Petani

Panen Perdana, Harga Gabah Bikin Petani Senang

Panen Perdana, Harga Gabah Bikin Petani Senang
Panen Perdana, Harga Gabah Bikin Petani Senang

JAKARTA  — Panen perdana tahun ini membawa kabar gembira bagi para petani di Kabupaten Jombang. Berbeda dengan kekhawatiran musim-musim sebelumnya, kali ini harga gabah justru mengalami lonjakan yang cukup signifikan, memberikan harapan baru bagi pelaku usaha tani di wilayah tersebut.

Terutama di Desa Keras, Kecamatan Diwek, para petani menyambut musim panen dengan penuh optimisme. Mereka sumringah menyusul harga jual gabah yang menembus Rp 7.100 per kilogram, angka yang cukup tinggi dibandingkan periode panen sebelumnya.

Salah satu petani setempat, Mudiono, mengaku bahwa lonjakan harga tersebut membuat petani lebih semangat. Ia menjelaskan bahwa harga jual bervariasi tergantung pada metode panen yang digunakan.

“Harganya mulai Rp 7.000 per kg untuk panen manual, kalau pakai combine (alat pemanen gabungan) bisa Rp 7.100 per kg,” kata Mudiono.

Menurutnya, nilai ini jauh lebih baik dibandingkan musim panen sebelumnya, di mana harga gabah hanya berkisar Rp 6.000 per kilogram. Ia pun menyebutkan bahwa harga saat ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menaikkan harga pokok penjualan (HPP) gabah.

“Ini pengaruh HPP gabah yang menjadi Rp 6.500 per kg. Jadi wajar kalau harga pasar lebih tinggi dari itu,” jelasnya.

Naiknya HPP Jadi Angin Segar bagi Petani

Kebijakan pemerintah menaikkan HPP gabah di tahun 2025 menjadi Rp 6.500/kg ternyata berdampak langsung pada harga di tingkat petani. Bagi banyak petani, langkah ini dinilai sebagai upaya nyata dalam mendukung kesejahteraan mereka.

Dengan harga jual melebihi HPP, margin keuntungan petani pun bertambah. Hal ini tentu menjadi angin segar bagi petani yang selama ini kerap menghadapi fluktuasi harga gabah yang tidak menentu.

“Petani untung besar kalau harganya seperti ini,” ungkap Mudiono sambil tersenyum puas.

Ia menambahkan bahwa wilayahnya, Desa Keras, memang menjadi salah satu kawasan yang memulai panen lebih awal dibanding daerah lain di Kabupaten Jombang. Meski begitu, ia tetap waspada terhadap kemungkinan penurunan harga saat panen raya berlangsung dalam beberapa minggu ke depan.

“Tidak tahu nanti pas panen raya, harganya turun atau tidak. Tapi semoga saja tetap stabil,” ujarnya.

Harapan untuk Stabilitas Harga dari Pemerintah

Tak hanya Mudiono, petani lain bernama Bambang juga merasakan berkah dari panen perdana kali ini. Menurutnya, harga gabah yang mencapai Rp 7.000 per kilogram membuat hasil panen mereka layak secara ekonomi, bahkan memberikan ruang keuntungan yang lebih baik dibanding sebelumnya.

“Alhamdulillah sudah panen hari ini. Lumayan laku Rp 700 ribu per kuintal atau Rp 7.000 per kg,” kata Bambang.

Ia berharap pemerintah tidak berhenti hanya pada kenaikan HPP, tetapi juga turut menjaga stabilitas harga melalui kebijakan yang berpihak pada petani. Menurutnya, kestabilan harga gabah sangat penting agar para petani bisa terus bertahan dan memperoleh penghidupan yang layak.

“Kalau bisa, pemerintah membantu agar harga ini dipertahankan. Jangan sampai panen raya nanti malah turun tajam,” tambahnya.

Panen Dini dan Tantangan Musim Tanam

Desa Keras dikenal sebagai salah satu kawasan yang memiliki sistem pengairan yang cukup baik, sehingga seringkali lebih dulu memulai musim tanam dan panen. Dengan sistem irigasi yang mendukung, petani di wilayah ini bisa mempercepat masa tanam dibandingkan kecamatan lain di Jombang.

Namun, keberhasilan musim panen tidak lepas dari tantangan. Sebagian wilayah lain di Kabupaten Jombang justru masih menghadapi serangan hama, seperti yang terjadi di Kecamatan Bareng, di mana petani sempat mengeluhkan serangan hama wereng menjelang panen.

Oleh sebab itu, capaian petani Desa Keras patut diapresiasi, apalagi disertai harga jual gabah yang lebih baik.

Momentum Perbaikan Kesejahteraan Petani

Kondisi positif ini diharapkan bisa menjadi momentum untuk memperbaiki kesejahteraan petani di daerah, khususnya dalam aspek pendapatan dan keberlanjutan usaha tani. Sebab, petani selama ini sering berada dalam posisi rentan ketika harga gabah anjlok, padahal biaya produksi terus meningkat.

Peningkatan harga gabah juga dinilai mampu memacu semangat petani untuk terus berproduksi secara optimal, bahkan bisa menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk kembali melirik sektor pertanian sebagai sektor yang menjanjikan.

Selain itu, tingginya harga gabah membuka ruang bagi penguatan rantai pasok pangan, termasuk untuk menjaga stok beras nasional.

Harapan dari Musim ke Musim

Kabar baik dari Jombang ini diharapkan bisa berlanjut ke daerah lain di Jawa Timur dan wilayah Indonesia lainnya. Meski demikian, tantangan tetap ada. Petani masih memerlukan dukungan berupa subsidi pupuk, pengendalian hama, serta akses pasar yang lebih luas.

Langkah pemerintah dalam menetapkan HPP yang lebih tinggi menjadi awal yang menjanjikan. Namun ke depan, kebijakan itu perlu diikuti dengan penguatan infrastruktur, teknologi, dan perlindungan harga agar pertanian bisa menjadi sektor yang semakin kokoh dalam menopang ketahanan pangan nasional.

Dengan semangat musim panen yang cerah dan harga gabah yang bersahabat, para petani di Jombang kini menatap masa depan dengan harapan baru. Semoga momentum ini bisa terus dijaga, agar petani tidak hanya panen padi, tapi juga panen kesejahteraan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index