Bansos

Vasektomi Sebagai Syarat Bansos: Partisipasi Pria dalam Program Keluarga Berencana di Cirebon Masih Rendah

Vasektomi Sebagai Syarat Bansos: Partisipasi Pria dalam Program Keluarga Berencana di Cirebon Masih Rendah
Vasektomi Sebagai Syarat Bansos: Partisipasi Pria dalam Program Keluarga Berencana di Cirebon Masih Rendah

JAKARTA - Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Gubernur Dedi Mulyadi mengusulkan kebijakan kontroversial yang menjadikan vasektomi sebagai syarat penerima bantuan sosial (bansos). Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana (KB), yang selama ini didominasi oleh perempuan. Namun, di Kabupaten Cirebon, partisipasi pria dalam program KB masih sangat rendah, menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dan dampak sosial dari kebijakan tersebut.
 

Rendahnya Partisipasi Pria dalam Program KB di Cirebon
 

Data dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa sejak tahun 2022, hanya 18 pria yang menjalani vasektomi. Kepala Bidang KBK3 DPPKBP3A, Yati Fironike, menyebutkan bahwa target partisipasi pria setiap tahunnya hanya dua orang. Namun, pada tahun ini, jumlahnya meningkat menjadi delapan pria yang melakukan vasektomi. "Target partisipasi pria setiap tahunnya hanya dua orang. Tapi tahun ini awalnya cukup menggembirakan karena sudah ada delapan pria yang melakukan vasektomi," ujarnya.

Meskipun ada peningkatan, angka tersebut masih jauh dari harapan. Yati menekankan bahwa minimnya partisipasi pria dalam KB menjadi tantangan besar. Padahal, KB seharusnya tidak hanya dibebankan kepada perempuan. Ia menyoroti bahwa tidak semua perempuan dapat menggunakan alat kontrasepsi karena adanya risiko medis seperti hipertensi, jantung, atau reaksi terhadap hormon KB. "Kaum pria harus mengambil bagian dalam tanggung jawab ini. Vasektomi bisa menjadi pilihan yang aman, efektif, dan tidak mengganggu fungsi seksual pria," tegas Yati.
 

Mitos dan Stigma yang Menghambat Partisipasi Pria
 

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam program KB adalah adanya mitos dan stigma negatif. Banyak pria yang percaya bahwa penggunaan kondom mengurangi kenikmatan seksual, dan vasektomi dianggap sebagai tindakan yang menghilangkan kejantanan atau menyebabkan disfungsi ereksi. Dokter Spesialis Urologi, Widi Atmoko, menjelaskan bahwa partisipasi pria dalam program KB masih rendah. "Capaian pengguna kontrasepsi pria masih rendah, hanya sekitar 7,5 persen dibandingkan wanita," ujarnya. Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2017, hanya 3,12 persen laki-laki Indonesia menggunakan alat kontrasepsi kondom, dan hanya 0,2 persen yang melakukan vasektomi untuk program perencanaan keluarga. 

Widi menambahkan bahwa rendahnya pria yang melakukan vasektomi salah satunya disebabkan oleh minimnya pengetahuan di masyarakat. Ia menjelaskan bahwa vasektomi berbeda dengan kebiri. Secara definisi, vasektomi adalah memotong atau mengikat saluran sperma yang bertujuan menghalangi sperma bercampur dengan semen yang dikeluarkan saat pria melakukan hubungan seksual. "Vasektomi masih bisa mengeluarkan cairan semen, tapi tanpa keluar sel sperma atau sel benih," paparnya. 
 

Upaya Pemerintah dan Masyarakat untuk Meningkatkan Partisipasi Pria
 

Untuk mengatasi rendahnya partisipasi pria dalam program KB, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama. Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni, menambahkan bahwa jumlah partisipasi masyarakat Kabupaten Cirebon dalam program KB sudah sangat tinggi. Namun, mayoritas masih menggunakan KB jangka pendek. "Walaupun, mayoritas masih menggunakan KB jangka pendek," ujarnya. 

Pemerintah Kabupaten Cirebon juga telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi pria dalam program KB. Pada peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2024, Pemkab Cirebon menargetkan lebih dari 15 ribu jiwa mengikuti program KB. Penjabat Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya, menjelaskan bahwa perluasan akses program ini bertujuan untuk memudahkan pasangan suami-istri di Kabupaten Cirebon mendapatkan layanan kontrasepsi yang tersedia di rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya. "Dalam rangka peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2024, kami menargetkan lebih dari 15 ribu jiwa mengikuti program KB," kata Wahyu. 

Selain itu, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat, Fazar Supriadi Sentosa, mengapresiasi inisiatif Pemkab Cirebon dalam memperluas akses program KB, terutama penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang yang dinilai masih rendah di wilayahnya. "Langkah ini sangat tepat, terutama untuk mendorong penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Kami berharap program ini terus berkelanjutan, baik saat momentum peringatan khusus maupun dalam layanan rutin," ujarnya. 
 

Tantangan dan Harapan ke Depan
 

Meskipun ada upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi pria dalam program KB, tantangan masih tetap ada. Mitos dan stigma negatif mengenai KB pria masih beredar luas di masyarakat. Untuk itu, sosialisasi yang memadai tentang berbagai pilihan metode kontrasepsi, khususnya bagi pria, menjadi penting dan krusial untuk diberikan secara merata kepada masyarakat agar tidak lagi muncul kesalahan persepsi tentang penggunaan alat kontrasepsi. 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index