AI

Pusat AI Nasional Diresmikan

Pusat AI Nasional Diresmikan
Pusat AI Nasional Diresmikan

JAKARTA - Upaya Indonesia untuk memperkuat transformasi digital nasional kini ditandai dengan langkah ambisius: pendirian Artificial Intelligence Center of Excellence (AI CoE) yang berpusat di Jakarta. Pusat unggulan ini bukan hanya simbol dari kemajuan teknologi, tetapi menjadi pilar penting dalam mewujudkan visi besar Indonesia sebagai negara maju berbasis digital menuju 2045.

Pemerintah tidak sekadar menggagas, tetapi telah mengambil langkah konkret melalui kolaborasi strategis lintas sektor. Dengan keterlibatan langsung dari kementerian, sektor swasta global, dan industri nasional, AI CoE hadir sebagai sarana untuk menjembatani peta jalan pengembangan kecerdasan buatan ke dalam kebijakan dan aksi nyata.

Menurut Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, kehadiran AI CoE bukanlah proyek simbolis yang sekadar menghiasi peta digitalisasi Indonesia. Sebaliknya, ia menjelaskan bahwa pusat ini akan menjadi mesin implementasi yang menghidupkan berbagai rencana pengembangan AI secara operasional.

“Indonesia AI Center of Excellence bukanlah inisiatif yang terisolasi. Pusat ini dapat berfungsi sebagai lengan implementasi, mesin yang akan secara langsung menerjemahkan peta jalan AI nasional menjadi program-program yang nyata dan dapat ditindaklanjuti,” tegas Nezar.

AI CoE akan fokus pada lima pilar penting dalam membangun ekosistem kecerdasan buatan Indonesia, yakni: etika penggunaan AI, penguatan infrastruktur dan tata kelola data, pengembangan talenta nasional, mobilisasi investasi, serta riset dan inovasi.

Dari sisi etika, AI CoE akan memainkan peran penting dalam menciptakan sistem audit etika nasional. Langkah ini bertujuan memastikan setiap adopsi dan implementasi AI berjalan secara inklusif, adil, dan transparan, sehingga tidak meninggalkan kelompok rentan dalam proses transformasi.

Pada sektor infrastruktur dan data, AI CoE dirancang untuk memperkuat penyeragaman teknologi, keamanan siber, serta membangun sistem tata kelola data nasional yang saling terhubung antar sektor. Interoperabilitas akan menjadi fondasi penting dalam membangun efisiensi lintas lembaga.

Selain itu, pengembangan sumber daya manusia menjadi perhatian utama. Dalam pandangan Nezar, talenta adalah aset utama bangsa dalam menghadapi tantangan teknologi masa depan. Untuk itu, AI CoE akan menjadi katalis penyediaan program pelatihan keterampilan digital, reformasi kurikulum pendidikan teknologi, peningkatan literasi publik, hingga program sertifikasi nasional untuk AI.

“Kita ingin memberdayakan jutaan orang dengan keterampilan digital yang dibutuhkan untuk masa depan,” ungkap Nezar.

Tak berhenti pada pelatihan dan pendidikan, AI CoE juga diarahkan menjadi titik temu strategis bagi investor teknologi. Pusat ini akan menjadi penghubung dalam mengarahkan pendanaan ke proyek-proyek prioritas nasional di sektor kecerdasan buatan, membentuk ekosistem digital yang kuat dan mandiri.

Dalam bidang riset dan pengembangan, AI CoE menjadi laboratorium penerapan teknologi berbasis kebutuhan lokal. Melalui pendekatan riset terapan dan inovasi terbuka, pemerintah ingin memaksimalkan potensi anak bangsa dan mempercepat adopsi teknologi di berbagai lini kehidupan masyarakat.

Inisiatif ini didorong dengan dukungan dari perusahaan teknologi global seperti NVIDIA dan Cisco. NVIDIA menyumbangkan teknologi komputasi kelas tinggi dengan GPU Blackwell serta software enterprise AI, sementara Cisco menghadirkan sistem keamanan Sovereign SOC Cloud untuk memperkuat sisi keamanan data.

Tak ketinggalan, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) berperan sebagai penyedia jaringan dan akses digital, memperkuat infrastruktur konektivitas pusat AI nasional ini.

Menariknya, AI CoE tak hanya dipusatkan di Jakarta. Pemerintah juga telah menginisiasi pembangunan pusat AI di Papua. Langkah ini bertujuan memperkecil kesenjangan digital dan membuka akses teknologi canggih hingga ke Indonesia Timur. Proyek ini sekaligus menciptakan peluang besar bagi pengembangan talenta AI lokal di wilayah yang selama ini kurang terjangkau infrastruktur teknologi.

“Dengan kolaborasi ini, kita dapat mendidik dan melatih talenta AI di Indonesia yang jumlahnya sekitar 2 juta. Ini merupakan kesempatan yang cukup bagus untuk dimanfaatkan,” ujar Nezar.

Di sisi lain, pembangunan hyperscaler data center di Batam menjadi pelengkap langkah strategis pemerintah. Batam dipilih karena telah memiliki ekosistem industri digital dan manufaktur elektronik yang matang, serta letaknya yang strategis untuk ekspor-impor teknologi.

Secara keseluruhan, kehadiran pusat-pusat AI di berbagai wilayah Indonesia bukan sekadar upaya penyebaran infrastruktur, tetapi menjadi bagian dari strategi besar untuk memastikan inklusivitas. Pemerintah juga sadar, suksesnya transformasi digital tidak cukup dengan teknologi saja, tapi juga membutuhkan regulasi yang adaptif dan kolaborasi antar pemangku kepentingan baik dari pemerintah pusat, daerah, industri, akademisi, maupun masyarakat sipil.

Dengan AI CoE sebagai lokomotif, Indonesia kini bergerak lebih percaya diri sebagai produsen teknologi, bukan sekadar konsumen. Pusat ini diharapkan mampu mendorong ekonomi digital, membuka peluang kerja baru, memperkuat daya saing global, dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan teknologi masa depan di Asia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index