga bisa menjadi pengalaman wisata tersendiri bagi para pelancong. Wisatawan akan mendapatkan sensasi baru menikmati panorama Bali dari laut sebelum atau setelah menggunakan layanan penerbangan.

Pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti dermaga, ruang tunggu, hingga sistem integrasi tiket dan jadwal penerbangan, juga tengah dirancang agar penggunaannya efisien dan menyatu dengan ekosistem pelayanan bandara yang sudah ada.

Lebih dari itu, langkah ini mencerminkan dorongan kuat dari pihak pengelola bandara untuk menghadirkan solusi nyata atas tantangan yang terus berulang: kemacetan. Lonjakan arus kendaraan, terutama pada musim libur dan event besar internasional, telah membuat lalu lintas di sekitar Bandara Ngurah Rai menjadi salah satu titik krusial kemacetan di Bali.

Dengan pengembangan ini, diharapkan konektivitas wisatawan ke destinasi utama di Bali Selatan bisa lebih lancar, cepat, dan bebas hambatan. Selain itu, moda transportasi ini juga berpotensi mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan karena bisa mengurangi emisi kendaraan dan kepadatan lalu lintas darat.

Untuk ke depan, sinergi antara pemerintah daerah, regulator pelabuhan, dan pelaku usaha transportasi laut akan menjadi kunci keberhasilan program ini. PT Angkasa Pura sendiri menyatakan keterbukaannya terhadap kolaborasi lintas sektor demi menyukseskan implementasi transportasi air sebagai solusi jangka panjang.

Terkini