Angkutan Barang KAI Naik, Rel Kereta Jadi Andalan Logistik

Jumat, 04 Juli 2025 | 12:32:21 WIB
Angkutan Barang KAI Naik, Rel Kereta Jadi Andalan Logistik

JAKARTA - Di tengah meningkatnya kebutuhan distribusi logistik nasional dan persiapan menghadapi kebijakan Zero Over Dimension Over Loading (ODOL) pada 2026, moda kereta api semakin menunjukkan peran strategisnya. PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI berhasil membuktikan efektivitas jalur rel sebagai sistem transportasi massal yang efisien, andal, dan berkelanjutan. Pada semester I tahun 2025, KAI mencatatkan total volume angkutan barang mencapai 33,3 juta ton, naik 1,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka 32,8 juta ton.

Pertumbuhan ini dinilai menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan pelanggan terhadap moda kereta api sebagai solusi logistik modern. “Kami terus memperkuat peran sebagai penyedia logistik publik yang dapat diandalkan, terutama untuk distribusi energi, pangan, dan kebutuhan ritel secara aman dan berkelanjutan,” jelas Anne Purba, Vice President Public Relations KAI, dalam keterangan resmi.

Angka tersebut bukan hanya mencerminkan keberhasilan operasional semata, tetapi juga menunjukkan arah baru transformasi logistik nasional yang lebih berorientasi pada efisiensi dan keamanan distribusi. Selain itu, pertumbuhan ini turut menjadi bukti bahwa KAI siap menyambut era pasca-ODOL dengan infrastruktur dan sistem distribusi yang mapan.

Distribusi Energi Jadi Kontributor Terbesar

Berdasarkan data KAI, angkutan batu bara mendominasi kontribusi angkutan barang selama paruh pertama tahun ini, dengan volume mencapai 27,6 juta ton atau sekitar 82,92% dari total angkutan. Angka tersebut meningkat sebesar 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya mencatat 26,2 juta ton.

Distribusi batu bara ini utamanya mengalir ke berbagai pembangkit listrik di wilayah Jawa dan Bali. Peran ini menjadi sangat krusial dalam menjaga ketersediaan energi nasional, mengingat listrik dari pembangkit batu bara menopang operasional rumah tangga, sekolah, rumah sakit, hingga UMKM di berbagai pelosok negeri.

“Distribusi energi tidak hanya soal logistik, tapi juga tentang keberlanjutan kehidupan. Batu bara yang kami angkut hari ini berarti listrik untuk mesin-mesin produksi UMKM dan penerangan bagi jutaan rumah,” tambah Anne.

Segmen Retail dan Pupuk Tumbuh Signifikan

Selain batu bara, sektor angkutan retail dan pupuk juga menunjukkan tren pertumbuhan yang menggembirakan. Barang Hantaran Paket (BHP) dan pengiriman parcel tumbuh dari 101 ribu ton menjadi 118 ribu ton, atau meningkat sekitar 16% dibandingkan semester pertama tahun lalu. Ini menandakan bahwa masyarakat dan pelaku usaha semakin percaya menggunakan kereta api untuk pengiriman paket dan logistik ritel.

Sementara itu, layanan angkutan pupuk tumbuh 21%, dari 10.890 ton menjadi 13.230 ton. Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan distribusi pupuk ke berbagai daerah pertanian, seiring program ketahanan pangan nasional dan musim tanam yang berlangsung aktif.

Peningkatan di sektor-sektor ini sekaligus menunjukkan keberagaman komoditas yang ditangani KAI, tidak hanya terbatas pada energi tetapi juga mendukung kebutuhan pangan dan pertanian secara nasional.

Keunggulan Moda Rel: Efisiensi dan Ketepatan Waktu

Salah satu kelebihan utama angkutan kereta api terletak pada efisiensi kapasitas dan ketepatan waktu pengiriman. Di Pulau Jawa, satu rangkaian kereta barang mampu mengangkut hingga 30 gerbong datar, masing-masing berkapasitas 42 ton. Bahkan di Sumatera Selatan, efisiensi meningkat dengan kapasitas hingga 61 gerbong dalam satu rangkaian kereta khusus angkutan batu bara.

Keunggulan lainnya adalah waktu tempuh yang lebih pasti karena operasional kereta berada di jalur khusus rel, yang terbebas dari hambatan lalu lintas seperti kemacetan atau pungutan liar yang kerap mengganggu distribusi berbasis jalan raya.

Semua operasional ini dijalankan oleh tenaga kerja bersertifikasi dari Kementerian Perhubungan, dengan dukungan sistem inspeksi berkala untuk memastikan sarana dan prasarana tetap dalam kondisi optimal. Ini menjadi jaminan tambahan bagi pelaku industri yang mengandalkan kelancaran rantai pasok dan stabilitas pengiriman.

Target Jangka Panjang dan Pembangunan Infrastruktur Logistik

Dalam rencana jangka panjangnya, KAI menargetkan pertumbuhan angkutan barang sebesar 15% hingga tahun 2029. Angkutan batu bara ditargetkan menembus angka 111,2 juta ton, sementara komoditas non-batu bara seperti ritel dan pertanian diharapkan mencapai 10,9 juta ton.

Sumatera Selatan akan menjadi motor utama pertumbuhan tersebut. Dengan proyeksi tambahan volume sebesar 27,8 juta ton, wilayah ini bakal memainkan peran strategis dalam mendukung ekspansi logistik nasional.

Dua proyek utama yang mendukung hal ini adalah pembangunan Terminal Tarahan II yang diproyeksikan menyerap hingga 18 juta ton batu bara, dan pengembangan fasilitas di Kertapati yang ditargetkan menambah volume angkutan hingga 7 juta ton. Keduanya akan menjadi simpul logistik penting bagi KAI dalam mengintegrasikan rantai pasok di Sumatera.

Rel Bukan Sekadar Infrastruktur, Tapi Simbol Kemajuan

Melalui penguatan layanan logistik ini, KAI semakin menegaskan bahwa rel kereta api bukan sekadar jalur transportasi, melainkan infrastruktur kunci yang mampu menggerakkan kemajuan ekonomi. Transformasi peran kereta api dari sekadar pengangkut penumpang ke penyedia solusi logistik menunjukkan langkah adaptif perusahaan terhadap dinamika industri.

“Proyeksi ini menunjukkan komitmen kami untuk terus berinvestasi dan tumbuh bersama industri logistik nasional. Kereta api bukan hanya sarana angkut, tapi penggerak kemajuan,” tutup Anne.

Dengan berbagai pencapaian dan rencana strategis ini, KAI terus memperkuat eksistensinya sebagai tulang punggung logistik nasional, berkontribusi langsung terhadap efisiensi distribusi, pemerataan pembangunan, dan ketahanan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan.

Terkini