Energi

Strategi Energi SKK Migas Capai Target Produksi

Strategi Energi SKK Migas Capai Target Produksi
Strategi Energi SKK Migas Capai Target Produksi

JAKARTA - Target produksi minyak nasional tahun ini menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian. Namun, optimisme tetap tinggi di tubuh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), terutama setelah Kepala SKK Migas Djoko Siswanto membeberkan skenario-skenario produksi minyak nasional di hadapan Komisi XII DPR RI.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang disiarkan langsung, Djoko menyampaikan bahwa pencapaian target lifting minyak sangat bergantung pada sejumlah variabel, mulai dari keberhasilan operasional sumur masyarakat hingga manajemen jadwal perawatan fasilitas produksi oleh kontraktor besar seperti ExxonMobil. SKK Migas telah menyusun tiga skenario proyeksi produksi minyak hingga akhir tahun.

Tiga Skenario Produksi: Optimis hingga Konservatif

Djoko menjelaskan bahwa dalam skenario paling konservatif (low case), produksi minyak nasional diperkirakan mencapai 601.296 barel per hari (bph). Skenario menengah (mid case) memproyeksikan angka 634.807 bph, sementara skenario paling optimistis (high case) memperkirakan produksi bisa mencapai hingga 641.807 bph.

Menurutnya, keberhasilan pencapaian target sangat ditentukan oleh waktu peluncuran (onstream) beberapa proyek strategis. Salah satunya adalah operasionalisasi sumur migas yang dikelola masyarakat, yang akan berdampak signifikan terhadap capaian produksi nasional.

“Kami berharap kalau di bulan September (sumur masyarakat) onstream, maka sudah bisa mencapai 605.000 barel oil per hari,” kata Djoko saat RDP dengan Komisi XII DPR RI.

Peran Penting Sumur Masyarakat

Kehadiran sumur minyak masyarakat yang sudah dilegalkan melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 menjadi salah satu titik terang dalam upaya peningkatan produksi. Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, dampaknya akan sangat signifikan terhadap capaian lifting nasional pada semester kedua tahun ini.

Sumur masyarakat yang mulai onstream di bulan Agustus atau September diprediksi mampu memberikan tambahan pasokan minyak dalam jumlah cukup besar. Pemerintah berharap legalisasi dan pengelolaan resmi terhadap sumur-sumur tersebut dapat menjadi solusi jangka pendek dalam mengejar target APBN.

Penundaan Perawatan ExxonMobil Jadi Strategi Kunci

Selain mengandalkan tambahan produksi dari sumur masyarakat, SKK Migas juga mengajukan pendekatan lain yang tak kalah krusial: menunda jadwal perawatan fasilitas produksi ExxonMobil.

Djoko bahkan menyampaikan harapannya kepada Komisi XII DPR RI agar dapat memfasilitasi dialog dengan ExxonMobil guna menunda perawatan hingga Januari tahun depan. Strategi ini diyakini akan menjaga kestabilan produksi nasional di saat-saat kritis menjelang tutup tahun.

“Jika perawatan di ExxonMobil dilakukan saat ini, produksi dapat turun drastis hingga 580.000 bph karena semua produksi harus dihentikan sementara,” urai Djoko.

Ia menilai bahwa penundaan tersebut adalah langkah krusial untuk menjaga produksi tetap stabil hingga akhir 2025, sembari memberi waktu bagi proyek-proyek baru—termasuk sumur masyarakat—untuk berkontribusi penuh di awal 2026.

Kontribusi Blok Cepu dan Medco Jadi Harapan

Djoko, yang akrab disapa Djoksis, dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa target lifting minyak sebesar 605.000 bph dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 akan tercapai, berkat dukungan produksi dari Medco dan Blok Cepu.

“Realisasi lifting minyak per Mei 2025 sudah mencapai 567.900 bph, atau 94 persen dari target APBN. Kemarin baru diresmikan Cepu, itu akan naik di bulan Juli tambahannya 30.000 barel per hari sehingga sudah bisa melebihi target APBN pada Juli dan seterusnya,” ungkap Djoko.

Khusus untuk Blok Cepu, tambahan 30.000 barel per hari menjadi amunisi penting dalam mengejar sisa target produksi tahunan. Peran Medco dan ExxonMobil juga tidak kalah strategis dalam mengisi celah produksi (fill the gap).

Strategi “Fill the Gap” Lewat Sumur ExxonMobil

Dalam paparannya, Djoko menyampaikan bahwa salah satu langkah konkret dalam strategi “fill the gap” adalah dengan membuka kembali sumur-sumur ExxonMobil yang sebelumnya ditutup. Upaya ini terbukti menunjukkan hasil yang menjanjikan.

“Alhamdulillah, ExxonMobil sudah mulai membuka sumurnya. Dari empat sumur, minggu ini akan dibuka semua sehingga bisa menambah 30.000 bph. Ini akan sangat membantu ‘fill the gap’ untuk mencapai target APBN, terutama jika sumur-sumur masyarakat bisa berproduksi pada bulan Agustus,” ujar Djoko, sambil menunjukkan ekspresi optimistis di hadapan para anggota dewan.

Dengan tambahan produksi dari sumur ExxonMobil, serta kontribusi dari Blok Cepu dan proyek sumur masyarakat, SKK Migas berharap bisa menutup defisit produksi yang masih tersisa dan menjaga momentum positif hingga akhir tahun.

Sinergi Pemerintah, DPR, dan Kontraktor Jadi Kunci

Djoko juga menekankan pentingnya dukungan lintas lembaga untuk memastikan kelancaran pelaksanaan strategi yang sudah dirancang. Dukungan Komisi XII DPR RI dalam melakukan komunikasi dengan perusahaan kontraktor, serta pengawasan terhadap percepatan proyek sumur masyarakat, dinilai menjadi bagian integral dalam mencapai target lifting nasional.

Dengan mempertimbangkan ketiga skenario yang telah disiapkan, SKK Migas tetap optimistis bahwa skenario menengah hingga tinggi dapat direalisasikan, asalkan semua inisiatif berjalan sesuai rencana dan koordinasi antara pemangku kepentingan berjalan optimal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index