JAKARTA - Menjelang awal bulan, perhatian publik kembali tertuju pada pergerakan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Kabar mengenai penyesuaian harga BBM di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) seperti Pertamina, Shell, BP, dan Vivo sudah menjadi rutinitas yang ditunggu-tunggu, terutama di tengah fluktuasi harga energi global dan kondisi ekonomi nasional yang masih dinamis.
Setiap tanggal 1, SPBU-SPBU besar di Indonesia mengumumkan penyesuaian harga BBM mereka. Meski hingga kini belum dapat dipastikan apakah harga akan naik atau turun, tren pada bulan sebelumnya menunjukkan kenaikan secara serentak di seluruh merek SPBU.
Berdasarkan data yang tersedia melalui laman resmi MyPertamina, pada penyesuaian sebelumnya, harga BBM nonsubsidi dari Pertamina mengalami kenaikan di hampir semua jenis. Misalnya, Pertamax (RON 92) mengalami kenaikan dari Rp12.100 menjadi Rp12.500 per liter. Kenaikan ini juga terjadi pada Pertamax Green (RON 95) yang naik dari Rp12.800 menjadi Rp13.250 per liter. Untuk Pertamax Turbo (RON 98), harga melonjak dari Rp13.050 menjadi Rp13.500 per liter.
- Baca Juga Update Harga BBM per 31 Juli 2025
Tidak hanya BBM jenis bensin, bahan bakar diesel juga mengalami penyesuaian harga. Dexlite (CN 51) yang sebelumnya dijual Rp12.740 per liter, kini dijual seharga Rp13.650. Sementara itu, harga Pertamina Dex (CN 53) naik tipis dari Rp13.200 menjadi Rp13.320 per liter.
Meskipun harga BBM nonsubsidi naik, jenis BBM subsidi seperti Pertalite (RON 90) dan solar subsidi masih tetap pada harga yang sama, yakni masing-masing Rp10.000 dan Rp6.800 per liter. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat, terutama untuk kalangan pengguna kendaraan roda dua dan angkutan umum yang masih sangat bergantung pada BBM subsidi.
Tren kenaikan harga juga terjadi di SPBU swasta lainnya seperti Shell. Harga Shell Super tercatat naik dari Rp12.370 menjadi Rp12.810 per liter. Shell V-Power, yang merupakan varian unggulan dengan angka oktan tinggi, kini dijual Rp13.300, naik dari sebelumnya Rp12.840 per liter. Produk diesel mereka, Shell V-Power Diesel, mengalami kenaikan dari Rp13.250 menjadi Rp13.830, dan Shell V-Power Nitro+ kini dijual Rp13.540 per liter, dari sebelumnya Rp13.070.
Langkah penyesuaian serupa diambil oleh SPBU BP. Produk BBM BP Ultimate, yang menyasar segmen premium, kini dibanderol Rp13.300 per liter. Sebelumnya, harga ini berada di angka Rp12.840. Sementara itu, BP 92 dijual seharga Rp12.600 per liter, naik dari Rp12.370. Untuk varian diesel, BP Ultimate Diesel kini mencapai Rp13.800 per liter, meningkat dari Rp13.250.
SPBU Vivo pun mengikuti jejak yang sama. Harga Revvo 90 meningkat dari Rp12.260 menjadi Rp12.730 per liter. Revvo 92 kini dijual Rp12.810, naik dari Rp12.340, dan Revvo 95 kini berada pada angka Rp13.300 per liter, naik dari Rp12.810. Diesel Primus Plus, varian solar andalan mereka, juga melonjak dari Rp13.210 menjadi Rp13.800 per liter.
Kenaikan harga BBM yang terjadi secara kompak ini memperlihatkan adanya pola penyesuaian serupa yang diterapkan oleh para pelaku industri migas ritel di Indonesia. Penyesuaian ini umumnya didasarkan pada rata-rata harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta berbagai faktor biaya distribusi dan produksi lainnya.
Namun, di tengah tren kenaikan di Indonesia, harga BBM di beberapa negara tetangga justru menunjukkan arah sebaliknya. Misalnya, di Malaysia, harga BBM saat ini dilaporkan lebih murah dibanding Indonesia. Sebuah varian bensin setara Pertalite dijual sekitar Rp7.680 per liter di negara jiran tersebut. Hal ini mencerminkan perbedaan pendekatan dalam kebijakan subsidi energi dan strategi fiskal antara kedua negara.
Pemerintah Indonesia sendiri masih mempertahankan skema subsidi dan kompensasi bagi beberapa jenis BBM, terutama untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dinamika global akan terus memengaruhi harga BBM di dalam negeri. Ketika harga minyak dunia melonjak karena konflik geopolitik, gangguan pasokan, atau peningkatan permintaan global, maka hal itu akan berimbas pada harga BBM domestik, terutama yang tidak disubsidi.
Dengan momentum pengumuman harga yang akan dilakukan pada 1 Agustus, masyarakat diimbau untuk terus mengikuti perkembangan resmi dari masing-masing SPBU dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi. Konsumen juga dapat mengakses informasi harga terbaru melalui situs resmi atau aplikasi masing-masing penyedia BBM, seperti MyPertamina, Shell Indonesia, BP-AKR, maupun Vivo Energy.
Sebagai referensi, berikut rangkuman harga BBM terbaru per SPBU pada penyesuaian terakhir:
Pertamina:
Pertalite (RON 90): Rp10.000/liter
Solar Subsidi: Rp6.800/liter
Pertamax (RON 92): Rp12.500/liter
Pertamax Green (RON 95): Rp13.250/liter
Pertamax Turbo (RON 98): Rp13.500/liter
Dexlite (CN 51): Rp13.650/liter
Pertamina Dex (CN 53): Rp13.320/liter
Shell:
Shell Super: Rp12.810/liter
Shell V-Power: Rp13.300/liter
Shell V-Power Diesel: Rp13.830/liter
Shell V-Power Nitro+: Rp13.540/liter
BP:
BP Ultimate: Rp13.300/liter
BP 92: Rp12.600/liter
BP Ultimate Diesel: Rp13.800/liter
Vivo:
Revvo 90: Rp12.730/liter
Revvo 92: Rp12.810/liter
Revvo 95: Rp13.300/liter
Diesel Primus Plus: Rp13.800/liter
Dalam menghadapi dinamika harga ini, konsumen disarankan untuk lebih cermat dalam memilih BBM sesuai kebutuhan kendaraan dan kondisi keuangan masing-masing. Meski BBM subsidi tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, bagi pemilik kendaraan yang menuntut performa tinggi, varian BBM RON tinggi tetap menjadi andalan.