JAKARTA - Kecantikan bukan sekadar penampilan fisik di banyak komunitas, khususnya di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Bagi perempuan Mesir, Somalia, Lebanon, dan negara-negara lain di kawasan tersebut, ritual kecantikan bukan hanya rutinitas harian, tetapi juga sarana mempertahankan budaya, mempererat ikatan keluarga, hingga mengekspresikan cinta.
Di komunitas perempuan MENA, waktu yang dihabiskan untuk berdandan seringkali lebih dari sekadar bersiap-siap. Kegiatan seperti menyeruput teh sambil menata rambut dan berbagi tips riasan telah menjadi momen sosial yang mendalam. Leyla Greiss, seorang model asal Mesir, menyebut ritual ini sebagai bentuk kebersamaan yang paling jujur dan intim. Ia mengungkapkan bahwa proses berdandan bersama bukan sekadar mempercantik diri, tetapi juga membangun relasi emosional yang hangat dan dalam.
Ritual ini bukanlah hal baru, melainkan bagian dari tradisi panjang yang diwariskan lintas generasi. Di dalamnya terkandung pelajaran, nilai budaya, dan cinta yang dibagikan dari ibu kepada anak perempuannya, dari nenek ke cucunya, dan seterusnya. Ini menjadi bukti bahwa kecantikan adalah perpanjangan dari budaya, sebagaimana diungkapkan Donna Bahdon, seorang model asal Djibouti. Menurutnya, setiap budaya memiliki cara khas dalam memaknai dan merayakan keindahan.
- Baca Juga Manfaat Madu untuk Kecantikan Kulit
Dalam pandangan Bahdon, kisah rakyat, nilai-nilai spiritual, dan kebiasaan harian membentuk identitas kecantikan masing-masing komunitas. Meski dunia barat seringkali mengadaptasi gaya khas Timur Tengah seperti "Arabian Nights" atau "Desert Makeup", representasi tersebut kerap hanya menyentuh permukaan. Padahal, di balik gaya yang ditampilkan, terdapat makna historis dan nilai budaya yang kaya.
Kecantikan, khususnya tata rias, telah menjadi bagian dari sejarah yang panjang. Riasan bukan hanya untuk menambah daya tarik, tetapi juga sarana memperingati dan menghormati warisan leluhur. Dalam berbagai kesempatan, termasuk pesta atau acara keluarga, ritual kecantikan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan itu sendiri. Bahkan kenangan menonton video lama bintang pop Arab favorit pun menjadi momen kebersamaan yang kuat melalui tampilan dan gaya mereka yang khas.
Namun, sebelum melangkah ke dunia tata rias, perawatan kulit selalu menjadi langkah penting dalam ritual kecantikan perempuan MENA. Setiap bahan yang digunakan tak hanya dipilih karena manfaatnya, tetapi juga karena nilai sentimental dan sejarahnya. Bahdon, misalnya, menjadikan perawatan kulit sebagai fondasi utama. Salah satu rahasia kecantikan yang dia warisi adalah penggunaan bubuk Qasil, bahan tradisional dari Somalia yang sudah digunakan ratusan tahun untuk eksfoliasi dan pembersihan kulit. Warisan ini ia dapat dari ibunya, yang juga mempelajarinya dari sang nenek.
Perjalanan dan perpindahan tempat bukan halangan untuk tetap menjaga rutinitas ini. Air mawar, yang diyakini berasal dari Persia, menjadi solusi kecantikan universal yang tetap dipakai saat bepergian. Air ini telah digunakan selama berabad-abad untuk perawatan kulit dan rambut, dan kini menjadi bagian dari rutinitas praktis yang tetap menjaga koneksi dengan akar budaya.
Aktris ternama Salma Hayek, yang memiliki darah Lebanon, sempat viral karena mengaku hanya menggunakan air mawar di pagi hari tanpa mencuci muka. Ini menjadi contoh bagaimana bahan tradisional tetap relevan dalam dunia kecantikan modern. Penata rias selebritas Aya Tariq pun menyarankan untuk menyimpan air mawar di kulkas agar lebih segar saat digunakan di musim panas, bahkan menambahkan gliserin untuk efek lembap yang lebih baik.
Tidak hanya kulit, rambut juga mendapat perhatian khusus dalam ritual kecantikan perempuan MENA. Minyak zaitun, yang lazim digunakan di wilayah Mediterania, menjadi bahan favorit untuk melembapkan dan merawat rambut. Penyanyi Nour Ardakani dari Lebanon menceritakan bahwa ibunya selalu mengoleskan minyak zaitun ke rambutnya setiap musim panas sebelum mereka pergi ke kolam renang. Lebih dari sekadar perawatan, ini adalah bentuk kasih sayang dan tradisi yang menghubungkan generasi.
Kesadaran akan pentingnya warisan keluarga dalam kecantikan juga ditunjukkan oleh Negar Mirsalehi, kepala peternak lebah Gisou. Ia tumbuh dalam keluarga peternak lebah selama lebih dari dua abad. Dari tradisi itu, ibunya, seorang penata rambut, memanfaatkan madu keluarga untuk membuat produk perawatan rambut. Kini, adik perempuannya, Negin, melanjutkan warisan itu melalui lini produk Gisou, menggabungkan akar budaya dan kecintaan pada kecantikan dalam satu kesatuan.
Kisah-kisah ini menegaskan bahwa kecantikan tidak hanya terletak pada hasil akhirnya, tapi juga pada proses, makna, dan hubungan yang tercipta di baliknya. Perempuan dari komunitas MENA tidak hanya merawat kulit atau rambut mereka, tetapi juga merawat hubungan, tradisi, dan identitas.
Ritual kecantikan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara generasi ke generasi. Di balik tiap tetes air mawar, bubuk Qasil, atau olesan minyak zaitun, tersimpan sejarah panjang cinta, kebanggaan, dan koneksi keluarga yang tak tergantikan.