Dokter Ingatkan Gejala Tumor Jinak Hidung

Rabu, 09 Juli 2025 | 07:35:29 WIB
Dokter Ingatkan Gejala Tumor Jinak Hidung

JAKARTA - Meski tergolong jinak, tumor di area hidung dan rongga wajah tetap memerlukan perhatian serius. Salah satu jenis tumor yang perlu dikenali adalah Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA) atau Angiofibroma Nasofaring Belia (ANB), yang secara khusus kerap menyerang anak laki-laki dan remaja. Penyakit ini, meskipun tidak bersifat ganas, bisa menimbulkan dampak besar pada kesehatan jika tidak tertangani sejak awal.

Dalam sebuah pemaparan medis yang disampaikan di Jakarta, dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, serta bedah kepala dan leher dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ika Dewi Mayangsari, mengupas secara komprehensif mengenai gejala, penyebab, dan penanganan dari tumor jinak tersebut.

Tumor Jinak dengan Karakteristik Khusus

Berbeda dengan tumor ganas, ANB memiliki karakteristik yang unik. Jenis tumor ini tumbuh di area sinus nasal—tepatnya di bagian dalam tengkorak sekitar hidung. Selain angiofibroma, beberapa jenis tumor jinak lain yang mungkin muncul di lokasi ini adalah polip, hemangioma, dan limfangioma.

“JNA menarik karena memiliki karakteristik khusus sendiri. Yang pertama adalah dia biasanya muncul di pasien-pasien muda laki-laki, remaja usia muda,” kata Ika Dewi.

Kelompok usia penderita umumnya berada pada rentang 10 hingga 23 tahun. Meski begitu, ditemukan juga kasus ANB yang muncul pada usia sekitar 30 tahun. Para ahli menduga bahwa perubahan hormon pada masa remaja dan faktor genetik turut berkontribusi terhadap kemunculan tumor ini. Selain itu, kelainan pembuluh darah pun diyakini menjadi pemicu pertumbuhan tumor.

Gejala yang Tidak Boleh Diabaikan

Gejala khas dari ANB adalah perdarahan dari hidung yang terjadi berulang-ulang. Menurut Ika, perdarahan tersebut bisa cukup masif, namun uniknya, dapat berhenti dengan sendirinya. Meski demikian, perdarahan tersebut tidak bisa dianggap enteng.

“Perdarahan ini bisa menimbulkan risiko terjadinya syok hipovolemik karena kekurangan darah yang banyak,” ujarnya memperingatkan.

Bila dibiarkan tanpa penanganan, tumor bisa terus tumbuh membesar dan menyebar ke area di sekitarnya. Akibatnya, pasien dapat mengalami berbagai keluhan lanjutan, termasuk gangguan pendengaran, dengkuran saat tidur, hingga perubahan bentuk wajah terutama bila tumor menyebar ke area rongga mata.

Ika juga menjelaskan perbedaan antara angiofibroma dan kanker nasofaring. Pada kanker, tumor tampak lebih rapuh, mudah berdarah, dan memiliki permukaan yang tidak rata atau berbenjol-benjol. Sementara pada angiofibroma, permukaannya terlihat lebih halus, bulat, dan tidak mudah berdarah. Selain itu, kanker nasofaring kerap disertai dengan benjolan di leher hal yang tidak ditemukan pada kasus angiofibroma.

Diagnosis Tanpa Biopsi

Penegakan diagnosis untuk ANB memerlukan pendekatan khusus. Karena tumor ini sangat mudah berdarah, biopsi atau pengambilan sampel jaringan justru tidak disarankan. Untuk memastikan jenis tumor ini, pemeriksaan dilakukan melalui anamnesis atau penggalian riwayat kesehatan pasien, serta pemeriksaan klinis oleh dokter spesialis THT.

“Diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis dan diperkuat melalui pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI,” ujar Ika.

Penting untuk menegakkan diagnosis seakurat mungkin sejak awal karena akan menentukan metode penanganan selanjutnya. Kesalahan diagnosis atau penanganan yang terlambat bisa menyebabkan komplikasi serius bagi pasien.

Prosedur Penanganan dan Tindakan Lanjutan

Jika sudah dipastikan mengidap ANB, maka langkah pertama dalam penanganannya adalah melakukan tindakan embolisasi. Prosedur ini dilakukan untuk menutup jalur pembuluh darah yang menyuplai aliran darah ke tumor, sehingga risiko perdarahan saat tindakan medis selanjutnya dapat diminimalkan.

Selanjutnya, tumor akan diangkat secara menyeluruh. Pengangkatan yang tidak tuntas berpotensi menyebabkan kekambuhan. Hal ini sangat mungkin terjadi terutama pada pasien muda, di mana perubahan hormonal masih aktif berlangsung.

“Ada juga kasus-kasus dimana tumor ini sudah masuk ke dalam rongga kepala atau dalam otak, dimana ada kasus-kasus yang kita sebut sudah tidak bisa lagi dioperasi,” jelas Ika.

Pada kondisi semacam itu, pendekatan medis dilakukan melalui terapi non-bedah, seperti radioterapi eksternal, yang dirancang untuk mengecilkan atau menghentikan pertumbuhan tumor tanpa intervensi pembedahan yang berisiko tinggi.

Rutin Periksa dan Jangan Abaikan Keluhan

Satu pesan penting yang terus ditegaskan oleh Ika adalah pentingnya kontrol rutin pasca operasi. Karena tumor ini memiliki potensi untuk kambuh, pasien sangat disarankan untuk tetap berada dalam pemantauan dokter.

"Untuk sobat sehat semua, untuk segera berobat jika ada keluhan seperti yang tadi telah kita diskusikan. Jangan tunggu sampai keluhannya itu memberat. Kalau semakin berat keluhannya biasanya ukuran tumornya semakin besar," imbau Ika.

Dengan kata lain, deteksi dini dan penanganan segera menjadi kunci utama dalam mencegah komplikasi akibat ANB. Edukasi masyarakat akan pentingnya memahami gejala awal serta menjalani pemeriksaan rutin juga perlu terus digalakkan, agar kasus tumor jinak seperti ini tidak sampai menimbulkan masalah yang lebih serius.

Terkini

Erick Thohir Mundur dari Komite Wasit, Ogawa Gantikan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:50:51 WIB

Bali Menuju Transportasi Listrik

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:55:12 WIB

Lonjakan Penumpang Pelni di Belawan

Minggu, 13 Juli 2025 | 16:59:42 WIB

Syukuran Laut Penyeberangan

Minggu, 13 Juli 2025 | 17:04:09 WIB