JAKARTA - Di tengah upaya memperkuat identitas nasional melalui budaya, sebuah inisiatif unik muncul dari dunia perfilman Indonesia: mengenalkan sosok penting dalam sejarah hukum maritim Indonesia melalui film dokudrama. 12 Mile: Guiding the Archipelago bukan hanya film biopik biasa, tetapi menjadi medium strategis untuk menyampaikan ide besar tentang jati diri bangsa sebagai negara kepulauan di mata dunia internasional.
Film ini menyoroti kehidupan dan warisan pemikiran Prof. Mochtar Kusumaatmadja, seorang tokoh hukum internasional yang berperan vital dalam memperjuangkan konsep negara kepulauan Indonesia. Karya ini menjadi pembuka dari rangkaian Nusantara Insight Film Festival (NIFF), sebuah festival film baru yang mengusung misi diplomasi budaya dan penyebaran cerita autentik dari kepulauan Nusantara ke panggung global.
Dari Akademisi ke Layar Lebar
Prof. Mochtar Kusumaatmadja dikenal luas di kalangan akademisi dan praktisi hukum sebagai arsitek utama konsep hukum laut Indonesia yang dikenal dengan "archipelagic state". Namun, di luar komunitas itu, namanya belum sepopuler tokoh-tokoh sejarah lainnya. Padahal, kontribusinya sangat fundamental dalam mengukuhkan kedaulatan maritim Indonesia, terutama dalam konteks hukum internasional.
Film 12 Mile: Guiding the Archipelago hadir sebagai jembatan yang mempertemukan pengetahuan akademik dengan publik luas. Dengan pendekatan dokudrama, film ini tidak hanya menampilkan narasi sejarah dan perjuangan hukum, tetapi juga mengangkat nilai-nilai nasionalisme, perjuangan intelektual, dan visi strategis terhadap identitas bangsa.
“Beliau dikenal atas kontribusinya yang diakui secara global di bidang hukum internasional, khususnya dalam memperjuangkan kedaulatan maritim Indonesia melalui konsep Negara Kepulauan, yang kini menjadi dasar dalam hukum laut internasional,” ungkap perwakilan penyelenggara festival.
Festival yang Menjadi Gerakan Budaya
Nusantara Insight Film Festival (NIFF) tidak hanya sekadar ajang apresiasi film, tapi juga menjadi ruang strategis untuk menyuarakan narasi kebangsaan Indonesia ke mata dunia. Diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (IKA FH Unpad) bekerja sama dengan Imanuddin Gazali & Partners (IG&P), KBS, dan Kinosuite International, NIFF memosisikan diri sebagai gerakan kebudayaan jangka panjang.
Festival ini mengusung semangat untuk menjalin koneksi budaya antara Indonesia dan masyarakat global melalui medium film. Dengan tagline “Representing Archipelago Insights Around The World”, NIFF membawa misi membumikan nilai-nilai kearifan lokal dan perjuangan nasional ke dalam cerita-cerita yang menyentuh dan edukatif.
“Visi NIFF adalah membangun diplomasi budaya yang berkelanjutan dengan menyajikan kisah-kisah autentik dari kepulauan Indonesia, meningkatkan kebanggaan nasional, dan menjalin kemitraan jangka panjang dengan berbagai pemangku kepentingan global,” jelas penyelenggara dalam pernyataan resminya.
Dari Jakarta ke Panggung Dunia
Setelah gala premiere di Jakarta, NIFF tidak berhenti sampai di situ. Festival ini akan melakukan roadshow internasional ke sejumlah kota di Eropa seperti Amsterdam, Wina, dan Athena. Roadshow tersebut tidak hanya membawa film 12 Mile, tetapi juga semangat diplomasi budaya dan jalinan kerja sama antarnegara melalui jalur non-politik.
Langkah ini menegaskan peran strategis film sebagai alat soft power dalam memperkenalkan ideologi kebangsaan, sejarah nasional, dan identitas budaya Indonesia kepada masyarakat global.
“Setelah Gala Premiere di Jakarta, NIFF akan melanjutkan perjalanannya dengan roadshow diplomatik lintas negara di Eropa, termasuk di Amsterdam, Wina, dan Athena. Rangkaian kegiatan ini dirancang untuk membawa kisah-kisah Indonesia ke panggung internasional, memperkuat diplomasi budaya, membangun jejaring industri, dan menciptakan inisiasi yang berkelanjutan.”
Warisan yang Patut Dikenang
Prof. Mochtar Kusumaatmadja bukan hanya figur intelektual. Ia adalah pemimpin pemikiran yang berhasil menjadikan suara Indonesia diperhitungkan dalam pembentukan hukum laut internasional. Konsep yang ia perjuangkan kini telah diterima secara global dan menjadi dasar hukum negara kepulauan di banyak forum internasional.
Namun, warisan itu tidak boleh hanya tinggal di ruang-ruang akademik. Melalui film 12 Mile: Guiding the Archipelago, semangat perjuangannya dihidupkan kembali, ditanamkan ke generasi muda, dan dikenalkan ke komunitas internasional.
“Proyek ini merupakan wujud nyata kontribusi bagi bangsa, sekaligus menjadi sarana edukasi bagi generasi muda dan masyarakat luas.”
Dengan inisiatif ini, NIFF berharap masyarakat Indonesia dapat kembali mengenali tokoh-tokoh yang membangun pondasi negeri ini dari balik layar diplomasi dan ruang perundingan hukum internasional. Film ini tidak hanya menyajikan kisah sejarah, tetapi juga menjadi pengingat bahwa diplomasi, hukum, dan kebudayaan dapat berjalan seiring sebagai kekuatan strategis bangsa.
Sebuah Awal dari Banyak Cerita Nusantara
12 Mile mungkin hanya satu dari sekian banyak kisah inspiratif yang lahir dari kepulauan Indonesia. Tapi langkah awal ini menjadi fondasi kuat untuk perjalanan panjang berikutnya: membangun jaringan diplomasi budaya melalui film, membangkitkan kesadaran kolektif terhadap sejarah, serta memperkuat jati diri bangsa di tengah arus globalisasi yang deras.
Nusantara Insight Film Festival dengan segala aktivitasnya menawarkan peluang besar untuk mendorong sinema sebagai alat pendidikan dan transformasi sosial. Ke depan, cerita-cerita seperti perjuangan Prof. Mochtar perlu terus digali dan disuarakan, agar Indonesia tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kedalaman sejarah dan kekuatan pemikirannya.