JAKARTA - Memasak dengan minyak goreng adalah rutinitas harian bagi banyak keluarga di Indonesia. Namun, kebiasaan menggunakan minyak yang sudah dipakai berulang kali alias minyak jelantah, masih sering dianggap lumrah dan tidak berbahaya. Padahal, di balik kebiasaan tersebut tersembunyi ancaman serius bagi kesehatan tubuh.
Meski terlihat praktis dan hemat, penggunaan minyak goreng berulang sebenarnya bisa menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang. Kandungan dalam minyak bekas berubah secara kimiawi setiap kali dipanaskan, sehingga menghasilkan senyawa-senyawa beracun yang bisa merusak sel tubuh.
Perubahan Kimia yang Terjadi Saat Minyak Daur Ulang Digunakan
- Baca Juga Warna Baru iPhone 17 Makin Beragam
Minyak goreng yang digunakan berulang kali akan mengalami oksidasi dan degradasi. Proses ini memunculkan berbagai senyawa berbahaya seperti aldehida, radikal bebas, hingga akrilamida, yang diketahui bersifat toksik dan berpotensi karsinogenik.
Sebuah penelitian dari Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menjelaskan bahwa proses pemanasan berulang akan menurunkan kualitas lemak dalam minyak dan meningkatkan kadar oksidasi lemak. Hasilnya, tubuh dapat terpapar senyawa yang bersifat karsinogenik atau pemicu kanker jika minyak bekas ini terus dikonsumsi.
Penelitian tersebut juga menegaskan bahwa penggunaan minyak lebih dari dua kali sudah tergolong berbahaya. Selain berkurangnya kualitas lemak, senyawa kimia yang terbentuk bisa mengganggu fungsi metabolisme tubuh secara keseluruhan.
Rekomendasi Lembaga Kesehatan Dunia
Peringatan serupa juga disampaikan oleh World Health Organization (WHO). Lembaga kesehatan global ini menyebut bahwa akumulasi senyawa toksik dalam minyak bekas pakai sangat berisiko terhadap kesehatan jantung, pembuluh darah, dan tekanan darah.
Senyawa berbahaya tersebut bisa menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan dalam tubuh, serta mengganggu sistem organ vital seperti hati dan ginjal. WHO mengingatkan agar penggunaan minyak goreng dilakukan secara bijak dan tidak lebih dari dua kali pemakaian untuk menghindari efek kesehatan yang tidak diinginkan.
Dampak Langsung pada Kesehatan Tubuh
Berikut adalah sejumlah dampak langsung yang dapat dirasakan tubuh apabila seseorang rutin mengonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak bekas:
Meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh
Menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) yang dibutuhkan tubuh
Memicu inflamasi atau peradangan pada jaringan tubuh
Mengganggu sistem pencernaan, termasuk fungsi lambung dan usus
Meningkatkan risiko kerusakan pada organ hati dan ginjal karena paparan zat toksik
Efek-efek tersebut tidak selalu muncul secara langsung, namun akan berdampak serius jika terjadi dalam jangka panjang. Kebiasaan ini sangat berisiko terutama bagi orang dengan riwayat penyakit jantung, hipertensi, atau gangguan metabolik.
Tanda-Tanda Minyak Goreng Tidak Lagi Aman Dipakai
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI turut menyoroti persoalan ini. Menurut BPOM, minyak goreng sebaiknya tidak digunakan lebih dari dua kali. Minyak yang sudah terlalu lama digunakan akan menunjukkan ciri-ciri fisik yang mudah dikenali:
Warna berubah menjadi keruh atau menghitam
Mengeluarkan aroma tengik
Timbul busa saat dipanaskan
Mengandung sisa makanan gosong
Jika minyak menunjukkan salah satu atau beberapa dari tanda di atas, artinya minyak tersebut sudah tidak layak digunakan dan justru bisa membahayakan kesehatan.
Perlu Edukasi Lebih Luas Soal Keamanan Minyak Goreng
Kesadaran masyarakat mengenai bahaya minyak jelantah memang masih perlu ditingkatkan. Banyak keluarga memilih menggunakan minyak bekas sebagai bentuk penghematan, tanpa menyadari risiko kesehatan jangka panjang yang mengintai.
Penting bagi semua pihak, termasuk pelaku industri makanan dan UMKM, untuk memahami standar keamanan dalam penggunaan minyak goreng. Makanan yang digoreng memang menjadi favorit banyak orang, namun harus diolah dengan cara yang tepat dan sehat agar tidak berdampak buruk bagi tubuh.
Langkah preventif seperti menggunakan minyak sekali pakai, memilih teknik memasak lain seperti merebus atau mengukus, serta menyaring sisa makanan dari minyak sebelum dipakai ulang dapat menjadi upaya untuk meminimalisir paparan racun.