JAKARTA - Lonjakan jumlah penumpang KRL Commuter Line di Jabodetabek terus memicu kebutuhan akan fasilitas stasiun yang lebih memadai. Salah satu yang menjadi sorotan adalah Stasiun Duri, yang kini kembali diusulkan untuk direvitalisasi oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter). Usulan ini telah disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Artriviyanto, menegaskan bahwa langkah awal dalam proses revitalisasi adalah dengan pengajuan kajian dari operator kereta, dalam hal ini KAI Commuter, untuk kemudian ditindaklanjuti oleh pihak pemerintah.
“Stasiunnya untuk transit, untuk flow sudah tidak memenuhi syarat, kemudian perlu dilakukan penambahan kapasitas dan sebagainya, kita berikan data-data sehingga pemerintah yang merencanakan,” ujar Asdo.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan layanan KRL di kawasan Jabodetabek, pemerintah bersama KAI Commuter belakangan ini memang gencar melakukan revitalisasi sejumlah stasiun utama. Salah satu contohnya adalah Stasiun Tanah Abang yang saat ini tengah dalam proses revitalisasi tahap lanjutan.
Asdo menjelaskan, DJKA Kemenhub telah menyelesaikan revitalisasi Stasiun Tanah Abang Tahap I, khususnya untuk kebutuhan sitover (SO) kedua. Meski begitu, proses peningkatan kapasitas stasiun tersebut belum selesai sepenuhnya dan akan dilanjutkan menuju tahap ultimate selama lima tahun mendatang.
“Stasiun Tanah Abang menjadi salah satu prioritas yang sudah mulai berjalan. Namun kami juga melihat kebutuhan di Duri yang terus meningkat,” lanjut Asdo.
Sebagai informasi, Stasiun Duri merupakan titik transit penting bagi penumpang yang melayani lintas Tangerang Kota menuju Duri, serta lintas dari Bekasi atau Cikarang menuju Jakarta. Dalam beberapa tahun terakhir, volume penumpang terus mengalami pertumbuhan signifikan di stasiun ini, seiring meningkatnya mobilitas masyarakat di wilayah tersebut.
“Setelah itu kita lakukan usulan-usulan seperti Duri. Duri kan walaupun sudah dibangun oleh DJKA, tapi kan kapasitasnya sekarang semakin hari semakin padat, ini kita usulkan juga untuk revitalisasi,” ungkap Asdo saat menjelaskan prioritas usulan berikutnya.
Revitalisasi stasiun-stasiun besar di Jakarta dan sekitarnya memang menjadi bagian dari strategi besar pengembangan transportasi publik. Selain Stasiun Duri dan Tanah Abang, Asdo mengungkapkan ada sejumlah stasiun lain yang saat ini juga tengah dalam proses revitalisasi oleh pemerintah.
Ia menyebutkan dua stasiun besar lainnya, yakni Stasiun Manggarai dan Stasiun Rangkasbitung, yang masing-masing juga sedang dalam tahap penyelesaian pengembangan.
“Pemerintah, DJKA, masih ada tiga tugas yang belum selesai. Manggarai, Tanah Abang, dan Rangkasbitung,” kata Asdo.
Khusus untuk Stasiun Manggarai, proyek revitalisasi yang telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir bertujuan menjadikan stasiun tersebut sebagai pusat integrasi transportasi terbesar di Jabodetabek. Revitalisasi tahap pertama Stasiun Manggarai telah selesai di akhir tahun 2022, sedangkan tahap kedua diharapkan rampung pada tahun 2025.
Manggarai nantinya akan menjadi stasiun sentral yang melayani KRL, KA Bandara, KA Jarak Jauh, dan terintegrasi dengan berbagai moda transportasi umum lainnya.
Sementara itu, revitalisasi Stasiun Rangkasbitung juga diproyeksikan untuk meningkatkan kenyamanan dan kapasitas layanan bagi para penumpang. Proyek ultimate revitalisasi stasiun ini sudah berjalan sejak 2022 dan ditargetkan selesai dalam tahun ini.
Upaya pemerintah dan operator KRL untuk meningkatkan kapasitas dan kenyamanan layanan kereta komuter ini tidak lepas dari peningkatan signifikan penumpang KRL Jabodetabek dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data KAI Commuter, pertumbuhan mobilitas masyarakat pascapandemi terus menunjukkan tren naik, sehingga diperlukan perbaikan fasilitas yang lebih optimal.
Revitalisasi stasiun, termasuk usulan pengembangan Stasiun Duri, diharapkan dapat membantu mengurai kepadatan serta mendukung perjalanan komuter yang lebih nyaman, terutama bagi pengguna yang melakukan perjalanan transit dari berbagai lintas.
KAI Commuter menegaskan bahwa pengajuan revitalisasi ini didasarkan pada data-data kepadatan dan arus penumpang yang telah mereka himpun, untuk mendukung pengambilan kebijakan pemerintah.
Dengan proyek-proyek yang berjalan maupun yang akan diusulkan, KAI Commuter berharap pelayanan KRL ke depannya dapat semakin baik. Asdo mengungkapkan bahwa kolaborasi antara operator dan pemerintah menjadi kunci utama dalam mewujudkan transportasi publik yang modern, aman, dan nyaman bagi masyarakat.