Properti

Potensi BI Rate dan Dampaknya pada Saham Properti

Potensi BI Rate dan Dampaknya pada Saham Properti
Potensi BI Rate dan Dampaknya pada Saham Properti

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akan segera mengumumkan kebijakan suku bunga acuan (BI Rate), keputusan yang selalu menjadi sorotan para pelaku pasar, terutama bagi sektor properti. Pergerakan BI Rate berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat dan strategi investasi di saham emiten properti. Keputusan ini diantisipasi dengan cermat karena setiap perubahan suku bunga akan berdampak langsung pada biaya pembiayaan properti dan tren investasi di sektor ini.

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya di Juli 2025, BI menetapkan suku bunga acuan sebesar 5,25%. Kini, perhatian pasar tertuju pada kemungkinan penyesuaian suku bunga yang bisa memicu peningkatan aktivitas transaksi properti, terutama bila BI menurunkan suku bunga acuan.

Prospek Saham Properti Menguat dengan Insentif PPN

Menurut Investment Analyst Edvisor Profina, Indy Naila, penurunan suku bunga acuan akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membeli properti. Selain itu, perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga Desember 2025 menjadi faktor pendorong tambahan bagi segmen konsumen rumah dan apartemen. “Perpanjangan insentif PPN DTP hingga Desember 2025 juga bisa meningkatkan pembelian properti,” jelas Indy.

Secara keseluruhan, kebijakan moneter yang kondusif dan dukungan insentif fiskal menjadi kombinasi yang menarik bagi investor saham properti, karena dapat mendorong peningkatan marketing sales emiten di semester kedua 2025.

Kinerja Marketing Sales Emiten Properti

Berdasarkan data semester I 2025, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan kinerja marketing sales yang menonjol di antara perusahaan sejenis.

BSDE membukukan marketing sales senilai Rp 5,08 triliun, meningkat 5% secara tahunan (YoY). Angka ini telah memenuhi 51% dari target tahunan BSDE sebesar Rp 10 triliun. Sementara itu, CTRA berhasil meraih marketing sales sebesar Rp 4,2 triliun, atau setara 38% dari target tahun 2025 sebesar Rp 11 triliun.

Proyek yang Menopang Penjualan CTRA

Indy Naila menambahkan, pencapaian marketing sales CTRA didorong oleh sejumlah proyek strategis. Proyek-proyek tersebut meliputi Podomoro Park Bandung, Bukit Podomoro Jakarta, Podomoro Golf View, dan Podomoro City Deli Medan. Penjualan yang kuat dari proyek-proyek ini menjadi faktor utama yang menstabilkan kinerja CTRA di tengah fluktuasi pasar properti.

Permintaan Masih Tinggi di Sisa Tahun 2025

Di sisa tahun 2025, permintaan dari segmen properti komersial dan masyarakat kelas atas diprediksi tetap kuat. Hal ini menjadi indikasi positif bagi investor yang ingin menempatkan modalnya di saham emiten properti. Segmen komersial mencakup apartemen, perkantoran, dan proyek mixed-use yang terus menarik minat investor. Sementara itu, segmen masyarakat kelas atas masih aktif membeli properti premium sebagai bentuk diversifikasi aset.

Rekomendasi Investasi Saham Properti

Melihat kinerja marketing sales dan tren pasar, Indy merekomendasikan investor untuk mempertimbangkan saham CTRA dan BSDE. Target harga yang disarankan adalah Rp 1.200 per saham untuk CTRA dan Rp 970 per saham untuk BSDE. Strategi ini diharapkan dapat memanfaatkan potensi kenaikan harga saham seiring peningkatan aktivitas properti dan kebijakan BI yang kondusif.

Strategi Investasi dan Timing

Kebijakan BI Rate akan menjadi pemicu utama dalam menentukan arah pergerakan saham properti. Investor disarankan memperhatikan perubahan suku bunga, kebijakan insentif PPN DTP, dan kinerja marketing sales emiten sebagai indikator keputusan investasi.

Dengan adanya kombinasi antara potensi penurunan suku bunga, perpanjangan insentif PPN, serta proyek properti yang strategis, saham CTRA dan BSDE terlihat memiliki potensi pertumbuhan yang menarik hingga akhir tahun 2025. Investor yang cermat dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan portofolio di sektor properti.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index