JAKARTA - Pergerakan harga batu bara kembali mencuri perhatian pelaku pasar energi dunia. Komoditas energi yang dikenal sebagai “si batu hitam” ini mengalami tren kenaikan di pekan kedua Juli 2025. Kenaikan harga batu bara ini ditopang oleh meningkatnya kebutuhan listrik selama musim panas yang melanda sejumlah wilayah Asia, khususnya di China.
Pada penutupan perdagangan, harga batu bara yang diperdagangkan di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan terdekat tercatat sebesar US$ 112 per ton. Angka tersebut mengalami kenaikan 0,9% dibandingkan penutupan sebelumnya, dan menjadi yang tertinggi sejak 2 Juli 2025 atau hampir dalam dua pekan terakhir.
Sepanjang pekan lalu, harga batu bara mencatat penguatan sebesar 1,86% secara mingguan (point-to-point). Jika ditarik lebih panjang dalam periode sebulan, komoditas ini telah naik lebih dari 7%. Ini menjadi indikasi kuat bahwa musim panas terus mendorong kebutuhan listrik yang membuat harga batu bara tetap kokoh.
Kebutuhan AC Dongkrak Konsumsi Listrik
Tren cuaca panas ekstrem yang melanda wilayah Asia, khususnya China, turut memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan permintaan batu bara. Mengutip laporan Bloomberg News, suhu udara di Beijing sempat menyentuh hampir 40 derajat Celsius. Kondisi ini mendorong lonjakan penggunaan pendingin ruangan (AC) di kalangan masyarakat.
Semakin meningkatnya kebutuhan penggunaan AC secara otomatis mendongkrak permintaan listrik. Kondisi ini menguntungkan bagi komoditas energi seperti batu bara yang masih menjadi sumber pembangkitan listrik utama di sejumlah negara.
Peran Sentral Batu Bara dalam Listrik China
Berdasarkan catatan International Energy Agency (IEA), batu bara memiliki kontribusi yang sangat dominan terhadap pembangkitan listrik, khususnya di Tiongkok. Pada 2023, batu bara menyumbang sekitar 61,3% terhadap total pembangkitan listrik di China. Dengan porsi yang sangat besar tersebut, pergerakan konsumsi batu bara di negara tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tren harga global.
Harga Menguat dalam Dua Pekan
Kenaikan harga batu bara dalam dua pekan terakhir tidak hanya dipicu oleh sentimen cuaca panas, tetapi juga karena faktor teknikal pasar. Pada perdagangan Jumat lalu, tren penguatan berlanjut menyusul kenaikan lebih dari 2% yang terjadi di hari-hari sebelumnya. Dengan tren positif ini, harga batu bara bertahan dalam zona hijau sejak awal Juli.
Sentimen Teknis Mengindikasikan Ruang Penguatan Terbatas
Meskipun harga batu bara bergerak positif, sinyal teknikal mulai menunjukkan adanya potensi pergerakan harga yang lebih terbatas pada pekan ini. Dari sisi indikator teknikal mingguan (weekly time frame), batu bara saat ini masih berada dalam zona bullish dengan nilai Relative Strength Index (RSI) sebesar 53.
Biasanya, nilai RSI di atas 50 menjadi indikasi sebuah aset sedang berada dalam tren penguatan. Namun, karena angka RSI batu bara belum terlalu jauh dari angka 50, pergerakan ini disebut masih berada dalam area netral dengan kecenderungan bullish ringan.
Waspadai Tekanan Koreksi Jangka Pendek
Sementara indikator RSI cenderung netral, indikator lainnya yakni Stochastic RSI menunjukkan sinyal kehati-hatian bagi pelaku pasar. Angka Stochastic RSI sudah menyentuh 97, yang artinya berada dalam kategori jenuh beli (overbought) karena telah melewati ambang batas 80. Ketika sebuah aset berada dalam kondisi overbought, ada potensi terjadinya koreksi harga dalam waktu dekat.
Level-Level Penting Harga Batu Bara
Analis teknikal merekomendasikan para pelaku pasar untuk mencermati level-level harga penting sebagai acuan pergerakan batu bara dalam waktu dekat. Pivot point berada di kisaran US$ 110 per ton. Apabila harga menembus level ini, potensi penurunan dapat berlanjut menuju area support pertama di US$ 108 per ton, yang merupakan level Moving Average (MA) 5.
Apabila tekanan jual berlanjut, harga dapat menguji support berikutnya di US$ 104 per ton, area MA-10. Target koreksi paling rendah ada di US$ 101 per ton.
Namun, apabila penguatan tetap terjaga, maka target resistance terdekat adalah US$ 115 per ton. Jika harga mampu menembus resistance ini, peluang untuk menguji area resistance lebih tinggi di kisaran US$ 118 hingga US$ 120 per ton semakin terbuka. Untuk skenario optimistis, target tertinggi yang dapat diantisipasi ada di US$ 128 per ton.
Faktor Lain yang Masih Membayangi Pasar
Selain faktor cuaca, pasar batu bara global juga terus memantau dinamika kebijakan energi di China dan negara-negara konsumen besar lainnya. Meski ada dorongan transisi energi, peran batu bara sebagai sumber listrik tetap signifikan, terutama saat musim panas ketika konsumsi energi melonjak tajam.
Harga batu bara kembali menunjukkan kekuatan setelah sempat stagnan di bulan sebelumnya. Sentimen musim panas serta kebutuhan listrik yang meningkat mendorong harga mendekati level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Meskipun secara teknikal terdapat indikasi jenuh beli, tren secara umum masih menunjukkan potensi penguatan. Namun, pelaku pasar tetap perlu mengantisipasi kemungkinan koreksi jangka pendek, khususnya jika tren permintaan mengalami penyesuaian dalam beberapa pekan mendatang.