JAKARTA - Pasar saham Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan di tengah ketidakpastian global, menyusul meredanya ketegangan dalam perang tarif antara Amerika Serikat dan China. Kondisi ini menjadi angin segar bagi para pelaku pasar, terutama di tengah kekhawatiran sebelumnya terkait potensi pengetatan likuiditas.
Perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia itu selama bertahun-tahun telah memberikan tekanan terhadap stabilitas pasar keuangan global, termasuk pasar saham Indonesia. Namun, dengan mencairnya hubungan dagang antara AS dan China dalam beberapa pekan terakhir, ekspektasi investor kembali membaik. Selain itu, potensi pelonggaran likuiditas juga memberi ruang bagi pasar untuk bernapas dan kembali bergerak positif.
Optimisme Bangkit di Tengah Meredanya Perang Tarif
Menurut Adrian Joezer, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, pasar saham Indonesia tengah memperoleh momentum positif berkat sinyal meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Ia menjelaskan bahwa kondisi ini membuka peluang pelonggaran likuiditas, yang sebelumnya menjadi momok bagi investor di pasar modal.
“US-China trade softening dan juga mungkin season-season dividen bisa mulai dilewati. Kita melihat mungkin potensi untuk likuiditasnya yang menjadi kekhawatiran pasar ya di stock market ya,” ujar Adrian dalam keterangannya kepada media.
Pernyataan Adrian mencerminkan kepercayaan pelaku pasar terhadap perubahan dinamika ekonomi global, di mana ketegangan yang sebelumnya menghambat aliran dana kini mulai mereda. Ia menekankan bahwa perkembangan ini secara tidak langsung menghapus ketakutan akan kondisi likuiditas yang ketat, yang selama ini menekan volume transaksi dan membuat investor lebih berhati-hati dalam mengambil posisi di pasar saham.
Efek Positif pada Indeks Saham dan Sektor Unggulan
Dampak dari kabar baik tersebut terlihat langsung pada pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mengalami penguatan secara bertahap. Investor kembali aktif di lantai bursa, dengan sektor-sektor unggulan seperti perbankan, konsumsi, dan teknologi mulai menunjukkan perbaikan kinerja harga saham.
Sektor perbankan misalnya, menjadi salah satu penerima manfaat langsung dari potensi pelonggaran likuiditas. Dengan turunnya tekanan dari sisi global, ruang gerak suku bunga menjadi lebih fleksibel, memberikan peluang bagi bank untuk meningkatkan penyaluran kredit, yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan pendapatan dan harga saham.
Sektor konsumsi juga turut mengalami pergerakan positif seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat yang didorong oleh distribusi dividen dari perusahaan-perusahaan besar. Musim pembagian dividen (dividend season) biasanya mendorong peningkatan arus kas ke investor, yang kemudian dapat digunakan kembali untuk berbelanja atau reinvestasi ke pasar saham.
Likuiditas Sebagai Faktor Penentu
Likuiditas menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan arah pasar saham. Ketika kondisi likuiditas ketat, investor cenderung lebih defensif dan enggan melakukan pembelian saham dalam jumlah besar. Namun, dengan adanya potensi pelonggaran, kecenderungan investor untuk kembali masuk pasar meningkat.
Adrian Joezer menambahkan bahwa faktor-faktor global seperti arah kebijakan suku bunga The Fed, kondisi ekonomi Tiongkok, serta kestabilan nilai tukar rupiah juga turut memengaruhi dinamika likuiditas di pasar domestik. Ia menyebutkan bahwa secara umum, pasar saat ini sedang menunggu kejelasan arah kebijakan bank sentral utama dunia yang bisa memberikan sinyal lebih pasti terhadap kelanjutan tren likuiditas global.
“Jika kondisi global semakin stabil, dan ketegangan perang dagang benar-benar mereda, maka akan ada ruang lebih besar bagi aliran modal asing untuk kembali masuk ke emerging market, termasuk Indonesia,” ujarnya.
Aliran Dana Asing dan Sentimen Positif Jangka Pendek
Indikator lain yang mendukung perbaikan sentimen pasar saham Indonesia adalah kembali masuknya aliran dana asing ke bursa. Investor institusional global yang sebelumnya bersikap wait and see mulai menunjukkan aktivitas beli, terutama di saham-saham big cap yang memiliki fundamental kuat dan likuiditas tinggi.
Masuknya dana asing ini menjadi sinyal penting bagi investor domestik bahwa pasar saham Indonesia memiliki prospek jangka pendek yang menjanjikan. Di sisi lain, hal ini juga meningkatkan ekspektasi terhadap kestabilan nilai tukar rupiah, yang turut mendorong arus modal masuk ke dalam negeri.
Dalam kondisi pasar yang mulai pulih, investor ritel juga terlihat mulai kembali aktif. Hal ini terlihat dari volume transaksi harian yang menunjukkan peningkatan serta aktivitas pembukaan rekening efek baru yang terus tumbuh. Kombinasi dari kedua elemen ini—dana asing dan investor ritel—menjadi fondasi kuat bagi reli pasar dalam beberapa bulan ke depan.
Prospek Ekonomi Domestik Perkuat Sentimen
Sementara dari dalam negeri, fundamental ekonomi Indonesia juga memberikan dukungan terhadap perbaikan pasar saham. Data inflasi yang tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5%, serta keberlanjutan belanja infrastruktur pemerintah menjadikan Indonesia tetap menjadi tujuan investasi menarik bagi investor global.
Selain itu, komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas politik menjelang tahun politik juga memberikan kepastian tambahan bagi pelaku pasar. Ketika ketidakpastian politik dapat ditekan, maka investor akan merasa lebih aman untuk menanamkan modalnya dalam jangka panjang.
Kebijakan Bank Indonesia yang tetap berhati-hati namun responsif terhadap dinamika global juga dianggap sebagai penyeimbang yang memberikan rasa tenang bagi investor. Strategi BI dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas moneter turut memperkuat optimisme terhadap pasar keuangan domestik.
Arah Pasar Saham ke Depan
Ke depan, pelaku pasar diharapkan tetap mencermati perkembangan geopolitik dan kebijakan moneter global yang dapat berdampak terhadap pergerakan pasar saham. Kendati ketegangan AS-China mereda, potensi fluktuasi tetap ada, terutama jika muncul isu baru yang dapat mengganggu sentimen pasar.
Namun demikian, dengan adanya sinyal pelonggaran likuiditas dan meningkatnya minat investor terhadap aset di pasar negara berkembang, IHSG memiliki ruang untuk melanjutkan penguatan dalam jangka menengah. Saham-saham berkapitalisasi besar dan sektor yang sensitif terhadap likuiditas, seperti properti, infrastruktur, dan perbankan, diprediksi akan menjadi favorit investor.
Meredanya ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat dan China membawa dampak positif terhadap pasar saham Indonesia. Potensi pelonggaran likuiditas yang sebelumnya menjadi kekhawatiran investor kini menjadi pendorong utama bagi bangkitnya optimisme di lantai bursa. Dengan kombinasi faktor eksternal yang membaik dan fundamental domestik yang kuat, pasar saham Indonesia berada pada jalur pemulihan yang solid.
Seperti disampaikan oleh Adrian Joezer dari Mandiri Sekuritas, “Potensi likuiditas yang membaik pasca meredanya ketegangan dagang menjadi sentimen positif yang saat ini mendorong investor untuk kembali percaya diri dalam menghadapi pasar.”
Diharapkan, dengan dukungan kebijakan yang tepat dan penguatan dari berbagai sektor ekonomi, pasar saham Indonesia dapat terus tumbuh dan menjadi pilihan investasi yang menarik di kawasan Asia Tenggara.