JAKARTA - Kepergian Diogo Jota, salah satu pemain andalan Timnas Portugal dan klub Liverpool, meninggalkan duka mendalam bagi dunia sepak bola. Momen pemakaman yang digelar di Igreja de Matriz, Gondomar, menjadi ajang terakhir bagi banyak rekan dan penggemar untuk mengucapkan selamat jalan. Namun, sorotan justru mengarah pada absennya sosok Cristiano Ronaldo, kapten Timnas Portugal sekaligus rekan dekat Jota di lapangan hijau. Ketidakhadiran Ronaldo dalam prosesi tersebut menimbulkan beragam reaksi, mulai dari kekecewaan hingga kritik keras dari berbagai pihak.
Banyak yang merasa bahwa sebagai kapten tim sekaligus figur publik yang punya peran penting, Ronaldo seharusnya hadir secara langsung untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Jota. Namun, di tengah sorotan tersebut, fakta di balik ketidakhadiran Ronaldo mulai terungkap, memberikan perspektif baru tentang bagaimana sosok ini memilih untuk menghormati privasi dan menjaga ketenangan keluarga Jota dalam masa sulit.
Ronaldo diketahui tengah berada di Mallorca bersama keluarganya, menikmati waktu liburan dengan menaiki yacht mewah. Momen santai ini kemudian menjadi sorotan media dan publik, yang kemudian menganggap ketidakhadirannya sebagai bentuk kurangnya empati. Padahal, keputusan Ronaldo untuk tidak hadir justru dilatarbelakangi oleh keinginan agar prosesi pemakaman dapat berjalan lancar tanpa gangguan media dan kerumunan yang tidak diinginkan.
Katia Aveiro, kakak Ronaldo, angkat suara membela sang adik yang kini menjadi sasaran kritik. Dalam pernyataannya lewat Instagram Stories, Katia menyinggung pengalaman pribadi keluarganya yang pernah mengalami tekanan serupa dari media saat pemakaman ayah mereka pada 2005. Ia menegaskan bahwa sorotan dan gangguan media pada saat itu bahkan menimbulkan ketidaknyamanan yang luar biasa bagi keluarga.
"Ketika ayah saya meninggal dunia, kami tidak hanya sakit kehilangan dia tapi juga karena sorotan kamera dan penyusul: kuburan dirusak, dinding seenaknya dipanjat oleh orang-orang," ungkap Katia dengan penuh emosi. Pernyataan ini memberikan gambaran bagaimana tekanan media dapat menambah beban keluarga yang sedang berduka.
Lebih lanjut, Katia menyayangkan sikap sebagian pihak yang lebih memilih mengkritik absennya Ronaldo dan mempertanyakan dukungannya, ketimbang memberikan penghormatan dan ruang bagi keluarga Jota untuk berduka secara tenang. "Media memilih mengkritik adik saya karena absen dan mempertanyakan dukungannya, ketimbang menghormati keluarga yang baru saja mengalami tragedi kehilangan dua anggotanya," katanya.
Dalam dunia modern saat ini, paparazi dan media kerap kali sulit untuk diatur, terutama ketika sosok yang terlibat adalah figur publik besar seperti Ronaldo. Katia menyoroti bagaimana dunia kini penuh dengan opini yang tidak mempertimbangkan perasaan orang lain, "Dunia sekarang seperti inilah... seenaknya berpendapat dan orang-orang tidak punya hati sama sekali."
Keputusan Ronaldo untuk tidak menghadiri pemakaman ini menunjukkan sisi lain dari bagaimana figur publik harus menghadapi dilema antara kewajiban sosial dan kebutuhan privasi. Di satu sisi, masyarakat dan fans memiliki harapan tinggi agar seorang kapten tim nasional dapat hadir memberikan penghormatan terakhir kepada rekan setimnya. Di sisi lain, ada kebutuhan untuk melindungi proses berduka agar tetap berlangsung dengan khidmat dan tanpa gangguan.
Sikap Ronaldo ini juga dapat dipahami dalam konteks tekanan media yang sangat intens dan terkadang tidak manusiawi. Ketika momen duka menjadi konsumsi publik, seringkali keluarga dan kerabat harus menanggung beban tambahan yang justru memperparah kesedihan mereka. Dengan memilih menjauh dari sorotan, Ronaldo berusaha menghormati rasa kehilangan yang dialami keluarga Jota tanpa menambah keruwetan suasana.
Momen pemakaman itu sendiri dihadiri oleh banyak tokoh sepak bola, terutama kolega Jota dari Liverpool dan Timnas Portugal. Kehadiran mereka menunjukkan rasa hormat dan solidaritas komunitas sepak bola atas kepergian seorang pemain muda berbakat. Namun, bagi Ronaldo, cara menunjukkan dukungan mungkin bukan hanya hadir secara fisik di lokasi, melainkan juga dalam bentuk lain yang tidak selalu terlihat oleh publik.
Kontroversi ini juga mengangkat diskusi yang lebih luas tentang bagaimana figur publik mengelola kehidupan pribadi dan profesional mereka, terutama saat menghadapi situasi yang sangat emosional. Di era media sosial dan jurnalisme yang serba cepat, setiap tindakan bisa diinterpretasikan dan dikritik secara berlebihan. Keputusan pribadi pun kerap menjadi konsumsi publik, yang kadang jauh dari niat baik atau pemahaman mendalam.
Pembelaan Katia juga mencerminkan pentingnya empati dan pengertian dari masyarakat dan media terhadap kondisi yang dihadapi oleh figur publik dan keluarganya. Tidak semua orang mampu atau mau menghadapi perhatian intensif pada saat sedang berduka. Penghormatan terhadap privasi, terutama dalam masa-masa sulit, menjadi aspek yang harus dijaga oleh semua pihak.
Kepergian Diogo Jota meninggalkan duka yang mendalam bagi banyak pihak, terutama keluarga dan teman-temannya di dunia sepak bola. Dalam situasi tersebut, dukungan bisa hadir dalam berbagai bentuk, tidak melulu harus melalui kehadiran fisik dalam prosesi pemakaman. Ronaldo, sebagai kapten tim, tentu memiliki caranya sendiri untuk menghormati memori Jota, yang mungkin tidak selalu terekspos media atau publik.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa manusiawi untuk memberikan ruang dan waktu bagi setiap orang, termasuk figur publik, untuk berproses dalam menghadapi kehilangan. Kritik tanpa memahami konteks dan situasi hanya akan menambah beban bagi mereka yang sedang berduka.
Ketidakhadiran Ronaldo di pemakaman Jota memang menimbulkan polemik, tetapi juga membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang batasan antara kewajiban sosial dan kebutuhan privasi. Seperti yang ditegaskan oleh Katia Aveiro, di tengah dunia yang penuh opini bebas, sikap saling menghormati dan pengertian menjadi kunci untuk menjaga kemanusiaan tetap hidup.