Gerabah Lawan Gadget, Anak Jebres Temukan Kreativitas Baru

Minggu, 13 Juli 2025 | 13:30:04 WIB
Gerabah Lawan Gadget, Anak Jebres Temukan Kreativitas Baru

JAKARTA - Menghadapi tantangan zaman digital yang kian menuntut, Kelurahan Jebres di Surakarta mengambil langkah konkret untuk mengarahkan anak-anak agar tidak terjebak dalam kecanduan gawai. Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah melalui penyelenggaraan Jebres Ethnic Visual Art (JEVA) 2025, sebuah kegiatan tahunan yang pada tahun ini mengusung workshop pembuatan gerabah sebagai tema utamanya.

Diselenggarakan di Taman Cerdas Soekarno Hatta, kegiatan ini menyedot antusiasme puluhan anak-anak dari berbagai jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mereka bukan sekadar diajak bermain, tetapi juga diperkenalkan secara langsung kepada seni budaya tradisional yang memiliki nilai edukatif tinggi—yakni seni membuat gerabah.

JEVA 2025 tidak berdiri sendiri. Program ini merupakan bagian dari inisiatif Pemerintah Kota Surakarta melalui Kelurahan Jebres untuk menanamkan nilai budaya sejak dini. Tak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk menawarkan alternatif kegiatan positif bagi anak-anak di tengah maraknya penggunaan gadget yang berlebihan.

Hari Sapto, Ketua Panitia JEVA 2025, menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini sudah dimulai sejak tahun 2023. Pada penyelenggaraan perdananya, JEVA menghadirkan aktivitas seperti melukis topeng dan melukis payung. Kini di tahun ketiganya, fokus kegiatan diarahkan pada pengenalan budaya gerabah.

"Pada tahun ini, kami ingin anak-anak tidak hanya mengetahui seni gerabah secara teori, tetapi juga terlibat langsung dalam proses pembuatannya dari awal hingga tahap pembakaran," ujar Hari.

Kolaborasi dengan Prodi Keramik Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret (UNS) menjadi salah satu kunci keberhasilan workshop ini. Melalui kerja sama tersebut, JEVA menghadirkan para dosen dan mahasiswa UNS sebagai mentor yang mendampingi anak-anak selama proses pembuatan gerabah.

Selain pengalaman belajar yang otentik, anak-anak juga mendapatkan gerabah hasil karya mereka sendiri dan sertifikat partisipasi setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai. Sebanyak 60 anak usia SD kelas 4 hingga SMP kelas 3 yang tercatat dalam data KIA Kelurahan Jebres mengikuti kegiatan ini, dan jumlah peserta terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Kegiatan edukatif ini pun mendapat perhatian langsung dari Wali Kota Surakarta, Respati Ardi, yang hadir menyaksikan jalannya workshop. Ia memberikan apresiasi tinggi atas penyelenggaraan JEVA yang dinilainya selaras dengan semangat program "Kecamatan Berdaya" yang diusung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Respati juga menyoroti pentingnya memberikan ruang kreativitas bagi anak-anak dalam bentuk kegiatan langsung seperti ini. Ia bahkan ikut mencoba membuat gerabah dan merasakan betapa kegiatan tersebut mengajarkan ketekunan dan kesabaran.

“Saya kira ini kegiatan yang luar biasa. Selain memperkenalkan budaya lokal seperti gerabah, kegiatan ini juga bisa menjadi solusi nyata agar anak-anak tidak terlalu bergantung pada gadget,” ucap Respati.

Lebih lanjut, Wali Kota menegaskan bahwa kegiatan JEVA tidak cukup jika hanya digelar satu kali dalam setahun. Ia bahkan mengusulkan agar workshop semacam ini bisa dilaksanakan dua kali dalam setahun, dengan ragam tema kreatif sesuai aspirasi anak-anak.

"Saya sudah tanya ke anak-anak, ada yang ingin melukis sepatu, melukis baju, dan banyak lainnya. Kami terbuka terhadap ide-ide kreatif ini, karena di situ ada nilai edukatif, pengembangan potensi, sekaligus hiburan," tambahnya.

Selain menjadi sarana belajar seni, kegiatan JEVA juga membuka peluang untuk menggali jati diri dan minat anak-anak dalam dunia kreativitas. Bagi pemerintah, ini adalah upaya berkelanjutan dalam menyeimbangkan kebutuhan hiburan dengan penguatan karakter sejak dini.

Adyatama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ahli Muda Disbudpar Magetan, Didik Kurniawan, juga menekankan pentingnya kegiatan yang mampu menghidupkan kembali budaya lokal, khususnya di kalangan anak-anak. Menurutnya, nilai-nilai tradisional seperti kesabaran, ketekunan, dan kerja sama bisa dipupuk melalui kegiatan seni, termasuk pembuatan gerabah.

Pemkot Surakarta juga merancang JEVA sebagai bagian dari strategi pembangunan berbasis budaya. Ke depan, mereka berencana menjalin kolaborasi lebih luas dengan pihak ketiga untuk mendukung keberlangsungan dan pengembangan program ini. Mulai dari sponsorship, CSR, hingga kolaborasi dengan komunitas seni lokal akan terus digalang.

"Ini bukan sekadar event tahunan, tapi bisa jadi gerakan budaya anak yang tumbuh berkelanjutan," ujar Respati.

Melalui kegiatan seperti JEVA, Surakarta menegaskan komitmennya sebagai kota budaya yang tidak hanya menjunjung nilai sejarah dan tradisi, tetapi juga aktif berinovasi untuk menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. Dan yang paling penting, anak-anak sebagai generasi penerus bangsa diajak untuk tidak sekadar menjadi konsumen teknologi, tapi juga pelaku budaya yang sadar akan jati dirinya.

Terkini

Erick Thohir Mundur dari Komite Wasit, Ogawa Gantikan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:50:51 WIB

Bali Menuju Transportasi Listrik

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:55:12 WIB

Lonjakan Penumpang Pelni di Belawan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:59:42 WIB

Syukuran Laut Penyeberangan

Minggu, 13 Juli 2025 | 17:04:09 WIB