Gas

Produksi Gas Nasional Lampaui Target 2025

Produksi Gas Nasional Lampaui Target 2025
Produksi Gas Nasional Lampaui Target 2025

JAKARTA - Kinerja sektor hulu migas Indonesia mencatat capaian positif di paruh pertama tahun 2025. Produksi gas nasional tidak hanya stabil, tetapi juga melebihi target yang telah ditetapkan pemerintah untuk tahun ini. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat bahwa hingga akhir Juni 2025, volume produksi gas mencapai 6.820 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Angka ini mewakili 121,1 persen dari target tahunan sebesar 5.628 MMSCFD.

“Gas kalau untuk produksi di bulan Juni 2024 itu 6.633 MMSCFD. Jadi targetnya di tahun ini memang menurun karena memang tiap tahun kita turun terus. Tetapi alhamdulillah realisasinya kita sudah 6.820, jadi sudah 121,1%," ujar Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto.

Capaian ini memperlihatkan bahwa industri hulu migas Indonesia tetap produktif dan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada, meski dengan target yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan target tahunan sendiri, menurut Djoko, menjadi tren yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Produksi Migas Juga Lampaui Target

Tidak hanya produksi gas, total produksi migas Indonesia (gabungan antara minyak dan gas) juga menunjukkan performa yang positif. Hingga Juni 2025, total produksi migas mencapai 1,797 juta barrel oil equivalent per day (MBOEPD). Jika dibandingkan dengan target tahunan sebesar 1,610 juta BOEPD, realisasi ini setara dengan 111,6 persen dari target.

Angka tersebut memperkuat posisi sektor migas sebagai salah satu penyokong energi nasional, sekaligus menunjukkan efektivitas operasional di sektor hulu dalam enam bulan pertama tahun ini.

Meski produksi berhasil melampaui target, SKK Migas mengungkapkan bahwa tidak seluruh gas yang diproduksi dapat disalurkan ke konsumen akhir. Hingga akhir Juni 2025, volume gas yang tersalur baru mencapai 5.483 MMSCFD, atau 97,4 persen dari target tahunan sebesar 5.628 MMSCFD.

“Realisasinya ini baru 97,4% atau 5.483 itu dibandingkan produksinya, memang salur gas ini kecil atau lebih rendah mohon maaf dari produksinya,” jelas Djoko. Ia menambahkan, kondisi ini terjadi karena sebagian gas digunakan untuk kebutuhan internal (on use) serta ada yang dibakar melalui sistem flare.

Fenomena gas yang dibakar ini bukan hal baru dalam industri migas. Proses pembakaran gas atau flaring terjadi ketika volume produksi lebih tinggi dari kapasitas penyerapan pasar atau ketika infrastruktur penyaluran belum siap. Namun demikian, SKK Migas menyatakan bahwa pemanfaatan gas akan terus ditingkatkan ke depan agar lebih efisien dan tidak terbuang sia-sia.

Proyeksi Akhir Tahun

Melihat tren yang terjadi di semester pertama, SKK Migas juga memberikan proyeksi (outlook) untuk kinerja produksi gas hingga akhir tahun. Djoko menyebut bahwa hingga Desember 2025, outlook produksi gas nasional diperkirakan akan mencapai 6.910 MMSCFD, atau sekitar 122,7 persen dari target tahunan yang ditetapkan.

Proyeksi ini memberikan sinyal positif bahwa kinerja sektor hulu migas Indonesia masih memiliki ruang untuk tumbuh dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap kebutuhan energi nasional, serta mendukung penerimaan negara melalui pendapatan dari sektor migas.

Sebelumnya, SKK Migas juga menyebutkan bahwa beberapa wilayah, termasuk Jawa Timur, mengalami surplus pasokan gas yang cukup signifikan. Hal ini membuka peluang optimalisasi distribusi dan pengembangan infrastruktur gas di wilayah lain yang masih kekurangan.

Optimisme dan Tantangan

Capaian produksi yang melampaui target tentu menjadi catatan positif bagi kinerja sektor energi nasional. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal pemanfaatan dan penyerapan gas di dalam negeri. Pembangunan jaringan pipa, ketersediaan infrastruktur LNG, serta permintaan industri menjadi kunci untuk menyesuaikan tingkat produksi dengan kebutuhan konsumsi domestik.

Dalam beberapa tahun terakhir, SKK Migas memang terus mendorong efisiensi di sektor hulu, termasuk melalui digitalisasi pengawasan, efisiensi biaya operasional, serta percepatan proses perizinan dan pengembangan lapangan baru. Upaya tersebut menunjukkan hasil yang konkret di tengah dinamika harga energi global dan kebutuhan akan transisi energi berkelanjutan.

Dengan mempertahankan produksi yang stabil dan mengarahkan pemanfaatan gas secara lebih optimal, Indonesia dapat menjaga ketahanan energi nasional sekaligus memperkuat posisi di pasar energi internasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index