JAKARTA - Ketahanan pangan nasional tidak hanya bergantung pada teknologi pertanian atau ketersediaan lahan, tetapi juga pada kekuatan kolaborasi di tingkat akar rumput. Hal inilah yang tercermin dari kegiatan Babinsa Koramil 0827/15 Batuputih, Serma Sumarwi, yang secara aktif membantu para petani dalam merawat tanaman jagung di Desa Larangan, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep.
Langkah yang dilakukan Serma Sumarwi bukan semata kegiatan rutin militer, melainkan representasi konkret dari komitmen Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam mendukung program swasembada pangan. Dalam suasana yang penuh kebersamaan, ia terjun langsung ke lahan pertanian, membersihkan gulma dan memantau kondisi tanaman jagung yang sedang dalam fase pertumbuhan.
Sebagai bagian dari tugas Bintara Pembina Desa (Babinsa), keterlibatan Serma Sumarwi juga mencerminkan wajah humanis TNI di tengah masyarakat. Ia tidak hanya berperan sebagai pengayom keamanan, tetapi juga sebagai mitra bagi para petani yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan di daerah.
- Baca Juga Potensi Energi Migas Ambalat Digarap PHE
“Sebagai Babinsa, sudah menjadi tugas kami untuk hadir di tengah-tengah masyarakat, termasuk membantu petani agar hasil panennya maksimal. Ini juga bagian dari kontribusi TNI dalam mendukung ketahanan pangan nasional,” ujar Serma Sumarwi di sela-sela aktivitasnya.
Pendekatan seperti ini memberi nilai tambah yang signifikan bagi masyarakat desa. Di satu sisi, mereka merasa lebih diperhatikan dan didukung dalam aktivitas pertaniannya. Di sisi lain, kehadiran Babinsa menumbuhkan rasa aman, semangat, dan optimisme, terutama ketika menghadapi tantangan seperti cuaca ekstrem, serangan hama, atau keterbatasan tenaga kerja.
Petani di Desa Larangan pun mengungkapkan rasa terima kasih atas keterlibatan Babinsa dalam kegiatan perawatan tanaman. Bagi mereka, bantuan yang diberikan tidak hanya berupa tenaga, tetapi juga motivasi moral yang sangat berharga. Sosok Babinsa yang mau turun langsung ke sawah menjadi penyemangat bagi petani untuk terus menggarap lahan secara optimal.
Kehadiran Serma Sumarwi dalam kegiatan pertanian ini juga merupakan bagian dari strategi TNI untuk memperkuat ketahanan wilayah melalui pendekatan kesejahteraan. TNI menyadari bahwa ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional. Oleh karena itu, dukungan terhadap sektor pertanian, khususnya di wilayah pedesaan, menjadi prioritas penting dalam tugas kewilayahan.
Selain itu, keterlibatan Babinsa dalam kegiatan pertanian seperti ini memperkuat komunikasi sosial antara aparat dan masyarakat. Melalui interaksi yang intens, terjalin hubungan yang harmonis, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan warga terhadap institusi negara.
Kegiatan semacam ini telah menjadi pola pendekatan yang konsisten diterapkan oleh Koramil dan Kodim di seluruh Indonesia. TNI tidak hanya terlibat dalam urusan pertahanan dan keamanan, tetapi juga berkontribusi nyata dalam pembangunan, termasuk sektor pangan, pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan.
Melalui kolaborasi seperti ini, tujuan pembangunan berkelanjutan di sektor pertanian dapat lebih mudah tercapai. Ketika TNI hadir bukan hanya dalam seragam dan apel, tetapi dalam keringat di ladang dan tawa bersama petani, maka nilai pengabdian benar-benar terasa.
Di Desa Larangan sendiri, tanaman jagung merupakan salah satu komoditas andalan yang menopang ekonomi lokal. Dengan pendampingan yang diberikan oleh Babinsa, diharapkan hasil panen akan lebih baik, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Ini tentu berdampak positif terhadap pendapatan petani, sekaligus meningkatkan daya tahan ekonomi masyarakat desa.
Tidak hanya itu, kegiatan pendampingan ini juga menjadi ajang transfer pengetahuan. Babinsa yang dilatih untuk memahami dasar-dasar pertanian modern dapat menjadi jembatan antara teknologi pertanian dan praktik lapangan yang dilakukan oleh petani lokal. Dalam jangka panjang, pendekatan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian secara berkelanjutan.
Kontribusi seperti yang dilakukan Serma Sumarwi juga menjadi bukti bahwa TNI terus menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. Di tengah tuntutan modernisasi dan dinamika sosial yang berubah cepat, peran TNI sebagai penjaga kedaulatan tidak hanya dilakukan di garis depan, tetapi juga di ladang jagung, di perkampungan, dan di tengah masyarakat yang mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama.
Dengan sinergi yang semakin erat antara TNI dan petani, seperti yang terjadi di Batuputih, harapan untuk membangun ketahanan pangan nasional yang kokoh semakin nyata. Dukungan dari aparat kewilayahan seperti Babinsa adalah bentuk nyata bahwa pertahanan negara bukan hanya tugas senjata, melainkan juga aksi sosial dan kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat.
Melalui kegiatan yang sederhana, namun sarat makna ini, tercermin harapan baru bahwa sektor pertanian bisa bangkit, petani bisa sejahtera, dan Indonesia semakin kuat dari akar rumput.