Bank Indonesia

Bank Indonesia Perkuat Rupiah di Tengah Tekanan Global

Bank Indonesia Perkuat Rupiah di Tengah Tekanan Global
Bank Indonesia Perkuat Rupiah di Tengah Tekanan Global

JAKARTA - Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali menjadi sorotan, seiring meningkatnya tekanan eksternal dan dinamika pasar global. Dalam kondisi yang menantang ini, Bank Indonesia (BI) tak tinggal diam. Serangkaian strategi terukur dan menyeluruh pun diterapkan untuk memastikan stabilitas nilai tukar dan menjaga ketahanan sistem keuangan nasional.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa upaya mempertahankan nilai tukar rupiah menjadi prioritas utama. Menurutnya, berbagai langkah intervensi telah digerakkan untuk menjaga pergerakan nilai tukar tetap dalam koridor stabil.

“BI terus memperkuat strategi stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri, serta transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar domestik, dan pembelian SBN di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan,” ujarnya dalam siaran pers di Jakarta.

Langkah-langkah tersebut, menurut Perry, tidak hanya ditujukan untuk menahan pelemahan rupiah, tetapi juga sebagai bentuk dukungan terhadap kelancaran transmisi kebijakan moneter, utamanya terkait penyesuaian suku bunga dan stabilitas likuiditas pasar.

Pendekatan Komprehensif: Intervensi Pasar dan Operasi Moneter

Salah satu strategi andalan BI adalah penguatan operasi moneter yang lebih responsif terhadap dinamika pasar. Strategi ini tak hanya mencakup intervensi langsung, tetapi juga pengelolaan struktur suku bunga instrumen moneter serta transaksi swap valas.

Perry menjelaskan bahwa BI mengoptimalkan berbagai instrumen yang mendukung pasar keuangan domestik. Di antaranya melalui penggunaan instrumen moneter pro-market seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Instrumen-instrumen ini digunakan secara aktif dalam lelang dan transaksi pasar sekunder untuk menjaga likuiditas dan memperkuat pasar surat berharga domestik.

Tak hanya itu, BI juga memperkuat strategi transaksi term-repo dan swap valuta asing sebagai alat penstabil pasar. Melalui penguatan peran dealer utama (primary dealers), BI mendorong transaksi SRBI dan skema repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar, agar aktivitas perdagangan semakin likuid dan terkendali.

Tekanan Menurun, Tapi Strategi Tetap Ketat

Meski tekanan terhadap rupiah sempat menurun dalam beberapa pekan terakhir, BI tetap menjaga kewaspadaan tinggi. Data menunjukkan, posisi instrumen SRBI  Juli 2025 tercatat sebesar Rp754,10 triliun, menurun signifikan dari posisi awal tahun yang mencapai Rp923,53 triliun. Penurunan ini, menurut BI, mencerminkan terjadinya ekspansi likuiditas yang mendukung pelonggaran kebijakan moneter secara umum.

Kondisi tersebut menjadi sinyal bahwa BI tetap menjaga fleksibilitas dalam respons kebijakan. Di tengah tantangan global seperti ketidakpastian suku bunga global dan tekanan dari defisit transaksi berjalan, strategi BI harus mempertimbangkan berbagai skenario, baik dari sisi domestik maupun eksternal.

Sinergi Moneter dan Fiskal, Kunci Ketahanan Nasional

Tidak kalah penting dari strategi intervensi pasar, BI juga menekankan pentingnya sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal. Salah satu bentuk nyata dari sinergi ini adalah pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI, baik melalui pasar sekunder maupun pasar primer.

Sepanjang tahun berjalan hingga 25 Juli 2025, BI tercatat telah membeli SBN senilai Rp147,59 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp104,71 triliun berasal dari pasar sekunder, sementara Rp42,88 triliun dibeli dari pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk instrumen syariah.

“Pembelian SBN oleh BI ini mencerminkan eratnya sinergi kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah,” jelas Perry. Ia menambahkan, langkah ini bukan hanya memperkuat pasar surat utang negara, tetapi juga membantu menjaga stabilitas pasar keuangan dan memperkuat daya saing portofolio Indonesia di mata investor asing.

Upaya Konsisten Jaga Daya Saing Rupiah

Di tengah ketatnya persaingan global dan tekanan dari mata uang kuat lainnya, BI menyadari bahwa menjaga stabilitas rupiah bukanlah tugas yang mudah. Oleh sebab itu, strategi jangka pendek dan menengah terus dikembangkan secara konsisten agar tidak hanya mempertahankan stabilitas, tetapi juga meningkatkan kepercayaan pasar.

Upaya BI juga mencakup pengelolaan ekspektasi pelaku pasar melalui komunikasi yang transparan dan responsif. Termasuk dalam hal ini, penyampaian kebijakan secara berkala dan terbuka kepada publik untuk memastikan bahwa pasar memahami arah kebijakan BI.

Ke depan, keberhasilan BI dalam menjaga nilai tukar rupiah akan sangat bergantung pada keberlanjutan koordinasi kebijakan lintas sektor, terutama dengan otoritas fiskal, serta respons cepat terhadap perkembangan pasar global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index