Saham Wall Street Tahan Guncangan Isu Tarif Trump

Senin, 07 Juli 2025 | 10:06:37 WIB
Saham Wall Street Tahan Guncangan Isu Tarif Trump

JAKARTA - Di tengah bayang-bayang kebijakan dagang baru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, investor di pasar saham Wall Street justru menunjukkan sikap tenang dan percaya diri. Tidak ada gejolak besar yang terjadi saat pasar kembali dibuka pasca libur Hari Kemerdekaan Amerika Serikat, menandakan bahwa pelaku pasar telah mengantisipasi potensi risiko dari kebijakan tarif yang akan diberlakukan.

Ketegangan perdagangan bukanlah isu baru bagi pelaku pasar di Amerika Serikat. Namun kali ini, respons pasar tampak lebih rasional dan terukur. Investor tampaknya telah memperhitungkan berbagai kemungkinan yang mungkin muncul terkait tenggat tarif impor dari pemerintah AS.

Presiden Trump sebelumnya mengumumkan bahwa mulai awal Agustus, gelombang pertama surat pemberitahuan tarif impor akan dikirimkan ke sejumlah negara. Secara khusus, kebijakan ini menargetkan dua belas negara, dan pengenaan tarif impor bisa mencapai angka yang cukup drastis, yakni hingga 70 persen.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rentang 10 hingga 50 persen yang pernah diumumkan pada April lalu. Namun, respons pasar tetap datar. Menurut para analis, hal ini mencerminkan tingkat kesiapan investor terhadap volatilitas kebijakan dan ketidakpastian geopolitik.

Jeff Blazek, Co-Chief Investment Officer dari Neuberger Berman, mengungkapkan bahwa pelaku pasar kini lebih siap secara mental dan strategi dalam menghadapi potensi kebijakan tarif. "Pasar kini jauh lebih nyaman dan santai dalam menghadapi berita soal tarif," ujar Blazek. Ia menambahkan, “Pasar percaya bahwa tenggat waktu masih cukup fleksibel, dan selama tidak ada kejutan besar, tidak akan ada gejolak signifikan.”

Meski secara resmi pemberlakuan tarif belum dimulai, pemerintah AS telah mengirim sinyal kuat soal arah kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis. Trump menyatakan bahwa surat pemberitahuan terkait tarif impor kepada negara-negara yang ditargetkan akan mulai dikirimkan awal pekan ini.

Di sisi lain, investor telah memantau perkembangan isu ini selama berbulan-bulan dan memperkirakan bahwa rincian lebih lanjut akan terungkap secara bertahap. Para pelaku pasar tidak mengharapkan hasil konkret atau kesepakatan final dalam waktu dekat, terlebih karena pembicaraan dengan beberapa mitra dagang strategis masih menemui jalan terjal.

Sampai saat ini, Amerika Serikat baru menandatangani kesepakatan terbatas dengan Inggris dan kesepakatan prinsip dengan Vietnam. Di sisi lain, pembahasan dengan negara-negara seperti India dan Jepang belum menemukan titik temu. Bahkan, negosiasi dengan Uni Eropa dikabarkan mengalami stagnasi.

Meski begitu, sentimen negatif tidak serta merta mengguncang Wall Street. Para analis menilai bahwa pasar telah mengalami proses ‘imunisasi’ terhadap kabar-kabar tarif, mengingat sejarah panjang tarik ulur kebijakan perdagangan di masa pemerintahan Trump.

Dari sudut pandang fundamental, stabilnya Wall Street mencerminkan keyakinan investor terhadap ketahanan ekonomi Amerika Serikat. Dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, pelaku pasar memiliki alasan untuk tetap optimis meski bayang-bayang proteksionisme kian nyata.

Sementara itu, pelaku pasar saham global juga mengikuti perkembangan ini dengan cermat. Ketegangan dagang berpotensi mempengaruhi arus perdagangan dunia dan rantai pasok global, namun investor global tampaknya menunggu kepastian lebih lanjut sebelum melakukan aksi jual besar-besaran.

Khusus di Asia, ketegangan terkait tarif sempat memberikan tekanan pada indeks-indeks utama. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada tanda-tanda respons drastis dari pasar saham kawasan terhadap kebijakan tarif AS yang baru.

Selain itu, analis di pasar Amerika menyebutkan bahwa informasi yang minim mengenai implementasi dan teknis pelaksanaan tarif membuat pasar belum sepenuhnya bereaksi. Banyak pelaku pasar menilai kebijakan ini masih cair dan bisa berubah sewaktu-waktu tergantung dinamika geopolitik.

Jeff Blazek menyatakan bahwa fleksibilitas dalam tenggat waktu dan potensi negosiasi bilateral membuat pasar tidak panik. "Kita tidak akan melihat reaksi berlebihan kecuali jika kebijakan ini tiba-tiba berlaku tanpa koordinasi atau persiapan," tegasnya.

Terlepas dari kondisi ini, sejumlah investor tetap menyiapkan diri untuk mengambil peluang. Beberapa saham potensial di sektor logistik, pertahanan, dan energi disebut-sebut menjadi incaran karena dinilai tahan banting terhadap gejolak kebijakan luar negeri.

Sementara itu, ketidakpastian juga memunculkan peluang bagi investor ritel untuk memburu saham-saham yang mengalami koreksi. Analis dari beberapa lembaga riset menyarankan agar investor tidak terburu-buru mengambil keputusan, namun tetap mewaspadai risiko jangka pendek.

Sebagai catatan, pemerintah AS belum merilis daftar lengkap produk atau sektor yang akan dikenakan tarif. Ketidakpastian ini masih menjadi variabel utama yang akan menentukan arah pasar dalam beberapa pekan ke depan.

Pasar saham Amerika tampaknya masih menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mengambil arah yang tegas. Sejauh ini, strategi investor masih fokus pada diversifikasi dan lindung nilai untuk mengantisipasi lonjakan volatilitas.

Secara keseluruhan, ketenangan pasar saham Wall Street dalam menghadapi tenggat tarif menunjukkan tingkat kedewasaan dan kepercayaan diri investor. Ini menjadi sinyal bahwa meski kebijakan bisa berubah secara dinamis, pelaku pasar tetap bisa merespons dengan kepala dingin dan strategi yang matang.

Terkini