PERUSAHAAN TAMBANG

Perusahaan Tambang: Pabrik Wood Pellet Ditargetkan Rampung Akhir 2025

Perusahaan Tambang: Pabrik Wood Pellet Ditargetkan Rampung Akhir 2025
Perusahaan Tambang: Pabrik Wood Pellet Ditargetkan Rampung Akhir 2025

JAKARTA - PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP), emiten batu bara yang dikenal luas dalam sektor energi nasional, kini mengambil langkah strategis dengan memperluas lini bisnisnya ke sektor energi baru terbarukan (EBT), agroindustri, infrastruktur, dan jasa pertambangan. Langkah ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam mendukung agenda transisi energi nasional dan menjaga keberlanjutan usaha jangka panjang.

Salah satu fokus utama pengembangan di sektor energi baru terbarukan adalah pembangunan pabrik wood pellet atau pelet kayu sebagai sumber energi biomassa. Proyek ini sedang dikerjakan oleh anak usaha PT Mitrabara Adiperdana Tbk, yakni PT Malinau Hijau Lestari (MHL), yang berlokasi di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Target Operasional di Akhir 2025

Dalam pernyataannya kepada media pada Selasa, 27 Mei 2025, CEO PT Mitrabara Adiperdana Tbk, Khoirudin, menyampaikan bahwa pembangunan fasilitas tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun 2025. Fasilitas ini dirancang untuk memiliki kapasitas produksi sebesar 150.000 ton wood pellet per tahun.

“Pembangunan fasilitas pabrik wood pellet oleh entitas anak perusahaan yaitu PT Malinau Hijau Lestari (MHL) di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Fasilitas ini dirancang dengan kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku utama produksi energi biomassa,” ujar Khoirudin.

Menurutnya, pengembangan bisnis ke sektor biomassa ini merupakan langkah strategis untuk menghadapi tantangan global terhadap industri berbasis fosil yang terus mendapatkan tekanan dari sisi lingkungan dan regulasi.

Energi Biomassa: Solusi Alternatif Ramah Lingkungan

Energi biomassa, termasuk wood pellet, menjadi salah satu solusi penting dalam diversifikasi sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Wood pellet merupakan bahan bakar padat dari limbah organik dan residu kayu yang dapat digunakan sebagai sumber energi pengganti batu bara, terutama di pembangkit listrik dan sektor industri.

Khoirudin menjelaskan bahwa pasar energi biomassa terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap emisi karbon dan perubahan iklim. Di tengah tekanan untuk beralih dari bahan bakar fosil, wood pellet muncul sebagai alternatif yang efisien, ekonomis, dan relatif ramah lingkungan.

“Kami melihat prospek jangka panjang dari energi biomassa, khususnya wood pellet, sebagai bagian dari bauran energi nasional. Selain itu, ini juga memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperluas kontribusi dalam energi bersih, tanpa meninggalkan prinsip ekonomi sirkular dan keberlanjutan lingkungan,” tambahnya.

Lokasi Strategis dan Potensi Sumber Daya

Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, dipilih sebagai lokasi pembangunan pabrik karena memiliki potensi besar dari sisi pasokan bahan baku. Wilayah ini dikenal memiliki luas hutan tanaman industri (HTI) dan sumber biomassa lain yang bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. Dengan manajemen yang baik, sumber daya alam ini dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi tanpa merusak lingkungan sekitar.

Pemanfaatan potensi lokal ini juga diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar, termasuk melalui penciptaan lapangan kerja, kemitraan dengan pelaku usaha lokal, dan peningkatan pendapatan daerah.

Diversifikasi Bisnis: Agroindustri dan Infrastruktur

Selain di sektor energi baru terbarukan, MBAP juga memperluas bisnis ke sektor agroindustri dan infrastruktur. Meski belum merinci secara detail proyek-proyek di sektor ini, perusahaan menyatakan bahwa ekspansi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat struktur bisnis yang lebih beragam dan resilien.

Langkah diversifikasi ini juga sejalan dengan tren global di mana perusahaan tambang besar mulai mengadopsi model usaha multibisnis untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditas yang volatil, seperti batu bara.

Respons Positif dari Pasar dan Investor

Pengumuman ekspansi MBAP ke sektor EBT mendapat respons positif dari pelaku pasar dan analis industri. Di tengah tren global dekarbonisasi dan keberlanjutan, langkah Mitrabara dianggap sebagai bagian dari repositioning strategis perusahaan yang ingin tetap relevan dan kompetitif dalam era transisi energi.

Beberapa analis pasar menyebut bahwa masuknya MBAP ke sektor biomassa akan memperkuat portofolio perusahaan di bidang energi dan memberi nilai tambah kepada pemegang saham dalam jangka menengah hingga panjang.

“Investor saat ini semakin memperhatikan aspek keberlanjutan dalam keputusan mereka. Perusahaan yang memiliki strategi diversifikasi energi dan investasi hijau memiliki prospek pertumbuhan yang lebih baik, terutama di tengah tekanan global untuk menekan emisi karbon,” ungkap seorang analis energi dari Jakarta.

Tantangan dan Strategi Mitigasi

Namun, di balik potensi besar yang ditawarkan sektor energi biomassa, terdapat pula tantangan yang tidak ringan. Tantangan tersebut meliputi ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan, efisiensi produksi, dan kebutuhan infrastruktur logistik yang memadai untuk distribusi produk ke pasar domestik maupun ekspor.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Khoirudin menyebut bahwa MBAP telah menyiapkan strategi mitigasi sejak awal perencanaan proyek. Salah satu langkah kunci adalah menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan lokal dalam penyediaan bahan baku dan pengelolaan rantai pasok.

“Kami menekankan pentingnya integrasi vertikal dalam operasional wood pellet ini, mulai dari pemanfaatan sumber daya lokal hingga sistem distribusi yang efisien. Dengan pendekatan itu, kami yakin pabrik ini dapat beroperasi secara optimal dan berkelanjutan,” ujarnya.

Komitmen Keberlanjutan dan Dampak Sosial

PT Mitrabara Adiperdana Tbk menyatakan bahwa seluruh pengembangan bisnis baru, termasuk pembangunan pabrik wood pellet, dilakukan dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan. Aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social and Governance – ESG) menjadi landasan utama dalam setiap tahap pembangunan dan operasional.

Khoirudin menegaskan bahwa keberhasilan proyek ini tidak hanya diukur dari sisi profitabilitas, tetapi juga dari sejauh mana proyek mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.

“Kami tidak hanya membangun pabrik, tetapi juga membangun masa depan yang lebih hijau dan inklusif,” tutupnya.

Ekspansi PT Mitrabara Adiperdana Tbk ke sektor energi baru terbarukan melalui pembangunan pabrik wood pellet menandai era baru dalam strategi perusahaan. Dengan target penyelesaian akhir 2025, proyek ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan perusahaan menuju portofolio usaha yang lebih hijau, berkelanjutan, dan tahan terhadap dinamika pasar energi global. Dukungan terhadap transisi energi yang lebih bersih pun menjadi kontribusi nyata Mitrabara terhadap masa depan Indonesia yang lebih ramah lingkungan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index